Ini adalah sebuah kisah yang melekat di benak QQ, entah siapa yang menyampaikannya, entah bersumber dari hadits atau bukan, namun menurut QQ, kedalaman cerita ini layak menjadi pelajaran bagi kita semua.
Alkisah ada seorang yang ta'at beragama. Ia tak pernah meninggalkan sholat, tak pelit berinfaq dan sedekah, tangannya ringan untuk membantu sesamanya, dan Masjid-pun rindu kepadanya. Pada suatu hari, orang alim ini melintasi sebuah rumah, dalam perjalanannya. Di Pagar rumah tersebut mekarlah setangkai bunga yang sangat cantik. Bibirnya mengagumi Bunga tersebut dengan berkata, "Sungguh indah ciptaanmu ya Allah." Tangannya kemudian memetik Bunga tersebut dan kemudian ia melanjutkan perjalanannya.
Beberapa tahun kemudian, orang ini habis umurnya di dunia dan tibalah saat baginya untuk menghadap Allah SWT. Namun Alkisah bercerita, dalam hisabnya, Orang Alim Sangat baik amalannya dan dia termasuk salah satu penghuni surga. Namun ketika ia menuju ke Surga, ia tertahan di pintu surga. Ternyata karena sang pemilik Bunga tersebut belum meninggal, sehingga ia belum bisa ditanyai mengenai ikhlas atau tidaknya bunga miliknya tadi dipetik oleh si orang Alim tadi. Akibatnya, Sang Orang Alim tadi tertunda masuk Surga karena setangkai bunga yang ia petik di masa hidupnya.
Jika benak kita berpikir, mungkin kita mempertanyakan, "Apalah artinya sekuntum bunga? Sehingga ia bisa menghambat seseorang untuk masuk surga..."
Namun kita takkan pernah tahu arti bunga tersebut sampai kita menanyakan pada pemilik bunga itu. Dalam kisah itu, QQ ga pernah tahu akhir ceritanya apakah si pemilik bunga itu ikhlas atau tidak dan apakah sang orang Alim itu masuk ke Surga atau tidak. Namun berat cerita ini memang bukan di akhir cerita. Kita harus memetik pelajaran dari cerita yang ada itu.
Hal yang terkadang kita kira kecil, ternyata memiliki peran penting dalam penentuan kita untuk masuk surga atau neraka. Itu terjadi pada orang yang Alim, coba bayangkan jika terjadi pada kita? Apakah amalan kita sudah cukup untuk menutupi kesalahan-kesalahan kecil kita?
Perbuatan kita, bisa kita arahkan pada 3 hal. Diri kita, kepada Allah SWT dan kepada Orang lain. Jika kepada kita dan kepada Allah SWT, maka dalam proses Hisab kita, pihak-pihak yang terkait ada di tempat. Kita berbuat salah kepada Allah, kita bisa langsung minta ampun kepadaNya. Namun jika perbuatan dosa kita kita perbuat kepada orang lain, bahkan Allah pun tak dapat mengampuninya bilamana orang lain itu merasa belum ikhlas.
Katakanlah kita sedang naik mobil di sebuah jalan yang becek. Karena kita begitu senangnya naik mobil, tidak kecipratan comberan, kita memacu mobil dengan kencang dan akibatnya, comberan menyembur kemana-mana dan mengenai pengendara motor. Bayangkan, berapa banyak hati yang dongkol dan sakit akibar perbuatan kita. Mungkin kita tak menyadarinya, atau mungkin kita menyadarinya namun memilih untuk acuh tak acuh.
Sekalipun amalah kita baik semuanya, namun kita bisa saja masuk neraka dulu meski hanya untuk beberapa menit, karena sakit hati orang-orang yang terciprat comberan kita tadi. Bisa jadi orang tersebut sudah rapih dndan, ke salon karena ia mau pergi ke pernikahan saudaranya. Namun akibat perbuatan kita, dia harus tampil dengan tambahan noda coklat di sekujur celananya. Hey, kita tidak tahu itu.
Hal kecil lainnya misalkan ucapan kita. Hati-hati berucap, Mulutmu harimaumu. Kita tidak tahu ketika kita berucap, siapa saja yang tergigit dan terluka akibat ucapan kita. Bagaimana jika orang tersebut sakit hati dan belum ikhlas sampai kita minta maaf kepadanya?
Kita terkadang berfokus pada hal-hal besar dalam kehidupan beragama kita sehari-hari, namun hal-hal kecil yang tampaknya kurang kita perhatikan justru bisa menjadi penentu kita apakah kita menjadi penghuni surga atau penghuni neraka, walau cuma sebentar.
Ayat Qur'an ada yang artinya, "Meski sekecil zarrah, kamu akan merasakan akibat perbuatan kamu. Jadi, katakanlah orang yang kita sakiti itu tidak ikhlas, kita harus mendapatkan balasannya. Meskipun hanya dicelup sekali di Neraka, kayanya QQ ga mau deeeh... hiiiy... amit-amittt.....
Jadi sebisa mungkin kita harus berhati-hati dalam hidup ini. Jika kita tak sengaja menciprati seseorang, berhentilah sebentar dan minta maaflah pada orang tersebut. Jika kita tak sengaja menyakiti orang dengan ucapan kita, genggamlah tangannya dan ucapkan penyesalan yang mendalam. Jika kita hendak memetik bunga milik orang lain, sudilah kiranya mengetuk pintu pemiliknya dan mintalah dengan baik-baik.
Hablum minan naas ini gampang-gampang susah. Namun kita harus berhati-hati agar ketika nanti kita meninggal dunia, masih ada orang yang menyimpan sakit hati terhadap perbuatan yang pernah kita lakukan.
Mungkin untuk mencoba bersiap-siap, kita haruslah menjadi orang yang memaafkan. Jika sesuatu itu terhadi pada kita. Kita terciprat comberan, orang lain menyakiti kita, atau sesuatu milik kita diambil orang lain... Jadilah seseorang yang pemaaf. Tanpa perlu orang lain meminta maaf kepada kita, kita maafkan perbuatan salah mereka terlebih dahulu. Ssemoga saja Allah mencatat setiap perbuatan baik kita, karena hanya Dialah yang paling mengetahui.
Ingat-ingatlah perbuatan salah kita pada orang lain, namun maafkanlah perbuatan salah orang lain kepada kita.
Ingat-ingatlah perbuatan baik orang lain kepada kita, namun lupakanlah perbuatan baik kita kepada orang lain.
What can I do in one lifetime... I guess a lot. So let me share you a part of my one lifetime in this world. A wise man once said, "A smart person learn from his mistakes, but a wise person finds the smart person and learn from his mistakes altogether" Hope you can learn something from my story...
Who Am I? Not Spiderman
- Chronov
- Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
- Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment