Who Am I? Not Spiderman

My photo
Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.

Thursday, April 18, 2013

Menjadi Pemimpin Hebat yang Sesungguhnya

Ada sebuah kutipan dari seorang yang bernama Charles de Montesquieu,

"To become truly great, ONE has to stand with people NOT above them"

yang kurang lebih kalo diartikan, akan menjadi, "Untuk menjadi hebat yang sesungguhnya, seseorang itu harus berdiri bersama rakyatnya, bukan di atas mereka"



Ironis bukan, apakah yang terjadi dengan pemimpin di negara ini? Biasanya kalo statusnya masih rakyat biasa, dia berdiri dan makan bersama rakyat, tapi begitu dia naik tahta, langsung deh serasa Bos. 

Apa coba penyakit-penyakit Bos...?
Pengen ditinggi-in, pengen dihormatin, dan yang paling parah adalah, selalu pengen ditungguin.

Perhatikanlah dalam setiap acara apapun itu. Yang datang paling akhir adalah PEMIMPIN. Dan itupun harus dijemput oleh ajudannya dan dengan kata-kata, "Semua sudah hadir dan acara siap dmulai."

Seorang pemimpin harus bisa berdiri bersama rakyatnya. Jika rakyatnya memang menunggu, maka pemimpin hendaklah menunggu bersama rakyatnya. Tidak ada perlakuan spesial terhadap pemimpin. Justru pemimpin yang tidak mengharapkan perlakuan spesial-lah yang akan mendapatkan perlakuan spesial. Justru seorang pemimpin yang tidak gila hormat-lah yang akan mendapatkan penghormatan tertinggi.

Menurut QQ, bedanya seorang pemimpin dan staff adalah masalah wewenang dan tanggung jawab. Kalo masalah kerjaan, QQ yakin lebih sulit jadi seorang staff. Seorang pemimpin yang baik harusnya tidak karena bawahannya baik semua, namun dia memang sudah baik dari sononya.

Terkadang ada orang bilang, "Si Bapak A itu bagus pemimpinannya kalo bawahannya bagus semua.."
lha terus kalo bawahannya busuk semua, hancur dong dia...?
Pemimpin yang seperti itu adalah cotoh pemimpin yang buruk.

Hmm.... kalo QQ jadi pemimpin, jadi kaya apa yaaa?
wakakakaka...
Jangan-jangan sama ancurnya...
Wah, padahal khan target Presiden RI masih terbuka lebar... hehe...

Metode kepemimpinan sekarang sudah berbeda dengan yang dulu, dimana pemimpin berada di depan. Kalo banyak orang gambarkan saat ini, Kepemimpinan tuh diiibaratkan kaya kita lagi maen Arung Jeram alias Rafting.

Pemimpin berada di tempat paling belakang, memberikan komando dari belakang. Kenapa di belakang? karena di belakang, seorang pemimpin tetap bisa melihat ke depan dan dia juga bisa merasakan apa yang dirasakan oleh anggotanya.

Tapi kalo pemimpin cuma bisa melihat ke depan saja, tanpa bisa merasakan apa yang dirasakan oleh bawahannya, kebijakan yang akan terjadi adalah kebijakan yang tidak memihak. Dia bisa saja kasih perintah, "Doroooong.... doroooong..." padahal saat itu, kapal sedang nyangkut di batu. Pemimpin itu tak menyadari bawahannya sedang berusaha membebaskan diri, karena dia sibuk menatap ke depan saja.

Seorang pemimpin yang tidak pernah merasakan rasanya berada di bawah, maka dia tidak layak sama sekali untuk menjadi pemimpin.

Secara gambar dan hirarki, seorang pemimpin memang berada di atas yang lainnya. Namun dalam kehidupan nyata, siapa yang mengharuskan pemimpin berada di atas semua orang?

Pemimpin yang merakyat, mungkin itulah yang bisa menjadi kata untuk menyimpulkan tulisan ini. Seorang pemimpin harus bisa turun dan merasakan apa yang dirasakan oleh bawahannya. Mungkin sekali atau dua kali, seorang pemimpin harus keluar dari tempatnya dan terjun langsung ke lapangan. Meskipun itu hanya sebuah pertanyaan singkat kepada Staff-nya, "Apa masalah yang sedang dihadapi anda saat ini?"

Menurut QQ, itulah seorang Pemimpin Hebat yang sesungguhnya. 
#wishIcanBeLikeThat

No comments:

Post a Comment