Who Am I? Not Spiderman

My photo
Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.

Thursday, May 23, 2013

Terlalu Banyak Minta Maaf

Pernah merhatiin ga sih dalam beberapa tanda-tanda di sekitar kita, misalkan di toilet. Ada sebuah anjuran untuk menyiram toilet setelah kita pakai untuk buang air besar/kecil. Padahal itu adalah sebuah larangan yang baik dan bahkan seharusnya itu berbentuk perintah dan menggunakan tanda seru tiga biji kalo perlu. Namun ternyata, yang tertulis adalah, "Maaf, sehabis buang air besar/kecil harap disiram sampai bersih"

Aneh ga siiih??? yang harusnya minta maaf tuh orang-orang yang pipis ga nyiram sehingga WC-nya jadi bau pesing, eh kok malah yang punya toilet yang minta maaf. Yang lebih anehnya lagi, maaf kok diikuti dengan kalimat yang bersifat anjuran. Maaf tuh kita lakukan karena kita menyadari ada kesalahan yang kita perbuat, bukan karena menganjurkan sesuatu.

Pagi ini malah lebih lucu lagi, Ada undangan untuk pengajian pagi ini, namun ditutup dengan kata, "Maaf dan Terima Kasih." Kayanya Terima Kasih aja udah cukup deh, kenapa lagi minta maaf?

Kadang yang luar biasanya tuh, menurut QQ kita tuh kadang menggunakan kata maaf ini tanpa kita menyadarinya. Mungkin untuk mengedepankan rasa sopan santun dan rendah hati. Mengutip Homer Simpson, Duh!. Yang ada malah menurut QQ itu kelihatan lemah dan rendah diri.

Bayangkan kalo di rambu-rambu lalu lintas menjadi tulisan, maka akan bermunculan, "Maaf, Jalur Satu Arah", "Maaf, Lampu Merah Harus STOP", "Maaf, Pelan-pelan Ada Anak-Anak."

WTF + WTH....!!!
Kata maaf yang marak penyalahgunaan ini menurut QQ malah mendegradasi tujuan kata maaf itu sendiri. Kata Maaf tuh sangat mulia tujuannya. Maaf menyatakan bahwa kita menyesal telah melakukan sesuatu dan kita berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Jadi amat sangat salah kalo kata maaf digunakan dalam konteks anjuran atau larangan. Kenapa pula minta maaf???

Menurut QQ, penggunaan kata maaf ini ga ada hubungannya sama adat ke-timur-an yang kita miliki. Karena Maaf tuh ga ada hubungannya dengan kesopanan, terkait konteks penggunaanya dalam larangan atau anjuran. 

Misalkan kita di Masjid nih, kemudian kita harus melangkah diantara dua orang yang duduknya rapat, barulah kita harus menggunakan kata maaf untuk kesopanan, "Maaf permisi saya numpang lewat." Kenapa bilang Maaf? karena kita akan merepotkan orang tersebut untuk sedikit bergeser karena kita akan lewat. Belum tentu dia senang dengan perbuatan kita, sehingga kita perlu mengucapkan Maaf.

Namun kalo, "Maaf Dilarang Buang Sampah Disini." Apa tujuannya kata maaf disana??
Kita menyesal karena membuat orang harus buang sampah di tempat lain?? yah mau gimana lagi, emang tempat kita bukan tempat sampah. Malah kalo perlu, buat aja tulisan, "Yang Buang Sampah di Sini, GA PUNYA OTAK!!! Ini Bukan Tempat Sampah Tauuu!!!"

Memang terkesan kejam dan penuh amarah, tapi masalahnya adalah terkadang nih orang-orang yang bebal ini emang ga bisa dilembutin. Kalo perlu, dibuat sensor, misalnya ada yang buang sampah, otomatis sampah tersebut kelempar lagi ke mukanya.

Tiba-tiba QQ jadi mikir, "Hmmm... nih tulisan penting ga sih?"
Mengapa menurut QQ penggunaan kata maaf ini harus lebih tepat guna?
Karena menurut QQ orang sekarang jadi menyepelekan kata maaf seolah-olah menjadi kata yang maknanya kecil. Sehingga lahirlah penggunaan kata Maaf yang baru, "Udah deh, daripada ribut, biilang MAAF aja napa!!!"

Kata Maaf menjadi tak bermakna. Orang terkadang mengucapkan kata maaf dengan mudah, hanya karena menghindari konflik lebih lanjut. Masalahnya adalah, orang ini ga tahu letak kesalahannya tuh dimana, yang penting dia minta maaf. Sehingga kemungkinan untuk kesalahan yang sama terulang sekali atau berkali-kali lagi, akan menjadi sangat besar. 

Ibaratnya, "Cuma orang bego yang jatuh ke lobang yang sama dua kali"
Sekarang masalahnya orang bego itu ga tahu dimana lobangnya. Ya jelas aja dia akan jatuh lagi ke lobang yang sama. Sekarang kita dituntut untuk pintar. Pastikan ketika kita mengucapkan kata Maaf, kita tahu persis untuk apa kita minta maaf. Sehingga kita tidak akan terjebak dalam kesalahan yang sama dan menyakiti orang yang kita sayangi dua kali untuk kesalahan yang sama.

Be Smart!!!
(bukan, "Maaf, mohon Be Smart")

No comments:

Post a Comment