Who Am I? Not Spiderman

My photo
Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.

Tuesday, June 25, 2013

Berikan Maaf yang Sesungguhnya

Pernah denger ucapan-ucapan sebagai berikut?
"Aku terima maaf kamu, tapi kita takkan pernah seperti dulu lagi..."
"Kamu aku maafkan, tapi kamu harus ini dan itu..."
dan yang paling famous adalah....
"You're forgiven, not forgotten...."

Terkadang kalo kita berbuat salah kepada seseorang, se-sulit-sulit-nya kita untuk minta maaf, percayalah lebih sulit lagi bagi orang yang harus memaafkan. Ibarat kata orang, kalo kita berbuat salah pada seseorang, ibaratnya kita menancapkan paku ke dalam sebuah batang kayu. Untuk meminta maaf, sesulit mencabut paku tersebut. Namun untuk memaafkannya, sesulit mengembalikan kondisi kayu tadi yang telah berlubang untuk kembali seperti semula.

Ustadz pada pengajian minggu lalu membahas masalah ini. Kemudian ada yang bertanya, "Ustadz, bagaimana jika kita sudah meminta maaf pada seseorang, namun orang tersebut tetap saja enggan untuk memaafkan kita. Apakah boleh kita kemudian mendiamkan dia juga? anggaplah sebagai 'memberi pelajaran' pada orang tersebut"

Pertanyaan yang sangat luar biasa, karena sadar ga sadar, kita sering melakukan hal ini. Kadang kita berbuat salah pada orang lain, kemudian kita sudah jungkir balik minta maaf, tapi orang tersebut tetap saja mengacuhkan kita. Lantas kemudian kita membalas mengacuhkan orang tersebut juga dengan dalil, "Biar tahu rasa."

Ternyata jawaban yang lebih luar biasa lagi disampaikan oleh sang Ustadz.
Ternyata, hal tersebut tidak ada dalil-nya. yeah, of course...
Meminta maaf adalah tugas dari orang yang berbuat salah, sementara memberi maaf adalah tugas dari orang yang disalahinya. Kita meminta maaf, jika kita tidak dimaafkan, maka minta maaflah sekali lagi. Namun kita jangan pernah mengacuhkan orang tersebut dengan dalil 'memberi pelajaran' baginya. Karena ketika kita mengacuhkannya, kita menutup pintu kebaikan kita padanya. Dengan terus berusaha berbuat baik kepada orang yang tak mau memaafkan kita tersebut, kita terus mendulang amal dan pahala di sisi Allah. Sedangkan bagi dia yang tak mau memaafkan kita, pintu kebaikan tertutup baginya, biarlah itu menjadi urusan Allah swt.

Kalo kata Pak Mario Teguh, Superrr sekali...
Intinya dalam hidup ini adalah terus berusaha berbuat baik pada orang lain. Namun jika ternyata kita berbuat salah pada orang lain, meminta maaflah dengan sepantasnya. Kalo misalnya kita nampar orang lain tanpa sebab yang jelas, terus minta maafnya cuma lewat sms dengan mengerik, "Maaf ya". Maka orang-orang kaya gini ga punya otak juga. minta maaflah dengan sepantasnya.

Jadi terkadang jika orang belum mau memaafkan kita, mungkin ada sesuatu yang belum kita lakukan. Kalo QQ pribadi, ucapan maaf terbaik bukanlah dengan ucapan dan berbagai tindakan untuk minta maafnya, melainkan melalui perbuatan. Tunjukkan bahwa kita menyesali perbuatan salah kita dan kita telah berubah dan berusaha untuk tidak terulang lagi di masa yang akan datang. Dengan perbuatan itu, kalo ama QQ, ga perlu lagi minta maaf, semuanya sudah berlalu dan termaafkan.

Kemudian Maaf itu apakah cukup dengan, "Iya saya maafkan" saja...?
Bagaimana dengan ucapan maaf yang ada di awal tulisan ini?
Kita maafkan orang tersebut, tapi perbuatannya itu takkan pernah kita lupakan. Apakah itu sama dengan telah memberi maaf? Ato ibaratnya kita dimaafkan, tapi ya udah setelah itu komunikasi tetap aja ga lancar.

Kalo kata pak Ustadz, itu belum mencapai tahapan 'Maaf yang sebenarnya'. Ketika setelah ucapan "Aku Maafkan" terucap, kemudian masih ada embel-embel setelahnya, maka itu artinya kita belum sepenuhnya memaafkan orang tersebut.

Tapi gimana ya Pak Ustadz... Kalo udah kita maafkan, eh terus orang tersebut menancapkan 'paku' di lubang yang sama dengan sebelumnya.... khan makin sakit tuh....
Pertanyaan ini tak pernah terucap, hanya dalam hati saja... haahahaha...
Tapi menurut QQ, itulah bedanya hati manusia dengan sebatang kayu. Hati manusia bisa sembuh, waktu bisa menyembuhkan luka. Hanya saja memang tak diingkari bahwa tempat yang sama akan rentan apabila terkena luka untuk kedua atau ketiga kalinya.

Namun jika kita memberikan maaf pada orang lain, berikanlah dengan tulus tanpa embel-embel di belakangnya. Dengan begitu, kita akan membuka pintu kebaikan kita terhadap orang tersebut. Kita juga menjalin silaturrahmi dengan orang tersebut. Bukankah menjalin silaturrahmi itu memperpanjang umur kita?


Jadi masalah meminta maaf dan dimaafkan ini memang dilematis.

Dari orang yang meminta maaf, terkadang kita merasa bahwa perbuatan kita tuh wajar-wajar saja. Namun kita harus menyadari bahwa setiap orang memiliki batasannya masing-masing. Jadi bika kita merasa telah menyakiti perasaan seseorang atau bahkan menyakiti fisik seseorang, maka sudah sepantasnya kita jungkir balik hingga orang tersebut mau memaafkan perbuatan salah kita.

Dari sisi orang yang memaafkan, maka ini adalah hak-nya sendiri untuk memberikan maaf atau menolak permintaan maaf dari seseorang yang berbuat salah kepada dirinya. Jadi sebelum kita merasa begitu sombong dan angkuh untuk enggan memaafkan, ingatlah bahwa Allah swt adalah Maha Pemaaf. Setiap kita enggan memaafkan orang lain, pikirkanlah, "Bagaimana jika Allah swt juga enggan untuk memaafkan setiap kesalahanku?"

Akan sangat lebih baik jika kita lebih berhati-hati agar kita tidak menyakiti perasaan orang lain. Namun jika ada yang berbuat salah kepada kita dan menyakiti hati kita, segeralah kita maafkan bahkan sebelum orang tersebut meminta maaf kepada kita. Selalulah kita berbuat kebaikan kepada orang lain, karena itu akan membuka pintu-pintu kebaikan untuk kita.

No comments:

Post a Comment