Who Am I? Not Spiderman

My photo
Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.

Wednesday, April 6, 2016

Kebenaran Absolut bersifat Subjektif?

#SpoilerAlert
Warning, Blog kali ini agak berat dan butuh pemikiran tingkat tinggi... hahahaha...

Nih setelah menunggu dengan penuh was-wasa dan cemas, akhirnya tuh Batman vs Superman nongol juga di bioskop dan mungkin ini adalah salah satu bahayanya memiliki ekspektasi yang cukup tinggi, yaitu kemungkinan kekecewaannya lebih besar.

Tapi nonton film itu menginspirasikan QQ untuk menulis bog ini.
Ini dicontohkan dengan sangat baik dalam film Batman ini.

Menurut QQ, first and foremost, alasan Batman pengen ngebunuh Superman tuh cemen, alias tuh Batman kaya ga pernah nonton Ultraman aja. Ya kalo menghajar musuh dari luar angkasa, ya gedung-gedung kemungkinannya buat kena imbasnya ya besar lah, makanya begitu tahu Superman lagi berantem di luar, langsung kabur aja dan mengungsi sementara ke luar kota. hahaha...

Kemudian ini menjadi sebuah dilema tersendiri, apakah untuk menyelamatkan jutaan manusia di bumi, mengorbankan 1000 orang mati merupakan hal yang benar?

Terkadang dalam hidup ini kita banyak terjebak pada sebuah kebenaran absolut. Orang bijak pernah berkata bahwa absolute power, "corrupt absolutely" dimana kalo ada seseorang yang mempunyai kekuatan mutlak, maka kemungkinan besar adalah orang tersebut akan menjadi gila kekuasaan. Maka dari itu demokrasi lahir untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang memimpin sebuah negara dengan kekuatan dan kekuasaan yang bersifat mutlak. Segala sesuatu harus ada penyeimbangnya.

Lalu bagaimana dengan konsep Ketuhanan?
Tuhan adalah sang all mighty and all powerful. Apakah kemudian teori ini menyentuh Tuhan?

Makanya QQ ga terlalu mendukung teori tersebut, absolute power itu adalah sesuatu yang bersifat netral. Tinggal di tangan siapa kekuatan itu berada, baru absolute power itu bisa berbuat sesuatu yang absolutely good kalo dipegang oleh orang yang baik, sementara kalo dipegang oleh orang yang jahat, kekuatan itu akan menjadi absolutely bad.

Kemudian kekuatan yang mutlak ini melahirkan kebenaran yang mutlak pula. Kita terbiasa dengan melihat sesuatu sebagai hitam dan putih. Itu hal yang sangat bagus kalo kita bisa, karena bagi banyak orang, termasuk QQ, terkadang sesuatu itu tidak sehitam atau seputih yang kita duga sebelumnya.

Pernah nonton film Dexter?
si Dexter ini ceritanya pas masih bayi, bermandikan darah orang tuanya yang dibunuh di hadapannya, sehingga ketika dewasa dia tumbuh menjadi seorang psikopat yang memutilasi orang lain, hanya saja di sini twist-nya, yang dimutilasi si Dexter ini adalah penjahat-penjahat yang cenderung tidak tersentuh oleh hukum. Kemudian jadilah si Dexter ini diburu polisi karena main hakim sendiri.
QQ belum nonton tuh serial ampe kelar, tapi hypothetical story aja nih, kalo ternyata si Dexter ini akhirnya ditangkep ama polisi, maka kalian akan memihak #TeamDexter ato #TeamPolice?

Membunuh adalah salah, tapi kalo membunuh penjahat, kemudian apakah lantas menjadi benar? two wrongs don't make a right. Ini adalah sebuah dilema atas nilai kebenaran yang kita pegang.

Nah, ini yang QQ rasakan pas nonton Batman Superman kemaren, pas Ibunya Superman ditangkep ama si Lex Luthor, Superman ditawarkan, "Bunuh Batman atau ibumu mati" dan Superman-pun memilih menghajar Batman yang delalah, ternyata emang Superman tuh kelemahannya terhadap kryptonite sangat-sangat membuat Superman cemen. Bandingkan scene tersebut dengan scene pertempuran terakhir dimana Wonder Woman ama Superman bertarung mati-matian sementara Batman ga bisa gabung... because he is f*cking weak!!!
hahaha...

Nah, bagaimana kalo kamu ada di posisi Superman tersebut?

Bayangkan sebuah situasi dimana ada dua kursi dengan dua orang terikat di sana. yang satu adalah ibu kalian dan satunya si Cecep, mungkin saja si cecep ini temen baik kalian dari kecil ampe sekarang.
Pilihannya adalah, "Bunuh si Cecep ato Ibumu kubunuh"
Sementara berdasarkan hitungan kita, kita memiliki kemampuan untuk membunuh si Cecep dengan mudah. Tinggal pencet tombol aja, si Cecep meledak.

Siapa yang akan kalian pilih?

Bandingkan jika misalkan Cecep adalah musuh bebuyutan kita yang kita benci banget sampe ke ubun-ubun.
Pasti ga perlu di suruh pun, kalian mungkin milih menghabisi si cecep tanpa pake pikir panjang.

Padahal kita lihat beratnya, secara fisik, satu nyawa berbanding satu nyawa.
Siapa kita untuk bilang bahwa satu nyawa lebih berharga dari nyawa lainnya.

Nah kalo kondisinya satu kursi ada ibu kalian dan di sebelahnya terikat 10 orang, dan masih pilihan yang sama. "Pilih Ibu ato pilih 10 orang?"
Maka skenario ini bisa kita ulang sampe kita mengetahui "harga" dari nyawa satu orang ibu kita tadi. Jangan-jangan sampe 100 juta orang juga, kita lebih memilih menyelamatkan Ibu kita.

Lalu apakah justifikasinya?
Membunuh Ibu salah, dan membunuh 10 orang lain juga salah. Namun diantara kedua kesalahan tersebut, kita pasti lebih memilih membunuh jumlah orang yang lebih banyak daripada membunuh ibu kita sendiri yang secara beratnya hanya satu nyawa.

Kalo kita timbang, membunuh 10 orang dibandingkan membunuh 1 orang, dosanya pasti gedean dosa membunuh 10 orang dong. Misalkan skenarionya kita ubah menjadi 1 orang yang tidak kita kenal dan 10 orang yang tidak kita kenal, yang mana yang kalian pilih untuk bunuh?

kemungkinan besar kalian milih yang satu orang, dengan disertain, "Kalo ga harus bunuh aja, boleh ga sihhh..."

Nah, contoh yang diajukan ini emang agak ekstrim.

Lalu kemudian dimana jawaban yang benarnya?
kebenaran absolut berada dalam diri orang masing-masing, sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa, "Sesungguhnya amalan kamu dinilai dari niatnya, kalo baik niatannya maka baiklah amalannya, jika buruk niatannya, maka buruklah amalannya"

Jadi niat yang dimana yang tahu hanya kita, Tuhan dan orang yang kita kasih tahu, itu adalah sumber kebenaran kita.
Kembali ke contoh pilih antara "Ibu atau orang yang kita benci"
Maka kalo ada sedikit saja niat kita membunuh orang tersebut karena kebencian yang kita punya terhadapnya, maka perbuatan kita menjadi salah. Namun ketika niat kita adalah tulus sepenuhnya untuk menyelamatkan ibu kita, maka 100 juta orang pun yang dikorbankan, perbuatan kita menjadi benar, terlepas dari dampak yang kita timbulkan.

Namun kalo QQ jadi Superman, ada cara yang lebih baik yang bisa QQ tempuh daripada harus berantem ama Batman. Secara niat, si Superman juga emang udah ga suka ama si Batman, sehingga dia datang dengan dada busung dan berkata, "Kalo aku mau, membunuhmu urusan mudah" kurang lebih begitulah....

Coba seandainya Superman datang dengan membungkuk dan memohon, merendahkan diri sama Batman dan ngasih tahu keadaan yang sebenarnya, QQ yakin Batman pasti mau dengerin.
Tapi yaaah, klo hidup kita seindah itu... maka ga ada drama yang bisa diangkat jadi film deh.

Tiba-tiba QQ teringat ama sebuah cerita, ada sebuah kisah dimana seorang yang beriman dan taat dikurung oleh setan dalam sebuah ruangan dan disuruh memilih di antara tiga dosa, pertama adalah memperkosa seorang wanita, kedua adalah membunuh seorang anak dan ketiga adalah minum alkohol.

Dalam kisah yang dimana cerita ini banyak dibicarakan biasanya dalam konteks bahayanya minum alkohol. Namun dalam konteks kebenaran, QQ menawarkan sebuah sudut pandang yang berbeda. Secara kesimpulan cerita, orang tersebut memilih minum alkohol karena menurutnya itu adalah dosa yang tidak menimbulkan bahaya bagi orang lain, yang mabok ya dia sendiri. Tapi ternyata dalam kondisi mabok tersebut, dia malah membunuh sang anak dan memperkosa sang wanita.

Tapi apakah keputusan yang diambil orang tersebut telah benar? sekalipun ternyata ia malah melakukan dua dosa lainnya?
Mungkin dari kita akan berpikir, tahu gitu bunuh aja si anak kecil atau perkosa aja tuh perempuan, paling ga cuma satu doang dosa yang kita lakukan. Sementara karena minum alkohol, kita malah jadi melakukan tiga dosa.

Tidak ada jawaban yang benar dalam kisah ini, namun dimanakah kita menemukan kebenarannya?

Jawabnya ada... di ujung langit... kita ke sana dengan seorang anak... anak yang tangkas, dan juga pemberaniiiiii............. #eyaaa

jawabnya adalah, Kebenaran absolut tadi ada di niat orang tersebut. Seandainya dia ga tahu efek ketika mabok, asumsinya adalah dia ga pernah mabok sebelumnya, khan ceritanya dia orang yang beriman dan taat. Maka ketika dia memiliki niat ketika minum alkohol itu adalah, "Saya minum alkohol ini karena efek maboknya akan kena ke saya dan saya tidak akan menyakiti orang lain..."

Terlepas dari ternyata dia membunuh dan memperkosa juga, maka langkah yang ia tempuh telah benar karena niatannya baik.

Mungkin dari kalian akan berbeda pendapat, atau mungkin malah bertanya-tanya, "Nih si QQ ngigau di siang bolong nih..."
Yah, ada kalanya QQ lagi menjelma menjadi seorang filsuf... hahaha....

Jadi poinnya di sini adalah, kita tidak pernah tahu "kebenaran absolut" dari masing-masing orang kenapa dia melakukan sesuatu. Sehingga memang sebaiknya kita bertanya sebelum menilai seseorang.

Pernah ada suatu kisah juga dimana seorang ketahuan mencuri dan di sidang oleh seorang khalifah, meskipun terbukti bersalah telah mencuri, alih-alih memotong tangan orang tersebut, sang Khalifah bertanya, "Kenapa kamu mencuri?"

"Saya tidak punya uang untuk makan, karena kondisi ekonomi yang memburuk, saya dipecat dari pekerjaan sebelumnya dan belum mendapatkan pekerjaan baru"

Kemudian sang Khalifah justru meminta maaf karena dia merasa gagal sebagai pemimpin untuk memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakatnya.

Jadi ada niat di balik setiap perbuatan... dan dalam niat tersebutlah terkandung kebenaran absolut.

Misalkan ada sebuah perbuatan baik, memberi makan 1000 anak yatim. Kita melihatnya, tentu saja itu perbuatan yang baik dan benar. Namun penilaian tersebut salah. Tanyakan apa niatan di balik perbuatan tersebut, jika memang niatnya baik, maka sempurnalah perbuatan baik tersebut. Namun jika niatnya untuk pamer, maka sebesar apapun dan sebenar apapun suatu perbuatan, akan tetap salah.

Ibaratnya lagu Sherina, "Lihat s'galanyaa... lebih dekat... dan kau akan mengerti...."

Namun apakah kemudian Dexter benar dalam perbuatannya? atau Robin Hood memang merupakan pahlawan?

Hal tersebut tergantung pada mata yang memandang. Karena itu merupakan cerita film, kita akan mudah mengatakan bahwa mereka adalah pahlawan karena melakukan apa yang mereka lakukan. Namun dalam kehidupan nyata tidak semudah itu, masalahnya niat ini ada di dalam hati masing-masing manusia yang kita semua tidak memiliki keistimewaan untuk bisa membacanya, ketika ditanya-pun seseorang bisa berbohong. Sehingga kebenaran absolut ini adalah milik masing-masing orang dan hanya mereka dan Tuhan yang tahu, ga ada yang lain, kecuali yang mereka kasih tahu.

wow... Kepala berasap nulis ginian. Terlepas dari benar dan salahnya, ini nih hasilnya nonton film Batman Superman. Sayang emang penggarapan DC ga sebagus Marvel, sehingga kisah kohesif-nya superhero DC tuh ga komplit.

Sekian dan terima kasih.

1 comment:

  1. pornlab is a relatively new adult content website, founded in 2023, that has quickly amassed a vast collection of thousands of porn videos

    ReplyDelete