Who Am I? Not Spiderman

My photo
Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.

Tuesday, July 24, 2012

Ramadhan 1433 H / 2012 M : Hisab vs Rukyat

Kalo dipikir-pikir, kayanya setiap kali Ramadhan, QQ setiap tahun selalu pindah-pindah tempat deh, kecuali tahun 2002 - 2006 di Jakarta dan 2008-2010 di Jogja. Tahun 2007 di Sibolga, tahun 2011 di Jakarta dan tahun 2012 ini di Padang. Jadi setiap Puasa, akan ada selalu cerita yang baru untuk diceritakan.

Yah, Ramadhan tahun 2012 ini ditandai dengan Pindahnya awal puasa dari yang diperkirakan pada hari Jum'at tanggal 20 Juli menjadi Sabtu, 21 Juli 2012. Malah jadinya, Sidang Tilang QQ ga jadi pas puasa... yay for that!

Sidang Tilang yang QQ menangkan itu mungkin akan masuk dalam top 10 hall of fame dari pengalaman yang akan QQ kenang selamanya. Ternyata bulan Puasa memang membawakan berkah tersendiri.

Perbedaan awal puasa kayanya sudah bukan suatu hal yang aneh lagi, hampir tiap tahun berbeda, tapi biasanya Pemerintah sesuai ama perkiraan kalender, tapi sama kaya tahun lalu, Pemerintah bergeser dari Kalender karena lagi-lagi Hilal ga sampe 4 derajat. Sehingga bulan digenapkan jadi 30 hari.

QQ akhirnya jadi searching, karena banyaknya pihak yang masih belum sepakat tentang bagaimana caranya menentukan awal bulan. Ternyata, QQ juga malah bingung.... hahaha...

Ada dua metode, Hisab dan Rukyat. Pemerintah berpegang pada Metode Rukyat yang kurang lebih artinya memperhatikan bulan. Seperti yang kita tahu, kalender Masehi berdasarkan peredaran matahari sedangkan kalender Hijriyah berdasarkan peredaran bulan.

Jadi metode Rukyat itu adalah metode yang dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW di masanya, diabadikan dalam hadits, "Jika kamu melihat bulan, maka berlebaran lah... namun jika tidak, genapkan jadi 30 hari.." more or less lah... QQ juga kurang apal... hehehe...

Jadi, setiap tanggal 29 tiap bulan, Pemerintah melakukan Rukyatul Hilal atau memandang Bulan untuk melihat apakah hilal sudah nampak atau belum. Alasan yang digunakan oleh pihak Pemerintah ini adalah, bahwa metode ini adalah metode yang ada riwayatnya dan digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menentukan awal bulan.

Sedangkan Pihak Muhammadiyah menggunakan metode Hisab yang artinya perhitungan. Banyak yang bilang kalo metode ini tuh sudah out of date. Tapi pihak Muhammadiyah berpendapat bahwa ini adalah metode yang seharusnya digunakan. Metode Rukyat digunakan oleh Nabi karena ada hadits yang berkata bahwa, "Kami adalah kaum yang Ummi" sehingga Nabi menggunakan metode tradisional, yaitu "Melihat Bulan secara langsung" atau Rukyat.

Kemudian pihak Muhammadiyah juga berpendapat bahwa metode hisab ini adalah metode yang diamanatkan oleh Al-Qur'an. Jadi, dengan metode Hisab, kita bisa memperkirakan kalender untuk setahun bahkan lebih karena metode ini telah memperhitungkan perjalanan Matahari dan Bulan dengan metode yang canggih. Sebagaimana tercantum dalam surat Yasin ayat 38-40 yang bercerita bahwa Matahari dan Bulan berjalan melalui garis edarnya masing-masing dan tidak mungkin saling mendahului satu sama lain. Jadi berdasarkan ayat tersebut, Perjalanan Matahari dan bulan sekaligus penentuan kalender, bisa diperkirakan.

Namun pihak pemerintah berpendapat bahwa metode ini tidak ada riwayat hadits-nya. Sehingga metode ini tidak digunakan.

Tapi setelah baca-baca, kayanya QQ merasa bahwa inti permasalahannya bukan di situ deh. Permasalahannya adalah berapa persen hilal dinyatakan "terlihat" atau "visible". Pemerintah berpendapat untuk bisa terlihat, hilal harus minimal 2 derajat di atas ufuk. Sedangkan para ahli malah berpendapat minimal harus 4 derajat untuk bisa terlihat. QQ juga bingung sebenernya, kenapa harus 2 atau 4 derajat? kalo hilalnya udah nongol dan udah kelihatan, yah namanya udah terlihat dong hilalnya. Trus nunggu apa lagi?

Ini sih dugaan QQ aja, tapi jangan-jangan maksudnya "terlihat" di sini adalah "terlihat dengan mata telanjang" seperti yang dilakukan Nabi pada masa lalu, untuk ini QQ agak setuju ama Muhammadiyah karena Jaman dulu belum ada teleskop sehingga melihat harus dengan 'mata'. Jadi QQ agak heran kenapa harus 2 atau 4 derajat.

Karena menurut QQ, andaikata Muhammadiyah melakukan perhitungan, harusnya mereka juga udah tahu persis berapa derajat bulan akan terlihat pada hari yang diinginkan. Jadi mereka juga pasti tahu kalo bulan masih kurang dari 2 derajat pada tanggal 20 Juli tersebut. Namun mengapa tetap ditetapkan sebagai awal bulan?

Apakah Muhammadiyah berpendapat bahwa apabila Hilal sudah "terlihat" meski hanya 1,38 derajat, itu sudah masuk kategori "terlihat" dan awal bulan baru telah dimulai??? Well QQ bukan anggota Muhammadiyah dan anehnya, kenapa ga pernah ada ceramah yang ngebahas ini di Jum'atan atau di Ba'da Isya sebelum Tarawih. ngebahasnya ituuuu-itu aja...

Jadi memang ini sangat membingungkan, tapi QQ adalah orang yang tidak berpengetahuan luas, ga punya teleskop dan ga tahu bulan 2 derajat di atas ufuk tuh kaya mana kelihatannya juga ga tahu. Tapi yang jelas  QQ tinggal di indonesia QQ ikut Ulil Amri-nya aja yang dalam hal ini adalah Pemerintah.

Tapi ada satu Hadits Tirmidzi yang QQ kutip, "Hari Puasa adalah dimana semua umat Muslim berpuasa dan Hari Lebaran adalah dimana semua umat muslim Lebaran" meskipun kita punya perbedaan, tapi hendaklah kita bersatu dalam mengambil keputusan. Meski ada yang bilang perbedaan adalah rahmat, tapi menurut QQ persatuan akan lebih baik. Pihak yang berwenang harus bertemu dan menyatukan pendapat. Karena kasihan mereka yang jadi bimbang akibat perbedaan ini, karena kedua pihak merasa benar.

Namun bagi pihak yang berpuasa, mungkin ada yang ikut Pemerintah, namun tak sedikit yang ikut Muhammadiyah. Berbeda kita berbeda, tapi yang diharapkan dari sebuah perbedaan adalah bukan menyalahkan pihak yang lain. Kita semua berada di jalur yang sama, jalur menuju Allah SWT. Mungkin saja ada yang berliku-liku sedikit jalannya, namun Kita semua berjalan menuju arah yang sama. Tetap Bersatu, itu adalah yang diharapkan oleh kita semua.

Ayat terakhir surat Al-Kafirun menurut QQ bukan hanya untuk orang-orang Kafir, tapi berlaku untuk mengatasi perbedaan secara umum, "Bagiku Agamaku dan bagimu Agamamu". Kita memiliki keyakinan dan penafsiran masing-masing terhadap Agama yang kita pegang. Dalam satu ayat yang sama, kita bisa memiliki beda penafsiran. jadi Perbedaan memang merupakan hal yang biasa dalam hidup kita. Yang penting adalah saling menghormati satu sama lain dan tetap berpegang teguh pada persaudaaraan kita sesama Muslim.

Selamat berpuasa semuanya.....

No comments:

Post a Comment