Dulu pas pertama tahu kalo diterima untuk Beasiswa S2 di Singapura, wah... girangnya tuh bukan maen... (bukan tante girang)... Ngebayangin bakal kuliah di Luar Negeri, pake beasiswa pula. Tapi ternyata setelah dijalani.... buset dah, ribetnya minta ampun.
Ini bukan pertama kalinya QQ menerima beasiswa, malah kayanya Kuliah mulai dari D-3 udah ga bayar... hahaha.... Tapi baru kali ini QQ ngerasain kok kayanya masuk kuliah aja pake rempong banget.
Masalah pertama yang QQ alami adalah hambatan dalam penggunaan Bahasa Inggris. Terkadang bahasa Inggris yang digunakan oleh pihak sononya untuk berkomunikasi tuh tinggi banget, atau emang bahasa Inggris QQ aja ya yang terlalu rendah... wakaka... dan itu ga cuma sehalaman atau dua halaman, tapi berhalaman-halaman dan rasanya kok ribet banget.
Di surat tawaran itu, ada beberapa dokumen yang harus QQ isi dan tanda tangani. Yang paling rempong itu adalah kudu cek kesehatan sampe cek AIDS segala. buset dah. Sebenernya sih gampang, tinggal ke rumah sakit... tapi khan anak muda deg-deg-an abis-abisan... hahaaha...
Setelah itu, kudu mengurus Pre-Registration-nya segala, kemudian ada pre-arrival guide alias kaya semacam panduan untuk kita tiba di sana. 53 halaman Bahasa Inggris mampusssss. Setelah itu kudu mengurus registrasi untuk keperluan akomodasi. Terus registrasi untuk mendapatkan visa pelajar melalui sistem online-nya.
Yang canggihnya itu, semua proses rata-rata bisa dilakukan secara online, ga perlu nongol ato bolak balik ke Singapura sana. Hanya saja, mungkin karena QQ ga terbiasa dan ga punya pengalaman untuk itu, jadi semuanya terkesan kok kayanya begitu rumit dan kompleks ya...?
Dulu pas di STAN, begitu lulus, trus tinggal lengkapi persyaratan dan tahu-tahu langsung orientasi. Malah pas di UGM, tahu-tahu langsung mulai kuliah aja. Ga ngurusin mata kuliahnya apa, ga ngurusin milih dosen, semuanya tahu beres. Eh sekarang, baru deh ngerasain ngurusin semuanya sendiri. Kebiasaan dimanjain ama prosedur sih. hahahaha...
Namun kemudian QQ mikir lagi, kalo dulu pas di STAN, QQ ada temen-temen satu SMA lulus bareng dan QQ punya temen untuk baik itu daftar ulang, orientasi, milih tempat tinggal dan lainnya. Pas di UGM, malah lulus 8 orang dan kita ber-8 saling membantu, jadinya QQ ga pernah kebingungan dan merasa sendirian.
Sekarang kok rasanya kaya sendirian tersesat di sebuah hutan luas gitu. Temen-temen dari kantor kok kayanya ga ada yang ikut. Pernah denger satu temen komentar kalo nih Kampus kayanya ga terkenal, soalnya biasanya orang-orang kantor ngejernya yang ke Australia. Udah gitu, minta TOEFL-nya tinggi banget, 580. Sementara Australia aja mintanya 550. Dan terakhir adalah pas di surat pemberitahuan ada beasiswa ini, dinyatakan di sana bahwa untuk ikutan, bayar biasaya registrasi gitu sekitar $45 gitu. Jadi karena itulah kayanya sih ga ada yang daftar nih Beasiswa Lee Kuan Yew.
Untungnya pas QQ daftar, tuh biaya registrasi udah dibebasin... hahaha....
Jadi kayanya jangan-jangan cuma QQ doang nih yang ikut dari Kementerian Keuangan. jadilah stress. Mau nanya alumnus, ga ada alumnus Lee Kuan Yew School of Public Policy ini di kantor QQ. Mau nanya temen lain yang sama-sama lulus, QQ ga tahu siapa lagi yang lulus, karena pengumumannya disampaikan secara personal.
Jadilah beneran kaya terjebak di hutan rimba sendirian. Bingung mau kemana.
Mungkin sekarang QQ ngerasa agak berat, ribet dan stress tuh karena QQ sendirian dalam proses registrasi ini. Ga ada tempat nanya dan konsultasi.
Syukurlah kemaren sempet ada kaya senior gitu jadi pembimbing dan QQ dibimbing masuk ke Grup di Facebook khusus untuk Mahasiswa Lee Kuan Yew School of Public Policy ini, dan disana ketemu dan sempet ngobrol singkat bareng sama seorang lulusan juga dari Tanjung Pinang. Wah, rasanya kaya abis kelelep lama di air, trus bisa naik ke daratan dan menghirup udara seger.
Memang jika kita menempuh sesuatu yang baru, kita ga boleh sendirian. Dalam kesendirian itu, kita terkadang dikuasai oleh rasa takut, stress dan keinginan kita untuk mundur akan sangat besar. Oleh karena itu, jika kita merasa susah, mungkin karena kita sendirian dalam menghadapi apa yang sedang kita hadapi saat ini. Jika kita mulai merasa lelah, mungkin ini adalah saat yang tepat untuk mencari teman yang senasib, mungkin dengan begitu, kita takkan merasa sendirian lagi dan semuanya akan terlihat lebih mudah.
What can I do in one lifetime... I guess a lot. So let me share you a part of my one lifetime in this world. A wise man once said, "A smart person learn from his mistakes, but a wise person finds the smart person and learn from his mistakes altogether" Hope you can learn something from my story...
Who Am I? Not Spiderman
- Chronov
- Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
- Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.
No comments:
Post a Comment