Who Am I? Not Spiderman

My photo
Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.

Wednesday, March 16, 2016

Perasaan versus Logika : Road to Inner Peace

Spoiler Alert!!!

Tiap kali nonton Kungfu Panda, QQ tuh ngebayangin gimana rasanya jadi Master Shifu. Kalo di Kungfu Panda I, kayanya Shifu itu murid kesayangan Oogway bahkan tongkat-nya Oogway kan dikasihin ke Shifu, walau patah dan di sekuel-nya itu tongkat kaya disambung pake plester. Di Kungfu Panda I, Oogway tiba-tiba memilih Po buat jadi Dragon Warrior instead of memilih 5 kesatria yang sudah dilatihnya. Di Kungfu Panda II, Po mencapai inner peace-nya lebih dulu dan berhasil mengalahkan si Burung Merak itu, duh lupa namanya...

Trusss... eh di Kungfu Panda III, lebih parah lagi... Tahu-tahu Po kembali dari Spirit Realm dengan membawa tongkat pemberian Oogway sembari ditunjuk sebagai True Successor dan juga berhasil menguasai ilmu Chi. Shifu pun berkata sambil nepok jidat, "Oh, of course!"

Kemudian QQ mikir, nih penggunaan QQ terhadap switch untuk menggeser kapan harus menggunakan logika dan kapan harus menggunakan perasaan, bisa jadi salah satu jalan menuju inner peace

Di awal cerita Kungfu Panda III, QQ suka banget karena ada adegan pertarungannya Oogway, kerenn!! Cuma emang sayang kok kayanya Oogway-nya terlalu gampang dikalahkan, padahal 500 tahun yang lalu katanya pertarungna mereka sampe menggegerkan langit dan bumi. Kemudian Oogway akhirnya diubah menjadi liontin batu jade. Namun sebelum berubah, Oogway sempat berkata kurang lebih begini, "Well, nevermind. It was never meant to be my destiny to beat you in the first place and bla bla bla..."
Untuk seseorang yang dikalahkan dalam sebuah pertempuran, Oogway sangat menerima.

(Banting Setir bentar)
Dalam sebuah kuliah dulu juga, pernah ada dikasih sebuah exercise.
Coba tutup mata kalian, (eh, nanti malah ga bisa baca yaa. hehehe... buka aja lah kalo gitu, ngebayanginnya sambil buka mata. Jangan buka baju aja...)

Bayangkan kita tuh sedang mendaki gunung, sama seperti hidup, kita memungut batu-batu di tengah jalan yang kemudian membebani tas kita yang kapasitasnya terbatas. Bayangkan dalam perjalanan kita yang panjang itu, berapa batu yang kita pungut dari jalan bahkan terkadang tas kita udah ga muat lagi dan kita harus membawa batu tersebut dengan kedua tangan kita. Banyak dari kita terkadang terlalu lelah karena batu-batu yang kita bawa tersebut dan akhirnya memutuskan berhenti tanpa bisa mencapai puncak gunung. Bayangkan, kita membawa tas yang berat tersebut kemudian kita berhenti di suatu tempat untuk beristirahat. Kita buka tas kita tersebut, dan kita lihat isi tas kita. Dalam bayangan kalian, kira-kira label apa yang tertulis di masing-masing batu tersebut?

Emang ini exercise bagusnya melalui lisan, apalagi pake lisan QQ yang sangat hipnotik, hahaha...

Nah kira-kita kalian melihat label apa di batu yang ada di tas kalian?
Mungkin ada yang bilang, "Sekolah", "Uang", "Pacar", "Orang Tua", "Pekerjaan", "Atasan yang rese", "Sahabat", dan banyak hal lainnya.
Ada ga yang sampe membayangkan bahwa dirinya membawa batu-batu tersebut di tangan karena tasnya udah ga muat lagi?

Dulu pas dapet pertanyaan ini, QQ sempet bingung karena dalam bayangan QQ, tas QQ tuh kosong ga ada isinya. I can't think of anything that weighing me down

(Banting setir lagi)
Coba angkat segelas air dan bayangkan berapa beratnya. 250 gram, 300 gram kurang lebih. Tidak terlalu berat. Namun coba luruskan tangan ke depan dengan telapak tangan menghadap ke atas, kemudian letakkan segelas air tadi di telapak tangan kita dan coba hidung pake timer, berapa lama kita bisa menahan segelas air tersebut?
3 menit, 5 menit, 10 menit?
Konon katanya, 7 menit adalah rata-rata daya tahan manusia.

(Kembali ke laptop)
Ini adalah perumpamaan terhadap masalah yang kita hadapi dalam hidup ini. Bayangkan segelas air yang tidak terlalu berat aja bisa membuat kita keringetan dan tangan kesemutan. Kenapa? karena kita terus menerus memegang masalah tersebut. Sesekali kita harus beristirahat dan meletakkan gelas tersebut untuk sekedar melepaskan beban. Namun dalam realita hidup, melepaskan masalah yang kita miliki, tidak semudah meletakkan segelas air. 

Kenapa?
Karena dalam realita hidup, segelas air itu terikat di tangan kita dan terkadang kita kesulitan melepasnya dan apakah tali yang mengikat itu? menurut QQ, itu adalah perasaan.

Bedanya Shifu di Kungfu Panda I dan II dibandingkan dengan III adalah betapa besarnya perasaan yang terlibat dalam diri Shifu sehingga ketika Oogway menunjuk Po, perasaannya berbicara dan penilaiannya tertutup awan mendung sehingga dia tidak bisa melihat dengan jelas. Dia berusaha menjatuhkan Po di Kungfu Panda I dan membuat Po menyerah untuk berusaha menjadi pendekar. Namun di Kungfu Panda III, dia sudah bisa menerima dan berkata, "Can you teach me?"

Terkadang kita harus melepaskan beban-beban yang memberatkan perjalanan kita, ekspektasi salah satunya. Ketika Shifu sudah memilih lima kesatria, maka ekspektasinya adalah salah satunya merupakan Dragon Warrior dan dia tidak membuka pikiran bahwa bisa saja Dragon Warrior ada di luar 5 kesatria yang sudah dipilihnya.

QQ sering merasa bahwa mungkin QQ emang udah ga ada perasaan dan ga punya hati, namun dalam sebuah perbincangan QQ menemukan sesuatu, "It's not that I don't have a heart, it's just that I consciously choose not to use it"

Contoh:
Sabtu kemaren QQ servis motor dan minta cek-in accu-nya karena agak susah di starter kalo pagi hari. Eh setelah di-servis yang terjadi malah lampu indikatornya mati total dan mesin sama sekali tidak bisa dihidupkan menggunakan electronic starter, harus pake kick starter. Ada dua skenario yang bisa terjadi di sini.

Pake Perasaan,
Kesal, marah, tidak terima... eh ternyata hari minggu bengkelnya tutup pula, jadi harus hari Senin. Wah, senin harus ijin ama bos pula, ribet. Sapa tahu ada kerjaan mendadak pula. Makin kesal. Trus kalo akhirnya Senen berhasil ke bengkel, yang terjadi adalah sampe bengkel QQ langsung teriak-teriak karena sangat-sangat kecewa akibat servis yang sangat buruk. Kalo kedokteran, ini udah bisa dituntut karena malpraktek.

Dampaknya?
Selama sisa hari Sabtu kesal, seharian hari minggu kesal, tiap kali harus kick starter makin emosi karena harusnya bisa lebih mudah dan sekali tekan aja motor hidup. 
Terus di bengkel, karena kita marah-marah, siapa tahu ada petugas bengkel yang tersinggung, dan siapa tahu apa yang bisa dia lakukan ke motor kita.

Skenario keduanya adalah, think again!!! Gunakan logika.
Apakah dengan kesal kita menghasilkan sesuatu? iya... darah tinggi, serangan jantung, mati cepat. Ada yang positif? kayanya ga ada selain membakar ekstra kalori. 
Menggunakan teknik sebelumnya, mengubah sudut pandang, kita lebih memilih fokus pada fakta bahwa, tenang aja, bengkel masa sih ga bertanggungjawab. Jadi santai aja lah kita dalam hidup. Nantikan hari Senin dan berharap dapet ijin. 

Dampaknya?
Inner peace...

Ternyata Senin ga dapet ijin?
Masih ada hari esok... Inner peace...

Besoknya lagi ternyata dipanggil yang Maha Kuasa?
Aman, ga perlu mikirin masalah motor rusak lagi... urusan di dunia udah kelarrr... inner peace...

Ternyata ke bengkel, tukang bengkelnya ga mau tanggung jawab?
Ya sudah, rugi dia karena kehilangan satu pelanggan dan pelanggan ini akan nulis blog, dan bisnis bengkelnya akan kehilangan beberapa pelanggan. Kitanya tinggal cari bengkel lain yang bisa memperbaiki, kalo perlu keluar duit buat beli accu baru. Duit bisa dicari... inner peace...

Jadi ketika kita menyadari ini, bahwa dalam tubuh kita, hati dan otak sering banget berantem. Kita harus menyadari ini bahwa terkadang, menggunakan perasaan tidak selalu membawa kedamaian dalam hidup kita karena kita senantiasa harus "merasakan" dampak dari setiap hal yang terjadi dalam hidup kita.

Terkadang perasaan tuh membuat kita hanya bisa memilih satu jalan, sementara logika bisa membuat kita melihat alternatif yang tersedia, salah satunya adalah untuk menggunakan perasaan. Ketika logika kita sudah bisa membedakan alternatif ini, maka kita bisa memilih jalan mana yang akan kita tempuh.

Contoh lain:
Kita melihat pacar kita selingkuh.

Pake perasaan:
Selama ini udah ngeluarin duit buat dia, nurutin apa maunya, nerima dia apa adanya... kok ternyata masih selingkuh juga. Terus nangis, terus sedih... karena ga terima terus akhirnya marah ke si pacar dan akhirnya putus dengan tidak baik-baik.

Dampaknya?
abis air mata, kesal, marah-marah, emosi.

Pake Logika:
Ya sudahlah, yang namanya pengeluaran buat pacar tuh sunk cost, kalo udah ilang ya udah. Ngapain kita terusin pacaran ama tukang selingkuh. Dia ga pantes dapet air mata kita. Masih banyak manusia di muka bumi ini ga cuma dia doang. Move on.

Dampaknya?
inner peace...

Contoh lain lagi:
Udah seharian ini pacar ga kirim kabar

Pake perasaan:
Jangan-jangan dia lagi selingkuh, jangan-jangan dia melupakan kita, atau mungkin dia udah nemuin orang baru yang akan menggantikan kita. Akhirnya kemudian kita memenuhi layar chat dengan banyak pertanyaan untuk sang pacar.

Dampaknya?
Galau jaya...

Pake Logika:
Yah, paling doi lagi sibuk... tunggu aja.

Dampaknya?
inner peace...

Realitanya: Ternyata doi beneran selingkuh?
Pake logika: bye! move on...

Damai ga sih rasanya hidup?
Terlalu datar yaa?? hahahaha...

Namun bagaimana dengan perasaan bahagia?
mungkin kalian akan mengira bahwa sebaiknya bahagia ya dibiarin aja... well, not exactly...

Contoh nih:
QQ tuh baru sekali nyobain Gery Malkist Salut yang Keju, trus langsung suka... semacam cinta pada gigitan pertama gitu deeh. Jadi selama ini QQ nyari eh malah ga ketemu lagi. Pas tahu-tahu mampir di sebuah Alfamart entah berantah, nongol aja tuh Malkist salut keju. 

Pake Perasaan:
Wah senengnya, akhirnya ketemu lagi... trus karena bakal ngerasa ga ketemu lagi selain di sini dan jarang-jarang kesini, akhirnya beli sampe buanyak banget kalo perlu sampe stok di tuh toko abis buat stok di kost.

Dampaknya?
QQ yang biasanya berusaha ga banyak ngemil karena berusaha nurunin berat badan jadi punya stok cemilan. Di kantor ga ada kerjaan, ngemil. Sampe kost pulang nge-gym malem-malem, ngemil. Alhasil program diet gagal dan malah naik.

Pake logika:
Balik bungkus, lihat kandungan kalori... Maak, sebungkus itu 550 kalori, itu lari 5 km dalam 30 menit aja cuma 400-an kalori kebakarnya. Emang enak sih, tapi jangan juga jadi nyimpen akses cemilan terlalu mudah di kost. Beli aja secukupnya, nanti kalo tiba-tiba ngidam, balik lagi kemari... kalo ternyata stoknya ilang lagi, yah... bukan jodoh, anggap aja diet.

Dampaknya?
Ga jadi khilaf dan lebih bisa mengendalikan makanan..

Jadi kemudian apakah artinya kita harus hidup datar kaya apa yang QQ jalankan?
Well, ini adalah keputusan anda semua. Emosi bukan sesuatu yang buruk, dengan emosi kita jadi bisa merasakan sesuatu, senang, sedih, dan lainnya.

Sekarang kalo QQ misalnya punya kelinci, udah disayang-sayang selama bertahun-tahun, misalnya, trus tiba-tiba mati. Sedih? nggak... Yah, kelinci itu mungkin emang udah ajalnya. Kalo butuh temen lagi, mampir lagi deh ke Jatinegara.

Not that I cannot feel at all, I know how to feel, I know how sad it would be, therefore... I consciously chose not to feel it. Konsekuensinya? my life is flat. Ntar kalo mau ga flat, makan Chitato ajah...

Tiba-tiba jadi inget... kosong adalah isi, isi adalah kosong... 
Kalo kosong ya sudahlah.... kalo isi ya Alhamdulillah.... :D

Masalahnya adalah, ketika kita sedang terpuruk dalam perasaan, baik itu terlalu sedih atau terlalu gembira, kita memiliki kecenderungan untuk ga akan bisa move on dari perasaan tersebut. 

"Jangan diganggu, kelinci kesayangannya baru aja mati"
akhirnya bisa saja misalkan kita berkabung selama seminggu, selama seminggu kerjaan kita terganggu, makan tak enak, tidur tak nyenyak, mata sembab karena energi kita habis dipake untuk menangisi kepergian sang kelinci.

Kalo pake logika, emang udah ajalnya, kita terima. Jadikan pelajaran apapun yang salah kita lakukan sehingga mungkin saja kelinci jadi mati karenanya. Kemudian kita menghabiskan waktu seminggu ke depan untuk semakin memperbaiki diri. 

Ketika kita sedih, ingatlah bahwa kita memiliki alternatif untuk tidak bersedih. Jangan abaikan logika karena kita terlalu tenggelam dalam perasaan. Meski terkadang bagi orang yang berperasaan, orang kaya QQ tuh bakal dianggap tidak berperasaan. It did look like that, hahaha...
yah, sekali lagi we agree too disagree...

Goal yang ingin QQ capai adalah memiliki default face tersenyum. 
Karena kadang kita melihat orang lagi ga ngapa-ngapain, tapi default face-nya itu ada yang cemberuuutt aja. Paling damai kalo lihat orang yang default face-nya senyum. Kayanya hidup ini bisa kok dijalani dan masalah bisa kok diatasi. 
Tidur senyum, ngetik depan komputer senyum, di atas motor senyum... bukan senyam senyum sendiri yaa... itu mah lain kasus.

Ini adalah jalan QQ menuju inner peace. Kaya foto Shifu yang ada di bagian atas.
Konsep ini akan tertantang jika ada informasi baru, namun sampai saat itu tiba... ini adalah konsep inner peace... 
hmmmm.... inner peace....
Selanjutnya tinggal mengenal diri sendiri nih, trus bisa deh QQ bikin Dragon Chi dan dapet tongkat juga dari Master Oogway, hahaha....

No comments:

Post a Comment