Who Am I? Not Spiderman

My photo
Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.

Thursday, May 30, 2013

Amarah : Penyesalan datang Belakangan

Nabi Muhammad SAW pernah berkata bahwa, "Orang yang pailng kuat bukanlah orang yang yang bisa mengalahkan musuhnya yang paling kuat, Namun Orang yang paling kuat adalah orang yang bisa menahan amarahnya..."

Pernah denger kisah ini ga?
Pada suatu hati ada seorang bapak yang sedang bekerja memperbaiki pagar rumahnya. Kemudian sang Anak tak henti-hentinya bermain di sekitar pagar tersebut dan mengganggu sang Bapak dalam bekerja. Sang Bapak berkata, "Nak, berhenti dulu bermain, jangan loncat-loncat pagar dulu. Ini masih Bapak pasang pagarnya." Namun sang Anak seakan tak memperdulilan peringatan sang Bapak. Hingga ketika sang Bapak hendak memaku, tiba-tiba sang anak menabrak punggung sang Bapak dan Palu tersebut nyasar ke jempol sang Bapak dan dia teriak kesakitan. Dalam amarahnya yang memuncak, Dia mengambil tangal anaknya dan dipukulnya begitu keras lengan kanannya. Sekarang sang Anak teriak begitu keras karena kesakitan.

Pada malam harinya, sang Anak terus menangis karena tidak bisa tidur akibat rasa sakit yang dialaminya. Sang Bapak kemudian melihat keadaan sang anak, ternyata tangan kanan anaknya biru membengkak, suhu badannya begitu panas. Akhirnya sang Bapak membawa anaknya ke rumah sakit. Namun ternyata dokter berkata, "Maaf, ternyata lukanya infeksi, dan kami harus meng-amputasi tangan anak anda agar mencegah infeksinya meluas." Sang Bapak tertunduk dengan berlinang air mata penuh penyesalan.

-The End-
Ada yang butuh tissue?

Jadi begitu luar biasanya kekuatan amarah ini dalam mengendalikan akal sehat kita dan membuat kita untuk sesaat tidak berfikir panjang. Karena itulah, orang yang paling kuat bukanlah orang yang paling perkasa, namun orang yang paling bisa menahan amarahnya. 

Menahan amarah ini juga bukan artinya kita bersabar karena takut. Kita pada dasarnya bisa marah, namun kita tahan. Bayangkan dalam dua skenario ini. 

-SATU-
Kita lagi jalan, trus tiba-tiba ada mobil lewat comberan dan cipratannya mengenai sebagian pakaian kita. Kita melihat sebuah batu, namun kita menahan amarah kita untuk tidak melemparkan batu tersebut ke mobil tadi.

-DUA-
Kita ketemu preman di jalan, tiba-tiba dia menodongkan pisau ke kita dan meminta dompet yang kita bawa. Kita marah, namun karena tidak ada yang bisa kita lakukan, kita pasrah.

Nah, kelihatan bedanya?
Kalo yang SATU, itu menahan amarah... tapi kalo yang DUA adalah PASRAH...
Yah, Kita bisa dikatakan menahan amarah adalah ketika kita sebenarnya bisa melakukan pembalasan, tapi kita tidak melakukannya karena kita menahan amarah kita.

Ada sebuah kisah lagi.
Ada seorang anak yang gampang sekali marah, setiap kali dia terkena masalah, dia akan marah-marah dan membanting suatu barang di rumahnya. Hingga pada suatu hari, seorang bijak datang kepadanya dan berkata, "Nak, Saya ingin kamu berusaha untuk menahan amarahmu, kasihan orang tuamu melihat kamu seperti itu. Sekarang Saya ingin setiap kali kamu marah, kamu tancapkan satu paku ke kayu ini." Kata sang Orang Bijak sambil menyerahkan sekotak paku dan sebatang kayu.

Esoknya setiap kali Anak tersebut marah, dia menancapkan sebatang paku ke kayu tersebut. Setelah satu minggu, jumlah paku yang ia tancapkan ke kayu semakin berkurang setiap harinya. Kemudian ia datang kepada Orang Bijak untuk melaporkan hal ini. Sang Orang Bijak kemudian berkata, "Sekarang, setiap kali kamu berhasil menahan amarahmu, Saya ingin kamu mencabut satu paku dari kayu ini."

Kali ini, tak butuh waktu seminggu bagi anak itu untuk mencabut seluruh paku yang tadinya tertancap di kayu tersebut. Ia pun kembali ke Orang Bijak tadi dan menyampaikan hal ini. Sang Orang Bijak kemudian berkata, "Selamat, Kamu telah berhasil menahan amarahmu. Namun coba kamu lihat kayu ini, Sebaik apapun kamu menahan amarah, sebaik apapun kamu meminta maaf, lobang di paku ini akan tetap ada."

-The End-
Butuh tissue lagi??

Jadi ceritanya, pagi ini QQ telat dua menit karena ternyata jam dinding di kost telat 15 menit... arrrgh dasar batre keparat!!!
Rasanya pengen tak banting jam itu tadi... hahaha...
Tapi yaaa.... ntar tetep kena potong 0.5% dan harus beli jam baru...
Jadi, tahan saja amarahnya....

Begitulah amarah, Kita tidak bisa menarik lagi hasil perbuatan kita ketika kita sedang dikuasai oleh amarah. Tangan sang Anak di kisah pertama tadi, takkan otomatis kembali sembuh ketika sang Bapak bercucuran air mata penyesalan. Jadi, hendaklah kita berpikir baik-baik sebelum menyerahkan diri kita sepenuhnya untuk dikuasai rasa amarah.

Sabar dan tahanlah amarah yang mungkin membara dalam diri kita. Jadilah orang-orang yang paling kuat.

No comments:

Post a Comment