Who Am I? Not Spiderman

My photo
Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.

Saturday, January 4, 2014

Dubbing Dillemma

Selama libur kali ini, di televisi QQ sangat dimanjakan dengan banyaknya hiburan berupa film-film animasi box office yang ditayangkan di televisi lokal. Tapi yang bikin QQ merasa ngenes tuh adalah kadang dubbing-nya itu menyedihkan. Oke kadang pengisi suaranya sih nggak ancur-ancur banget, yang ancur itu adalah proses penerjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia-nya.

Kalo kita memperhatikan dialog-dialog yang terjadi, kadang yang sering terjadi adalah kita mengerenyitkan dahi karena bingung, "itu maksudnya apa?" atau "Kayanya ga nyambung deh." Apalagi yang mungkin udah pernah nonton film aslinya dalam bahasa Inggris dan mengerti, tiba-tiba kok merasa jadi nggak ngerti ama jalan cerita film ketika diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

Sebenernya QQ juga heran, kenapa film harus di-dubbing? demografi mana yang disasar oleh dubbing ini?
Kalo misalkan bahasa Cina atau Jepang, okelah di-dubbing karena memang untuk bahasa itu nggak terlalu banyak yang memahaminya. Tapi kalo bahasa Inggris, malah bagusan pake bahasa Inggris dengan subtitle bahasa Indonesia. Jadi biar anak-anak lebih terbiasa mendengar bahasa Inggris dan bisa sambil belajar.

Tapi kadang QQ mikir, apa sasaran film ini tuh anak-anak 5 tahun kebawah? yang belum bisa membaca? sehingga film harus di-dubbing?

Masalahnya adalah, menurut QQ, film animasi tuh malah seharusnya tidak boleh ditonton oleh anak dibawah 5 tahun. Karena, contoh aja Spongebob, menurut QQ itu adalah kartun remaja, bukan kartun anak-anak. Apalagi bangsa-bangsa The Simpson dan Family Guy... bisa aja itu film kartun, tapi itu tidak pantas ditonton anak kecil. 

Satu lagi, film animasi biasanya lebih ekstrim karena tidak menggunakan aktor manusia, jadi lompat, terbang, jatuh semuanya lebih ekstrim. Tanpa pengawasan dan bimbingan yang cukup, anak kecil akan dengan mudah meniru perilaku dalam film itu dengan sangat mudah. Jadi anak kecil yang nonton film animasi haruslah disertai orang tua atau sudah cukup memahami mana yang seharusnya tidak ditiru.

Jadi seharusnya memang film-film ya dibiarkan saja sebagaimana adanya, gunakan saja bahasa Inggris, namun dengan subtitle bahasa Indonesia. Tapi seperti yang QQ kemukakan sebelumnya, masalah dengan dubbing adalah di penerjemahan bahasa Inggris-nya. Bukannya bilang QQ ahli banget yaaa... tapi contohnya aja nih pagi ini QQ nonton Hoodwinked, kenapa? Karena QQ suka banget film ini. Meskipun animasinya nggak sebagus Pixar, tapi film ini punya pesan dan parodi yang lucu dari cerita Red Riding Hood.

Pagi ini QQ nonton dalam dubbing bahasa Indonesia dan dalam beberapa dialognya ada yang aneh, btw, iya, QQ hapal beberap dialognya dalam bahasa Inggrisnya.... hahaha...

Ini pas Serigala ama si Tupai Kecil terjebak oleh arahan si Kelinci dan mereka masuk kedalam sungai di dalam sebuah gua. kemudian si Serigala bilang ke Tupai, "We're in a pickle" yang kalo dalam bahasa Indonesia, artinya tuh kurang lebih, "Kita dalam masalah" tapi melalui proses penerjemahan ke bahasa Indonesia, dubbing Indonesia bilangnya, "Kita berada di dalam acar"

Whaaaaaaaaaat?????
Kita berada di dalam acar???
Apa pula itu maksudnya?

We're in a pickle dalam bahasa Inggris adalah sebuah istilah, yang artinya ya tadi, kita berada dalam sebuah masalah.

Oke, mari kita lanjut ke contoh kedua. Dalam sebuah interogasi ketika Nick Flipper menginterogasi Serigala dan si Serigala bercerita bahwa dia dihajar oleh Red Riding Hood karena sebuah salah paham, Nick berkata, "So you took a beat out of a girl?" dan ketika diterjemahkan ke dubbing Indonesia menjadi, "Jadi kamu mengambil sebuah pemukul dari anak perempuan?"

Whaaaaaaaaaaaaat???
Mengambil sebuah pemukul dari seorang anak perempuan???
"Took a beat out" tuh kalo ga salah sebuah istilah yang kurang lebih artinya adalah "dihajar" Jadi penerjemahan yang tepat adalah, "Jadi kamu dihajar anak perempuan?" bukannya mengambil sebuah pemukul.

Masalah dalam terjemahan-terjemahan barusan adalah proses penerjemahannya terlalu literally alias terlalu harfiah. Jadi penterjemahannya tuh terlalu kata per kata, padahal ada kata-kata yang ketika digabungkan, jadi membentuk idiom atau istilah tertentu yang artinya kadang sangat berbeda dari penterjemahannya secara harfiah.

Contoh lain:
Hit the ceiling : marah karena habis kesabaran.
Jadi misalkan kita menjelaskan sama seseorang, udah pelan-pelan dan penuh kesabaran... tapi tuh orang ga ngerti juga. Ceiling disini adalah "batas kesabaran" jadi kalo udah sampe hit alias nabrak batasa kesabaran itu, jadilah kita marah atau kesal.
Artinya adalah itu dan bukannya, "Menabrak langit-langit"

Kadang sebuah film yang seharusnya komedi, ketika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan penerjemahan yang harfiah, film itu malah menjadi aneh dan ga lucu blas. 

Hal-hal kaya inilah yang membuat QQ kalo nonton televisi Indonesia malah jadinya makin stress... hahaha...
Pilihan-pilihannya tuh begitu dilematis. Berita yang isinya berita buruk semua, Infotaiment yang isinya bullshit semua, sinetron yang isinya orang-orang ngomong sendiri dalam pikirannya, dan film animasi yang di-dubbing, malah kadang film barat yang bertema anak-anak juga di-dubbing juga. 

Kalo tiap kali QQ garuk kepala, sehelai rambut jatuh... udah botak licin kali sekarang. hahaha...
Indonesia memerlukan professional di bidang penerjemahan agar penerjemahan dari bahasa asing lebih tepat dan sesuai dengan maksudnya. 

Bayangkan kalo ini terjadi di text-book. Betapa menyesatkannya penerjemahan ini bagi orang-orang yang menggunakan text-book tersebut. Sebenernya emang lebih mudah jika kita semua bisa langsung mengerti dalam bahasa aslinya karena kita akan lebih bisa menangkap apa makna yang sebenarnya ingin disampaikan si penulis atau sebuah film. Namun memang tidak semua orang bisa merasakan keistimewaan seperti itu (terjemahan dari, not everybody have the luxury of it, moga aja sesuai... hahaha...) 

Faktanya adalah pendidikan bahasa asing di Indonesia masih bersifat terbatas. boro-boro mau Bahasa Cina, bahasa Jepang, bahasa Perancis.... Bahasa Inggris aja masih sulit.... eh malah jangan-jangan, Bahasa Indonesia saja masih sulit... hahahaha...
Maka itulah, professional di bidang penerjemahan ini sangat dibutuhkan.

Hmm.... tapi kadang QQ berpikir... ini yang masalahnya di dubbing-nya atau masalahnya karena QQ udah 29 tahun dan masih aja nonton film-film kartun? hahahaha....
#LanjutNonton


image source:
http://99translations.com/wp-content/uploads/2012/11/tranas.jpg

No comments:

Post a Comment