Who Am I? Not Spiderman

My photo
Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.

Monday, March 14, 2016

Ubah Sudut Pandang Kalian

Kalo mau belajar tentang sudut pandang yang berbeda, silahkan baca blog QQ yang sebelumnya dengan cara klik di sini.

Blog itu cerita tentan 4 orang yang memandang satu patung Merlion yang sama namun menghasilkan empat cerita yang berbeda. Jadi blog ini lebih merupakan sekuel dari blog tersebut. Apabila kita sudah menyadari bahwa dalam sebuah kisah, bisa terdapat lebih dari satu sudut pandang dan cerita, tergantung dari siapa yang bercerita dan melihat dari aspek mana orang tersebut ketika bercerita.

Blog sebelumnya, lebih bercerita bahwa jangan kita asal bicara seolah-olah yang kita sampaikan itu adalah one-true story sebelum kita melihat dari sudut pandang yang berbeda, sekarang bagaimana jika kita mengetahui sisi-sisi dari sebuah cerita tersebut dan memanfaatkannya untuk membuat kita bisa mengubah cara pandang terhadap suatu hal.

Sebuah contoh yang berbeda dari patung Merlion adalah, bayangkan ada sebuah bola sepakbola di depan kita yang baru saja dimainkan di suatu sore hari yang becek akibat hujan deras. Kemudian kita memutuskan untuk kembali menyimpan bola tersebut di rak yang tersedia. 

Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menyimpan bola tersebut. Yang paling obvious adalah tentu saja mencuci bola yang kotor tadi hingga bersih, untuk kemudian baru kita pajang di rak. Kalo menyimpan bola kotor, tentu saja ga enak untuk dilihat dan mungkin tangan kita gatal untuk membersihkannya.

Namun kemudian setelah kita cuci dan bersihkan, ternyata sepertiga bagian dari bola tersebut ada yang lecet sehingga noda tanah yang masuk, susah hilang dan meninggalkan noda coklat di sepertiga sisi bola tersebut. Lalu kemudian ketika kita akan menyimpan bola tersebut di rak, apakah kita akan menampilkan sisi yang lecet? atau kita menampilkan sisi yang bersih?

Sebut saja asumsi di sini, kita adalah orang yang perfeksionis. Maka tentu saja bagian yang lecet ga sedap untuk dipandang, sehingga kita lebih memilih untuk memajang sisi yang bersih. Kita tahu di bagian sisi belakang bola tersebut ada yang lecet, tapi kita lebih berfokus pada memandang bagian yang bersih dari bola tersebut sehingga bagian yang lecet tadi masuk blindspot dan kita bisa menunda keputusan untuk membeli bola yang baru.

Lalu apakah hubungan antara bola tersebut dengan sudut pandang kita?
Seandainya dalam hidup kita begitu mudahnya mengubah sudut pandang, maka kita akan bisa melihat yang terbaik dalam sisi setiap orang.

Bayangkan kita memiliki orang tua, suami, istri, saudara, paman, tante, teman, sahabat, pacar dan lainnya. Terkadang kita mengetahui bahwa ada bagian yang buruk dari orang yang kita sayangi tersebut, namun kita terkadang sulit untuk membersihkannya seperti apa yang kita inginkan, namun bagaimana cara untuk kita bisa bertahan agar bisa tetap bersama dengan orang yang kita sayangi tersebut?

Ubah cara pandang kita terhadap mereka.
Mengubah cara pandang ini merupakan sebuah usaha yang aktif, perumpamaannya adalah seperti memutar bola tadi agar yang tampil adalah sisi yang bersih. Bola tidak akan bisa memutar dirinya sendiri, harus kita yang memutar bola tersebut agar menunjukkan sisi terbaiknya. Andai kita kembali pake contoh patung Merlion pada blog sebelumnya, gimana agar Atlas bisa memahami susut pandang Dunne? jawabannya adalahAtlas harus secara aktif melakukan usaha untuk bergerak pindah ke tempat Dunne berdiri agar paham dengan sudut pandangnya Dunne.

Karena nyatanya dalam hidup kita, menggantikan orang yang kita sayangi, tidak semudah dengan membeli bola baru. Kita harus bisa hidup dengan kekurangan orang lain. Namun, seperti bola tadi, kekurangan seseorang tersebut tidak 100% dari orang tersebut, bisa saja hanya sebagian kecilnya saja dan masih ada sisi yang baik dari mereka. 

Ketika Istri menemukan suaminya ternyata dalam keadaan lelah pulang dari kantor lebih tempramental daripada biasanya, dan pada suatu malam terjadi peristiwa penamparan akibat emosi sesaat. Jika sang Istri hanya bisa fokus pada bagian 'lecet' dari sang suami, maka kebayang apa yang akan terjadi dalam sisa hidup mereka? antara lapor KDRT ke polisi atau hidupnya akan penuh dengan dendam dan sakit hati.

Jika memang sang Istri menyadari hal tersebut, maka putarlah 'bola' dalam hal ini sudut pandangnya terhadap sang suami, lihatlah bagian dimana dia bertanggung jawab menafkahi keluarga dan memenuhi kewajibannya menjaga keluarga sebagai pemimpin keluarga.

Contoh lainnya, dalam rumah tangga lainnya, misalkan sang Suami nih sangat suka makan, ternyata sang istri tidak pandai memasak. Maka jika sang Suami tidak dapat memutar bola, dan lebih fokus pada sisi positif lain dari sang istri, maka masalah 'kurang pandai memasak' ini akan menjadi sebuah masalah yang besar. karena setiap kali kita memandang orang terkasih kita, yang kita lihat hanya bagian 'lecet' nya dan kita melupakan bahwa di sisi lainnya sebenarnya ada sisi yang baik, bersih dan lebih positif untuk dipandang.

Toleransi kita terhadap fokus pada sisi yang bersih ini sangat-sangat tergantung pada diri kita sendiri, karena kita yang memegang kendali atasnya. Jika ternyata 70% dari bola tadi ternyata kotor, apakah kita bisa menerima bahwa sisi yang bersih hanya 30% saja?

Ada dari kita yang sekali nila menetes ke sebelangga susu, langsung kita buang semua susu tersebut. Namun ada juga orang yang bisa mengisolasi nila tersebut sebelum merusak semua susu dan membuangnya. Sebelangga tuh gede kayanya, belangga tuh segede ember 40 liter ga sih??
Lain ceritanya kalo karena Sianida setetes, harus dibuang emang... nanti bisa kaya kasus Ngopi Cantik Berujung Nestapa kan...

wah, moga aja ga tersesat nih di perumpamaan-perumapaan yang QQ gunakan... hahaha...

Jadi, sekali kita putar bola (bali ke perumpamaan awal), kita akan selamanya melihat sisi yang bersih dari bola tersebut, dan pada suatu saat kita mungkin bisa melupakan bahwa sebenarnya bola tersebut, sepertiga bagiannya lecet. Requirement-nya adalah bahwa kita bisa untuk berfokus pada sisi yang bersihnya.

Namun jika setiap kali ada sesuatu, kita putar bola tersebut sehingga sisi lecetnya nampak, maka kita takkan bisa berpaling dari fakta bahwa bola tersebut lecet.

Sekali lagi kita tanya pada diri kita, Apakah kita yakin bahwa kita adalah insan yang 100% bersih dan tidak memiliki lecet sama sekali?
Kalo QQ sih bilangnya, Kita semua punya lecet tersendiri. Bahkan yang menurut kita bukan 'lecet' bagi orang lain merupakan sebuah kekurangan. Kembali kita ke kisah Luqman dan Kedelainya.

Jadi, penting bagi kita untuk bisa mengubah sudut pandang kita menjadi fokus pada sisi baik dan sisi positif dari seseorang. Terlepas dari fakta bahwa misalkan orang tua kita bukanlah orang tua yang ideal seperti yang kita harapkan, tapi ingatlah fakta bahwa kita dilahirkan sebagai buah cinta mereka dan kita bisa tumbuh besar akibat dari dibesarkan oleh kasih sayang mereka dan jika kita hanya fokus pada kekurangan kedua orang tua kita, yang akan terjadai adalah kita tidak akan bisa berbakti pada mereka, dan jadilah kita anak durhaka. Bayangkan orang tua hidup di jaman yang berbeda dengan kita, jaman dimana HP masih bisa buat nimpuk anjing dan anjingnya mati di tempat, sementara kita hidup di zaman dimana HP kalo dipake buat nimpuk anjing, malah kacanya yang retak seribu.

Sudut pandang kita bukanlah sesuatu yang tidak bisa diubah. Jika kita menginginkannya, kita bisa melatih diri kita agar bisa memakai kacamata kuda terhadap apa yang kita lihat agar fokus kita hanya kepada hal positif dari orang tersebut. Ibarat Yin dan Yang, setiap orang tuh dipercayai seimbang, ada sisi jahatnya ada juga sisi baiknya. 

Ini ada sebuah eksperimen sosial yang bisa kita coba,

Coba persiapkan sebuah kertas A4 polos, kemudian kita tanyakan pada orang random yang kita temui, "Apakah yang saya pegang?"
QQ yakin, kebanyakan orang pasti menjawab, "Kertas putih polos"

Kemudian kita ambil spidol berwarna merah dan kita buat sebuah titik di tengah-tengah kertas polos tersebut dan kembali kita tanyakan ke orang random yang kita temui, "Apakah yang saya pegang?"
QQ yakin, kebanyakan pasti menjawab, "Titik merah"
Mungkin aja ada, tapi kayanya bakal sangat sedikit yang menjawab, "Titik merah kecil di sebuah kertas putih polos"
Dan bakal lebih jarang lagi yang ngejawab, "Kertas putih polos..."

Poin yang ingin QQ sampaikan di sini adalah, sangat mudah bagi kita semua untuk melihat sebuah titik merah di kertas polos tersebut sehingga kita terkadang menyebutnya sebagai sebuah titik merah dan kita melupakan bahwa 99% persen bagian dari kertas tersebut adalah putih polos.

Sudut pandang manusia ini merupakan suatu hal yang aneh, kita memang terlalu mudah berfokus pada hal yang sifatnya negatif dibandingkan positif. Maka dari itu perlu bagi kita untuk bisa senantiasa menyadari hal ini. Ketika pikiran kita lebih fokus pada titik merah tersebut, ingatkan kembali pada diri kita, ada bagian luas dari kertas tersebut yang masih putih polos. Jika kita memang menginginkan kertas tersebut (di sini, kertas merupakan perumpamaan, kali aja ada yang tiba-tiba bingung... hahaha...) ada dalam hidup kita, maka jangan kita fokus pada setitik merah yang kecil tersebut dan karena titik merah tersebut, kita jadi membuang 99% kebaikan yang ada dalam selembar kertas putih polos tersebut.

Mungkin membuang kertas merupakan sesuatu yang mudah bagi kita, karena apa sih artinya selembar kertas? Namun jika noda merah tersebut ada di orang yang kita kasihi, maka membuang mereka dari hidup kita tak semudah membuang selembar kertas tersebut. Tapi hey.... sekali lagi... jangan fokus pada titik merahnya aja. Fokuslah pada bagian lain yang masih bersih dari titik merah tersebut. 

Berikan upaya terbaik kita untuk sebisa mungkin berdiri pada sudut yang tepat atau mengatur sudut yang tepat agar titik merah tersebut bisa menjadi blind spot dan tidak membuat kita menjadi berpikiran sempit.

Long story short, tak bosan QQ tekankan bahwa usaha untuk mengubah sudut pandang ini merupakan suatu hal yang aktif, bukan pasif. Kita harus melakukannya secara sadar dan kemudian istiqomah di jalan tersebut agar hidup kita bisa berbahagia. Yah, sedikit menipu sendiri lah agar gelembung kebahagiaan kita tidak pecah begitu mudahnya.

Nah, untuk blog selanjutnya adalah pemanfaatan konsep ini untuk hal lain... kalo yang selama ini susah move on tiap abis putus atau pisah. Nantikan... ga lama lagi kok, akhir-akhir ini kebanyakan galau.... jadi ide nulis ngucurrrrrr..... hahaha...

No comments:

Post a Comment