Who Am I? Not Spiderman

My photo
Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.

Monday, July 22, 2013

Singapore, Here I Come



Dulu QQ merasa kayanya bahasa Inggris QQ tuh cukup laah buat cap cis cus doang gitu khan, tapi ketika QQ bener-bener untuk pertama kalinya ngobrol sama orang asing pake bahasa Inggris, eh malah jadi gagap juga. Terkadang kita tuh merasa semuanya sudah cukup dan pada kenyataannya memang sebenarnya memang sudah cukup, namun ketika sesuatu yang akan kita hadapi itu benar-benar tepat berada di depan kita, rasanya jauh berbeda.

Jadi ibaratnya tuh kaya teori dan praktek gitu deh. Seseorang bisa saja menguasai teori dengan amat baik dan luar biasa, namun belum tentu ketika praktek dia malah demam panggung. Atau sebaliknya, seseorang yang nilai teorinya kurang baik, justru ketika dia terjun langsung ke lapangan, dia malah bisa menunjukkan potensinya yang sebenarnya. Yah, mungkin QQ termasuk orang yang selama ini selalu berkutat dengan teori dan teori. Ketika QQ harus membawanya ke dunia nyata, sekarang rasanya kaya berhadapan dengan sebuah tantangan yang besar.

Ini sebenernya proses yang sudah dimulai sejak Februari 2013 lalu. Mulai dari wawancara, test sampe wawancara lagi, semuanya udah lama. Sehingga mungkin dalam benak QQ yang tertanam adalah, "Ah, masih lama..."

Namun sekarang, tanggal keberangkatan itu semakin dekat, rasanya kok ketar ketir yaaa... hahaha...

Dulu rasanya, ah, masih 3 bulan... masih 2 bulan... masih sebulan... sekarang tinggal 2 hari lagi. Dan rasanya meskipun udah mempersiapkan semuanya dengan matang, selalu aja QQ kaya ngerasa ada yang kurang. duh!.

Entah ini karena euphoria-nya atau ini suatu hal yang wajar yaa..? ngebayangin QQ bakal hidup di Singapura untuk 2 tahun ke depan, dengan uang saku yang kalo rupiahnya sih gede, tapi kok kalo pake Dollar Singapura kayanya meragukan bakal pas atau nggak.

Yah, kecemasan-kecemasan QQ ga cuma sampe situ doang, selain membayangkan harus komunikasi dengan orang asing full in english, dengan orang dari berbagai negara (meski mostly-nya Cina), dan gaya hdup di sana kaya gimana. Ini kayanya perasaan ini pernah QQ rasakan pas dulu pertama kali mau pindah ke Jakarta buat kuliah di STAN. Tapi paling nggak, di Jakarta masih berbicara dengan bahasa Indonesia, hahahaha.

QQ menyadari memang semua itu mungkin hanya bagian dari kegugupan atau kecemasan karena mau menempuh sesuatu yang baru aja. Sendiri di negeri orang, ga familiar ama lingkungannya dan plus level autis QQ yang makin tinggi. duh! Emang terkadang yang bisa menghambat diri kita untuk maju tuh, tak lain dan tak bukan, diri kita sendiri. Namun, hey, ini adalah kenyataan. Mungkin emang udah saatnya QQ untuk bangun dan menghadapi dunia nyata. Secara QQ juga belum tentu mau go international-nya cuma sampe Singapura doang,sapa tahu nanti S-3 nya di Inggris ato Amrik sana. #Amiiiiiin...

Ini memang bukan pengalaman pertama QQ hidup sendiri. Di Jakarta bisa dan berjaya malah, di Sibolga bisa eksis, di Jogja makin eksis, di Padang mah udah tak terperikan lagi ke-eksis-annya. hahaha... This is just another journey that I have to go through to be the best I can be.

Jadi teringat sebuah kisah tanah liat.
Mungkin ini yang dirasakan tanah liat yang kotor dan lembek itu ketika ia dipukul, ditekan dan dibentuk oleh sang Pengrajin. Sakit kayanya. Tapi mungkin Tanah Liat tak memperdulikannya dan terus bertahan.
Mungkin ini yang dirasakan tanah liat ketika ia melihat tungku yang apinya berkobar-kobar yang membakarnya dengan panas yang teramat sangat. Pasti melepuh tuh. Tapi mungkin tanah liat bisa mengatasi rasa takut dan cemasnya kemudian jalani saja semuanya.
Karena setelah proses yang menyakitkan itu, sang tanah liat yang awalnya bentuknya kotor, lembek dan ewww, sekarang menjadi sebuah gelas keramik nan indah.

Ini memang sebuah proses yang ga harus dijalani oleh QQ doang, tapi semua kita harus bisa mengatasi setiap tantangan yang muncul dalam hidup kita ini. Coba bayangkan, bagaimana jika si tanah liat tadi menyerah pada rasa takutnya? Dia hanya akan berakhir di bawah, menjadi sesuatu yang tetap kotor dan terinjak-injak. Tentunya kita semua tidak mau seperti itu.

Dengan menulis ini, semoga aja QQ menjadi ingat pada tujuan semula QQ ingin menempuh semua ini. Untuk terus maju dan meningkatkan posisi QQ hingga cukup untuk bisa membuat sebuah perubahan baik yang signifikan di dunia ini. Semoga saja kita semua bisa menjelma menjadi manusia-manusia indah layaknya tanah liat yang menjelma menjadi cangkir keramik yang indah. Heck yeah!!! Singapore here I come....!!!

No comments:

Post a Comment