Who Am I? Not Spiderman

My photo
Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.

Tuesday, April 19, 2016

Warna Warni Manusia

Di suatu siang di salah satu kantin sebuah persero
kenamaan di Ibukota. QQ yang emosi karena abis nge-komplain layanan persero tersebut merasa lapar dan memutuskan untuk memesan ayam bakar. 

Seperti biasa, itu adalah sebuah kantin yang rame. Selagi memesan, QQ berdiri karena tempat duduknya terisi penuh, sebenernya kayanya itu luar biasa, mengingat udah jam 1 siang yang seharusnya jam istirahat udah berakhir. Trus QQ ngapain di sana? hahaha... kebiasaan... 

Syukurlah ga lama kemudian sekelompok orang yang baru saja menyelesaikan makan siangnya plus ngobrol-ngobrol berdiri dan satu meja langsung kosong. QQ segera duduk dan mulai memperhatikan sekeliling. Kondisi saat itu masih cukup ramai dan masih ada orang yang makan, ada yang ngobrol aja dan samar-samar ada ibu-ibu penjual kue yang menjajakan jualannya, "Kue Dadar, Bolu Gulung,..." dan seterusnya.

Pesanan datang, cuci tangan dan saatnya untuk memulai makan siang yang tertunda, mengingat makan pagi terkendala kerjaan, jadi kondisi cacing-cacing di perut cukup mengenaskan. Saatnya diberi makan.

Seperti biasa, ayam bakar tersebut terasa enak. Sebuah kombinasi rasa bakar kecap yang kental dan didampingi oleh sambal yang cukup pedas tapi tidak terlalu pedas. Cukup untuk membuat hampir berkeringat di bawah atap seng kantin tersebut. Di luar tampaknya matahari sedang memamerkan cahayanya sehingga begitu terik dan menyilaukan jika tak ada atap yang menutupi...

"Kue cucur... eh, kue dadar... saya kan ga jual kue cucur..." tiba-tiba kembali terdengar suara si ibu-ibu tukang kue tadi.

Tak sempat teralihkan oleh itu, padahal pengen noleh dan melihat kok gimana kisahnya nih ibu-ibu penjual kue bisa lupa apa jualan dia sendiri, QQ sibuk menikmati ayam bakar yang tersaji di hadapan. Tiba-tiba terdengar suara keras terjatuh dan orang-orang langsung mengalihkan pandangan ke arah suara tersebut berasal. 

Ternyata sang ibu penjaja kue tadi terjatuh tak sadarkan diri. Dua satpam dengan sigapnya berlari ke arah ibu tersebut dan kemudian dengan dibantu beberapa orang yang berlarian ke arah ibu tersebut berusaha mengangkat ibu tersebut ke tempat yang tidak terkena amarah sang mentari. Dan dimulailah 15 menit QQ menyaksikan warna warni manusia. 

Dari sebuah kejadian yang sebenarnya luar biasa itu, jika kita perhatikan dengan seksama, rambut boleh sama hitam, tapi isi dalam kepala tersebut belum tentu sama.

"Duh, Ibunya gendut pula... berat tuh kayanya ngangkatnya, hahaha..." ucap salah satu dari sepasang ibu-ibu yang sedang makan di depan QQ. 
"Iya, nenek-nenek kalo pingsan juga kayanya berat buat diangkat... hahaha..." timpal ibu satunya.

"Pak, bawa Ibunya ke bawah pohon saja, lebih adem... di bawah seng ini panas juga...." sahut seorang gadis muda yang tampaknya salah satu pelayan di salah satu penyedia makanan di kantin tersebut.

Namun akhirnya sang ibu tersebut tetap dibawa beramai-ramai ke dekat meja makan di depan warung sop iga. Ibu tersebut didudukkan di lantai sambil dikipasin.

"Adek... adek... duduk sini deket ibunya... jangan keluar..." kata satpam tersebut pada anak kecil yang diduga adalah anak ibu tersebut.

"Kasih teh manis anget biar enakan..." kata salah satu penjual di kantin tersebut, tanpa menyuguhkan actual teh manis untuk diberikan ke ibu-ibu yang pingsan tersebut, padahal tentu saja dia mempunyai teh manis hangat dalam menunya.

Kemudian pas QQ noleh ke arah ibu-ibu yang pingsan tersebut, sebuah es teh manis dalam plastik telah siap di meja terdekat dengan posisi ibu tersebut didudukkan.

"Eh, anaknya mana tadi??" ucap seseorang yang berada di dekat meja QQ.

"Luar biasa ya, anaknya... padahal masih kecil kok ga nangis ngelihat ibunya pingsan" sahut orang yang berada di sebelahnya.

"Kasih makan... kasih makan..." ucap seseorang penjual di kantin tersebut, lagi-lagi tanpa menyuguhkan actual makanan untuk dimakan ibu tersebut.

"Itu kayanya karena panas deh, mungkin dia kecapek-an" kata seseorang dari kejauhan.

"Itu padahal udah saya suruh tadi kalo mau jualan di dalam aja, jangan di luar. Tahu hari panas gini, tapi ga nurut..." kata ibu yang jualan ayam bakar yang QQ makan.

"Iya ya... tahu hari panas gini..." kata orang di sebelahnya menimpali.

Satpam tadi tetap mengipasi sang ibu yang pingsan tadi yang mulai sadarkan diri. Beberapa orang berdiri mengerubungi ibu tersebut dan mulai berusaha membuka percakapan. Namun terlihat ibu itu masih sangat lemas dan hanya terduduk sambil memegangi kepalanya. 

Apa yang QQ lakukan?
Lanjut aja makan.... hahaha... sambil memperhatikan apa yang terjadi di sekitar Ibu tersebut. Tiba-tiba tanpa QQ sadari karena terlalu memperhatikan omongan-omongan yang keluar di sekitar QQ, ternyata udah ada sepiring nasi dan ayam goreng di meja dimana Ibu tersebut memegangi kepalanya mendampingi sekantong es teh manis yang tersaji dari tadi.

Tiba-tiba seorang ibu dari warung di sebelahnya lagi membawa segelas yang tampaknya seperti teh manis hangat sembari mengaduk-aduk gulanya untuk diminum oleh Ibu yang pingsan tersebut. 

Terkadang mata kita teralihkan pada suara-suara yang kencang terdengar dan kita tidak sempat memperhatikan bahwa ada aksi-aksi yang dilakukan tanpa ada suara sedikitpun. Pahlawan-pahlawan yang memberikan es teh manis dalam plastik, ayam goreng dan nasi serta teh manis hangat itu segera bertindak tanpa mengumumkan apa yang akan mereka lakukan pada orang-orang yang ada di sana.

Sebisa mungkin blog ini tidak menghakimi, meski secara alami QQ adalah orang yang sangat judgemental. Ini adalah warna warni alami manusia. Kejadian ini memperlihatkan bahwa inilah manusia, tidak ada yang sama. Ada yang omong doang, ada yang langsung beraksi tanpa omong, ada yang mencibir dari belakang, ada yang hanya berkomentar dari pinggiran, dan ada juga QQ yang cuma bisa memperhatikan tanpa berbuat apapun.

Pada dasarnya memang begitulah seharusnya manusia, berbeda. Ketika semua orang adalah pahlawan, as good as it sounds, tapi kemudian siapa yang akan diselamatkan?

Bayangkan kalo semua orang di sana adalah anggota NATO (no action talk only) maka tidak akan ada es teh atau teh manis hangat yang tersaji di meja Ibu yang pingsan tersebut.

Bayangkan kalo semua orang di sana adalah silent heroes semua, maka tiba-tiba aja ada 20 eh teh manis dan/atau teh manis hangat tersaji di atas meja tersebut dan setiap warung di sana mungkin menyajikan satu menu di meja tersebut untuk disantap oleh satu Ibu yang pingsan.

Harus ada kombinasi dari segala sesuatunya. Ada yang omdo untuk mengingatkan bahwa ada orang yang akan memberi sesuatu. Ada yang bisanya komentar doang, karena jika semua bergerak, maka akan semakin sulit membuat Ibu yang pingsan tersebut untuk bernafas. Ada orang yang mencibir, yang mungkin mengatakan hal-hal yang hanya terpikirkan oleh kita namun tidak berani kita ungkapkan. 

Bayangkan kalo pelangi hanya terdiri dari satu warna, mungkin takkan terlalu banyak penyuka pelangi. Namun ketika mejikuhibiniu membentuk suatu lengkungan secara bersamaan, itulah saat harmonisasi terjadi. 

Kita tidak bisa mengatakan bahwa merah lebih baik daripada ungu, atau nila lebih baik daripada hijau. 

Namun mungkin saja sebagian dari kita akan mengatakan, aku paling suka warna biru, dan tidak menyukai warna jingga.

Itulah kenyataannya, kita akan selalu menganggap satu lebih baik dari yang lainnya, atau malah mungkin satu itu benar dan yang lainnya salah. Inilah yang harus kita sadari, tanpa adanya merah, maka pelangi akan menjadi jikuhibiniu tanpa ada me

Mungkin saja tetap enak dipandang, namun secara alamiahnya sudah seharusnya berwarna warni. Kita akan selalu menganggap perbedaan sebagai suatu masalah ketika kita gagal melihat big picture yang dibuat oleh perbedaan tersebut.

Ketika kita jatuh, jangan berharap bahwa semua orang akan mengangkat kita. Namun percayalah bahwa paling tidak akan ada satu orang yang akan mengangkat kita dan semoga saja hal itu akan menginspirasi orang lain untuk turut membantu. Karena ketika semua orang turun membantu, itu bukanlah sesuatu hal yang kita akan harapkan.

Sudah seharusnya ketika kita sudah melihat bahwa jumlah orang yang membantu sudah cukup, kita sebaiknya menahan diri agar tidak membuat suasana menjadi terlalu mencekam. Mungkin itu ada benarnya, atau itu hanya justifikasi QQ yang selama kejadian tersebut hanya berdiam dan menikmati ayam bakar yang tersaji, sembari bersyukur bahwa QQ masih bisa mencukupi tenaga QQ untuk bisa berdiri, berjalan tanpa harus jatuh pingsan di siang yang terik ini.

Akhirnya ayam bakar itu habis juga dan waktunya QQ balik ke kantor sambil mendapatkan sesuatu untuk dipikirkan dengan lebih mendalam.

No comments:

Post a Comment