Who Am I? Not Spiderman

My photo
Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.

Friday, March 11, 2016

Ga Bisa Kasih Saran, Bukan Alasan untuk Ga Bisa Kasih Kritik

Dulu (yang ga terlalu dulu-dulu banget) pas kuliah, ada mata kuliah Moral Reasoning and Policy Communication yang pada pertemuan-pertemuan awalnya membahas tentang sesuatu yang disebut dengan logical fallacy. Kayanya yang bisa tahu terjemahan bahasa Indonesia-nya yang pas tuh adalah orang-orang yang kuliah di jurusan filosofi. Terjemahan bebas dari QQ adalah Salah Logika.

Ini adalah sebuah mata kuliah yang sangat bertujuan mulia, yakni untuk mengajarkan kita semua agar lebih bijak dalam berargumen dan bahkan dalam berbicara secara umum. Karena setelah mendengarkan topik tentang logical fallacy ini, terutama dulu itu pas pemilu lagi panas-panasnya, QQ jadi melihat ternyata selama ini yang kita nilai wajar tuh adalah logical fallacy. Meskipun lama-kelamaan, kayanya semuanya salah aja... hahaha...

Misalkan gini, dalam sebuah debat, ada orang yang berpendapat, "Performa ekonomi Indonesia tahun 2015 menurun dibandingkan tahun 2014"

Kita berada di sisi yang berlawanan, jadi kita akan berusaha mengeluarkan argumen untuk mematahkan argumen lawan tadi. Hati-hati dalam berargumen, karena kita mungkin saja terjebak dalam logical fallacy ini.

Kemudian karena ga suka, kita membalasnya dengan, "Kamu tuh cuma cleaning service, ga pantes opini itu keluar dari mulut kamu"

Secara sekilas kita perhatikan, ternyata benar yang mengungkapkan pendapat soal performa ekonomi tadi adalah seorang cleaning service, mungkin benar kita bisa saja meragukan pendapatnya. Namun secara filosofi, hal ini merupakan logical fallacy karena ketika sedang berargumen, kita tidak sebaiknya menyerang siapa orang yang kita ajak beradu argumen, melainkan yang kita serang adalah argumennya.

kalo ga salah, ini namanya straw man fallacy, dimana kita seolah-olah menjatuhkan si patung orang-orangan sawahnya, alias salah serang, sementara argumen dari pihak lawan masih tetap valid dan belum patah.

Contoh-contoh logical fallacy tuh paling banyak beredar selama musim kampanye untuk persiapan pemilu, dimana masing-masing calon saling berusaha menjatuhkan lawannya.

Konteksnya di sini adalah, "Pencalonan diri jadi kepala daerah/kepala negara"
Namun, konteks perdebatan tuh kadang aneh.
Keturunan Tiongkok vs Pribumi, padahal apakah ras seseorang berpengaruh terhadap efektifitasnya sebagai pemimpin?
Darah biru vs Rakyat jelata, padahal emang ngaruh kalo dia keturunan priyayi?
Dalam setiap konteks argumen, yang diserang sudah bukan lagi kapabilitas sebagai pemimpin, melainkan sudah ke personal dan hal-hal yang lainnya. 

Namun, nyatanya yang terjadi di negara ini ya itu. Tapi terkadang itu juga yang kita lakukan. Untuk beberapa minggu, QQ agak sulit menerima pelajaran ini karena hal ini sangat bertentangan dengan apa yang QQ tahu dan jalani.

Kaya masalah Pemimpin muslim dan non muslim. Secara logical fallacy hal itu seharusnya tidak menjadi masalah, namun sebagai orang yang dibesarkan di negara yang mayoritas muslim, secara alam bawah sadar, tentu saja hal tersebut menjadi argumen tersendiri dengan landasan agama. Namun sekali lagi, jika seorang pemimpin itu muslim atau non muslim, apakah menjamin bahwa pemimpin tersebut bisa lebih baik dalam memimpin?
Banyak juga yang kena kasus korupsi, agamanya Islam juga.

Namun secara bertahap, masing-masing logical fallacy tersebut mulai masuk akal dan kayanya memang benar adanya. Namun ada sebuah logical fallacy yang baru QQ bisa terima akhir-akhir ini.

(panjang amat ya pendahuluannya... hahaha.... mari kita masuk ke bahasan yang ada di judul...)

Dulu itu sang dosen pernah bilang ada fallacy bahwa, ketika seseorang menyampaikan kritik namun dia tidak bisa memberikan saran perbaikan, maka kritiknya tidak bisa diterima.

Selama ini, QQ emang kadang nggak enak ngasih kritik, karena merasa ga bisa kasih saran yang lebih baik terhadap suatu permasalahan yang ada. Kita tuh kadang merasa berkewajiban ngasih saran hanya karena kita menyampaikan sebuah kritik ke orang lain.
Padahal saran dan kritik merupakan dua hal yang tidak selalu berbarengan.

QQ menyadari ini dalam sebuah diskusi, ada seseorang yang memberikan sebuah kritik terhadap sebuah rancangan peraturan gitu, kemudian pimpinan rapat bertanya, "Lantas saran apa yang anda ajukan?"

Orang tersebut menjawab, "Saat ini saya belum bisa memikirkan jawaban atas permasalahan tersebut, semoga saja dapat kita pikirkan bersama."

Seketika itu, QQ teringat tentang logical fallacy ini, seandainya saja orang tadi itu tidak berani mengungkapkan kritiknya hanya karena ia tidak dapat memberikan saran perbaikan, maka rancangan peraturan tersebut akan naik dengan sebuah kecacatan yang tidak disadari oleh orang-orang.

Kemudian QQ pikir lebih jauh lagi, Simon Cowell, juri American Idol. QQ penasaran apa dia bisa nyanyi paling ga sebagus orang yang dia kritik. Perasaan sih kayanya nggak, tapi nevertheless, kritiknya tetap valid. Apakah lantas kemudian dia bisa ngasih saran untuk cara-cara mencapai pitch nada yang tepat? kayanya nggak juga...

Kalo ada yang kasih kita saran, kadang kita tuh ngomong, "Kalo ga bisa kasih saran perbaikannya, mending ga usah ngomong deh! nambahin masalah aja..."

Dengan itu, kita menutup kemungkinan-kemungkinan adanya kritik yang sebenarnya perlu kita dengar demi perbaikan kita sendiri, masalah tindak lanjut atas kritik tersebut bisa kita pikirkan lebih lanjut. Perbaikan tuh dimulai dengan mengetahui wilayah mana saja yang butuh diperbaiki. Kalo kita mau memperbaiki sesuatu, tapi ga tahu apa yang mau diperbaiki... yah, antara ga maju-maju atau usaha kita mungkin tidak akan tepat sasaran. 

Jadi kalo kita merasa strongly tentang sesuatu dan kita ingin memberikan sebuah kritik, jangan terbebani oleh kewajiban untuk memberikan saran karena kita bisa saja memikirkan kritik tentang sesuatu, dan di ujung sana ada orang yang ternyata memiliki sarah atas kritik yang kita ajukan, jika pun tidak ada yang bisa kasih saran, paling tidak kritik tersebut telah disampaikan dan bisa menjadi bahan renungan bersama.

Jika kita yang kedapetan sebagai pemimpin rapat, maka ciptakanlah sebuah suasana yang kondusif dimana setiap anggota rapat merasa aman untuk mengungkapkan pendapat dan jika ada kritik mereka tanpa adanya judgement untuk keharusan memberikan saran atau jawaban atas masalah yang mereka ungkapkan.

Ini adalah dua sisi mata uang,
Jika kita sebagai penerima kritik, sadarilah bahwa kritik bisa datang dari mana saja. Ketika seseorang berpendapat, dan kita kurang setuju, yang kita tanggapi adalah konten dari kritik yang disampaikan dan bukan siapa yang memberikan kritik tersebut.

Jika kita sebagai orang yang memberikan kritik, maka boost-up your confidence dan orang mungkin saja menyerang siapa kalian dan bukan apa yang kalian ucapkan, maka siap-siaplah dan sadari bahwa tidak semua orang menyadari bahwa mereka sedang melakukan logical fallacy dalam perilaku mereka.

Mungkin dalam blog ini juga banyak logical fallacy di dalamnya, jadi sampaikan kritik dan saran kalian melalui komentar di bawah.

#wink

Sebenernya kalo mau di bahas lebih lanjut, bentuk logical fallacy tuh banyaaak banget dan butuh satu semester sendiri kayanya buat membahas keseluruhannya. Bahkan sampe sekarang-pun QQ masih pelan-pelan berusaha memahami satu persatu dari logical fallacy tersebut. Kalo mau lihat beberapanya, klik disini.

remember,
Thou shalt not commit logical fallacy....

1 comment:

  1. Halo semuanya, TikusPoker ada game baru ni yaitu Bandar Sakong.
    Hanya dengan minimal deposit Rp 15.000 kalian sudah bisa bermain 7 jenis permainan dalam 1 userid.
    Bonus Turnover 0,5% dan Referal 15% (seumur hidup)
    Untuk info lebih lanjut bisa hubungi kami di
    BBM:D8D6FCFC
    WA:+855-972-815-419
    Line: tikuspoker

    ReplyDelete