QQ bukanlah seorang penggemar yang namanya test dalam bentuk psikotest ini. Kadang kalo dalam proses penerimaan pegawai, ini namanya Test Potensi Akademik (TPA), sekalipun dalam beberapa teori dan praktek ada yang bilang bahwa punya IQ yang baik saja tuh nggak cukup, karena ada yang namanya Spiritual Quotient (SQ) dan ada juga Emotional Quotient (EQ) alih-alih hanya berpatokan pada Intelligence Quotient (IQ).
Tapi bagaimanapun juga, karena memang mayoritas kita sudah terbiasa menilai dengan IQ saja, yah... TPA ini masih menjamur dimana-mana sebagai alat untuk mengukur kemampuan dasar kita sebagai manusia. Karena, belum ada alat yang pasti deh kayanya yang bisa digunakan untuk mengukur secara akurat mengenai potensi SQ dan EQ seseorang.
Menurut QQ, Test IQ itu emang sebenernya bisa mengukur kemampuan dasar seseorang. Misalnya gini, ada soal matematika dasar yang sering muncul di test IQ. "Jika suatu pekerjaan bisa diselesaikan 2 orang dalam satu hari, maka berapa lama suatu pekerjaan tersebut selesai bila diekerjakan oleh 8 orang?" Misalnya...
Nah, kita sebenernya bisa melihat reaksi orang tersebut, bagaimana dia melakukan perhitungannya. Apakah cukup baginya untuk melakukan perhitungan di dalam pikirannya saja? ato dia perlu menuliskan rumusnya dari awal di kertas coret-coret? Ato jangan-jangan dia cukup melihat soalnya saja dan kemudian langsung tahu jawabannya.
Nah, menurut QQ, test yang sifatnya eksakta kaya gini, ini bisa kita andalkan sebagai alat ukur kemampuan dasar seseorang. Karena bagian-bagian dari test IQ ini antara lain adalah misalnya meneruskan pola. Dengan test ini, kita melatih proses analisis kita, dengan melihat pola yang ada, kita bisa menentukan pola selanjutnya apa. Banyak hal yang bisa kita nilai dari kemampuan kita disini. Ato kemaren tuh malah ada test yang ada gambar, trus kita diminta menebak, kalo dijadikan bangun 3 dimensi, bentuknya kaya apa. Ini juga menganalisis proses imajinasi kita. Apakah kita bisa langsung tahu bentuknya kaya apa, ato kita harus meniru polanya dan membentuknya secara nyata dulu baru bisa tahu bentuknya kaya apa.
Test ini tidak menilai pengetahuan kita secara umum. Test ini hanya menilai 'Potensi' kita. Apabila kita ditemukan dengan masalah seperti "ini" bisakah kita datang dengan solusinya? seberapa cepat otak kita bisa memikirkan solusi untuk sebuah masalah? atau seberapa tepat solusi yang kita berikan tersebut.
Namun ada bagian dari TPA tuh yang QQ benci, ketika sudah masuk ke bagian yang sifatnya kualitatif. Kalo yang sebelumnya tadi khan tuh sifatnya pasti. Salah berapa, bener berapa, dapet berapa soal yang berhasil dikerjakan dalam waktu tertentu? Tapi ada beberapa bagian yang menurut QQ kurang bisa diandalkan dalam menilai bagaimana pribadi kita.
Contohnya, Test gambar...
Benarkah kita bisa mengukur pribadi seseorang dari gambar yang dia buat?
Okelah, mungkin dengan penelitian yang cukup lama dan menyeluruh, kita bisa menilai orang berdasarkan gambar yang dia buat. Hanya saja, menurut QQ masalahnya adalah... Kalo gitu, dengan mengubah gambar kita, kita bisa mengubah kepribadian kita??
misalkan nih orang penjahat nih, tapi dia melek teknologi. Terus karena dia googling soal test gambar ini, dia menemukan bagaimana gambar yang ideal itu seharusnya. Kemudian dia membuat sebuah gambar yang kira-kira menguntungkan dirinya. Apakah bisa dinilai dan dipercayai hasil test-nya?
Dengan adanya teknologi internet, meskipun emang ga pernah bisa ditemukan jawaban yang pasti atau gambar yang terbaik untuk test tersebut, tapi menurut QQ, sebagian besar rahasianya sudah bocor. Sehingga test ini hanya bermanfaat bagi mereka yang belum pernah mengetahuinya, maka dia akan menggambar apa adanya dirinya dan tidak berusaha menggambar sesuatu yang bukan dirinya.
Sama satu lagi test yang QQ ga suka, Test konsistensi. Ada tuh test yang milih diantara dua,
a. Saya suka bergaul dengan orang lain
b. Saya suka menyenangkan atasan
dan soalnya diulang berkali-kali dengan nada yang kurang lebih sama. Kalo mengikuti instruksi yang diberikan, "Jawab sesuai dengan kepribadian anda", maka kita justru akan terjebak. Banyak yang bilang, ini merupakan test konsistensi. Untuk melihat bagaimana konsistensi sikap kita terhadap apa yang kita jawab.
Namun kemaren test ini dilengkapi dagi dengan kuadrat 3. ada 3 test sejenis diberikan dalam satu waktu. Waduuuh, puyeng pangkat 3 dah. Malah ada test essay yang memiliki satu pertanyaan, "Siapakah saya?" Pada bagian ini, QQ rasanya kecele abis-abisan. Karena QQ terpatri pada idealisme (#Deile), jadi QQ ngisi beneran apa yang ada di benak QQ saat itu.
1. Saya adalah manusia biasa
2. Saya adalah seorang hamba Tuhan YME
dst...
Ternyata QQ baru kepikiran, jangan-jangan nih test ada hubungannya ama test konsistensi sebelumnya. Jadi kita tuh harusnya ngisi apa yang telah kita isi sebelumnya. Misalkan pada test sebelumnya kita memilih "Saya adalah orang yang suka memperhatikan detail dan kerapihan" maka itulah yang kita pindahkan ke lembar jawaban.
Kenapa QQ mikir gitu, karena pada pertanyaan selanjutnya adalah, kita diminta mengisi 5 yang kita anggap paling kita banget. Dan untuk yang itu, QQ ngisinya lagi-lagi berbeda dengan test konsistensi tadi. Aaargh.....
Benci banget dah ama Psikotest dan semua misteri yang ada di belakangnya itu. Coba bayangkan, bagaimana bisa kita menggambarkan kepribadian kita berdasarkan pilihan-pilihan yang tersedia di soal sebelumnya. Seharusnya pertanyaanya menjadi, "Siapakah saya, DI TEMPAT KERJA" alih-alih hanya menuliskan pertanyaan, "Siapakah saya?" karena jawabannya bisa luassssssssssssssss....
Yah, ibarat kata, QQ udah memberikan yang terbaik, udah berusaha True to myself, semoga aja mendapatkan hasil yang terbaik dari Psikotest kemaren. Yah, meskipun IQ QQ jeblok, semoga aja QQ bisa menutupinya dengan SQ dan EQ yang QQ miliki.
What can I do in one lifetime... I guess a lot. So let me share you a part of my one lifetime in this world. A wise man once said, "A smart person learn from his mistakes, but a wise person finds the smart person and learn from his mistakes altogether" Hope you can learn something from my story...
Who Am I? Not Spiderman
- Chronov
- Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
- Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.
No comments:
Post a Comment