Sebuah nasihat yang sangat breaktrough dikala QQ sedang galau tingkat tinggi dari seorang psikolog (belum) kenamaan yang mungkin tak mau disebut namanya, "Loe tuh hidup terlalu banyak ekspektasi...!!!"
It suddenly hits you and then you realize, F*ck! it is so true!!!
Pernah denger seorang bijak berkata? "Hiduplah tanpa ekspektasi, maka kamu tidak akan pernah kecewa." Kalo belum ada yang bilang, melalui blog ini QQ mengklaim kata mutiara tersebut.
Terdengar too good to be true, tapi sungguh benar adanya.
Kita tuh sering banget kesel, marah, ga terima karena kita terkadang memiliki ekspektasi tertentu dari orang lain karena secara sadar ataupun tidak sadar, kita mengukur perilaku tersebut dari perilaku kita sendiri.
Ijinkan QQ memberikan sebuah ilustrasi,
QQ sering banget kesel ketika masuk locker di gym, yang dijadikan tempat sholat, trus sarung ama sajadahnya menggeletak gitu aja, kusut ga terlipat.
Nah, mengapa QQ kesal?
Karena setiap selesai menggunakannya, yang QQ lakukan adalah melipat sarung dan sajadah tersebut agar kembali rapih dan siap digunakan orang selanjutnya dan juga tentunya tidak merusak penglihatan karena tertumpuk begitu saja. Secara tidak sadar, QQ memiliki EKSPEKTASI bahwa orang lain akan melakukan hal yang sama, namun dalam kenyataannya perbuatan orang lain yang tidak sesuai dengan yang QQ harapkan dan kesel dong.
"Nih orang ga pernah diajarin tata krama apa ya? masa abis pake langsung digeletakin gitu aja? dirapihin kek!"
Pernah ga hal-hal kaya gitu terjadi ama kalian? dan hasilnya adalah diri kita jadi kesal.
Contoh lain lagi,
Di Singapura tuh, kalo abis makan di restoran fast-food, biasanya orang akan beres-beres sendiri nampan makan dan sampah-sampah yang mereka hasilkan selama makan. Trus tiba-tiba kita datang nih dan karena rame banget, kita dapat sebuah meja yang masih ada sisa-sisa makan orang sebelumnya. Kesel dong kita.
Nah mengapa kita kesal?
Karena kita setiap selesai makan, selalu membereskan sisa-sia makan kita. Dari hal tersebut kemudian muncul sebuah EKSPEKTASI bahwa orang lain akan melakukan hal yang sama.
Perhatikan ada kata kunci yang membuat kita kesal dalam dua cerita di atas, EKSPEKTASI. Mungkin beberapa dari kalian, begitu baca ini akan berpikir, "Ya itu kan hal standar yang seharusnya diketahui semua orang..."
Kalo beneran kalian mikir itu, maka ada satu kata kunci lagi dalam buah pikiran tersebut, SEHARUSNYA. Lagi-lagi sebuah ekspektasi akan hal yang dilakukan orang lain.
Secara sadar ataupun tidak sadar, kita sering mengukur perilaku orang berdasarkan perilaku kita sendiri atau sebuah idealisme yang kita miliki. Pada akhirnya, ketika dunia ini tidak sebagaimana yang kita harapkan, kita jadinya kesel, kecewa dan ga terima.
Istri seharusnya menyambut suami ketika suami pulang kerja dan menyiapkan makan serta rumah udah beres dan rapih.
Wanita harusnya ada di dapur dan pria mencari uang.
Memasak adalah urusan wanita dan pria tidak seharusnya di dapur.
Kalau kita berbuat baik ke orang lain, seharusnya orang tersebut membalas kita dengan perbuatan baik pula.
EKSPEKTASI dalam hidup kita ini banyak banget, terutama kalo QQ sendiri merasa, karena QQ memiliki idealisme tersendiri dalam hidup ini, maka jutaan ekspektasi dalam benak QQ tuh amat sangat berpotensi membuat hidup QQ banyakan kesel, sebel dan bencinya. Makanya temen QQ itu bilang, "Loe tuh hidup terlalu banyak ekspektasi...!!!"
Satu hal yang langsung QQ sadari dalam hidup ini adalah: HIDUP TERKADANG TIDAK SESUAI DENGAN IDEALISME KITA, TERIMA ITU DAN LIVE WITH IT!!!
Kita harus menyadari bahwa masing-masing orang tuh berbeda satu sama lain, idealisme masing-masing orang tuh berbeda. Ibarat orang bijak pernah berkata, "Rambut boleh sama hitam, tapi isi pikiran masing-masing orang bisa berbeda-beda."
Namun melalui blog ini, QQ nggak mau mengajak kalian semua menjadi mengasumsikan yang terburuk dari orang-orang, alias teori X dimana kita mengasumsikan bahwa semua orang itu emang bajingan, ga tahu diri, ga punya tata krama, ga berpendidikan sehingga mereka melakukan hal-hal yang membuat ekspektasi kita tidak terpenuhi dan kita menjadi kecewa.
Malah sebaliknya, mari kita semua menggunakan teori Y. Mari kita memiliki pikiran yang positif dan mengasumsikan bahwa semua orang di dunia ini adalah orang baik.
Bayangkan ini, Seseorang pernah ditampar dan dia tahu rasanya ditampar itu sakit. Apakah ujug-ujug dia bakal nampar orang lain?
Mari kita asumsikan bahwa jika seseorang melakukan suatu hal yang tidak sesuai ekspektasi kita, maka orang tersebut memang mungkin tidak tahu bagaimana seharusnya bertindak. Tidak semua orang mendapatkan pendidikan yang sama, sekalipun pendidikan yang dimiliki sama, tidak semua orang menyerap pelajaran hidup mereka dalam porsi dan kapasitas yang sama.
Mari kita kembali ke ilustrasi ruang locker tadi,
Jadi instead of QQ kesan dan emosi gara-gara sejadah dan sarung yang berantakan tadi, yang QQ lakukan adalah, "Ya sutralah, semoga saja orang yang meninggalkan sajadah dan sarung ini mendapatkan pelajaran," kemudian QQ pake dan selesai pake QQ tetap melipat sajadah dan sarung tersebut dengan rapih.
Bayangkan kalo kita menanggapi hal ini dengan emosi.
1. Kita akan kesal dan memaki-maki dalam hati;
2. Sholatnya jadi ga khusyuk;
3. Karena kecewa, kita membalas dengan meninggalkan sajadah dan sarung tadi berantakan juga.
Apa yang kita dapatkan?
Ga ada selain kekesalan yang mau-ga-mau berdampak langsung terhadap kondisi emosional kita. Padahal energi untuk kesal tersebut, bisa disalurkan ke hal lain.
Sama dengan contoh kedua,
Ketika kita masuk restoran dan melihat meja yang mau kita tempati berantakan, daripada kesal dan marah, ada dua opsi yang bisa kita ambil. Satu, panggil petugas restorannya minta bersihkan dan kedua, kita bersihin aja sendiri. Ambil tissue dan kusrek-kusrek dikit trus kinclong deh mejanya. Energi yang tadinya mau kita pake untuk marah, kita alihkan ke membersihkan meja tersebut. Siapa yang dapat untungnya? kita sendiri. Kita mau marah-marah, teriak-teriak, atau mencibir orang tak dikenal itu pas ngobrol ama temen-temen juga ga ada gunanya, yang capek kita sendiri.
Kaya jargon-nya sepatu Nike, Just do it.
Hati-hati dengan jebakan EKSPEKTASI ini, karena terkadang idealisme yang kita miliki ini tidak selalu sepenuhnya benar dan diamini oleh semua orang.
Sebuah contoh,
QQ tuh dulu selalu keseeeellll banget kalo pas sholat jamaah di masjid, orang-orang ga mau ngerapatin kaki.
Sebenernya ini juga sesuatu yang baru QQ pelajari, karena katanya supaya setan ga punya tempat di antara satu jamaah dengan jamaah lainnya untuk menggoda kita. Alhasil "idealisme" yang QQ dapatkan dari sebuah ilmu yang kurang matang malah membuat QQ kesal pas sholat jamaah dan akhirnya sholatnya ga khusyuk karena mikirin hal ini.
Terkadang kita memiliki sebuah idealisme, sesuatu yang kita percayai benar adanya dan akibatnya kita memiliki (lagi-lagi) EKSPEKTASI bahwa orang lain harus melakukan hal yang sama agar sama-sama BENER. Faktanya adalah, pengetahuan dan penafsiran masing-masing orang tuh berbeda-beda dan banyak aja orang yang sama sekali ga perduli soal celah antara satu kaki dengan kaki lainnya pas sholat jamaah.
Lalu apakah karena berbeda, seseorang lantas menjadi salah?
Tentu saja tidak.
Sebut saja aku dan kamu benar dalam hal yang masing-masing kita yakini kebenarannya dan QQ akan merapatkan kaki sebagaimana yang QQ anggap benar, jika kamu hendak membuat celah, itu adalah idealisme kamu.
Ujung-ujungnya, lakum diinukum waliyadiin.
Itu tidak hanya sebatas, "Bagiku agamaku dan bagimu agamamu"
perluaslah menjadi, "Bagiku hidupku dan bagimu hidupmu"
Kita bisa berbeda satu dengan yang lain, itu tak mengapa.
Namun bagaimana dengan perintah untuk, "Sampaikanlah walau satu ayat"?
mungkin dari kalian banyak yang berpikir itu.
Maka sampaikanlah dalam sebuah diskusi, tapi dalam diskusi tersebut jangan memiliki EKSPEKTASI bahwa orang tersebut akan kemudian mendengar, percaya dan kemudian berubah seperti yang kita mau. Heck no!!!
Jadi, sekali lagi cek dalam hidup kita, masih banyakkah ekspektasi yang kita miliki dalam hidup ini?
Bahkan yang lebih perlu lagi kita cek, APAKAH EKSPEKTASI YANG KITA MILIKI TERSEBUT MASIH UPDATE DAN SESUAI PERKEMBANGAN ZAMAN???
"Eh, udah sewajarnya dong yang masak tuh perempuan, masa laki-laki?"
cek lagi... emang salah kalo cowo ada di dapur?
Pemenang Masterchef malah keseringan laki-laki.
"Eh, masa sih perempuan cari uang sementara suami di rumah ngurus anak?"
Cek lagi...
Kadang ekspektasi yang kita miliki itu udah ketinggalan zaman dan jangan sampe kita menjadi kesal karena hal-hal tersebut. Untuk lebih amannya, KURANGI EKSPEKTASIMU!!!
Sembari menulis blog ini, QQ mulai menyadari... "Ya, hidup QQ ini emang flat banget ya..."
hahaha...
pada suatu titik tertentu, kalo kita melakukan ini, kita seolah-olah tidak memiliki emosi dan hidup kita datar banget. Ga marah, ga kesel, ga sedih...
Tapi begitulah, dalam hidup ini QQ udah mulai mengurangi EKSPEKTASI-EKSPEKTASI yang kurang diperlukan dan alih-alih kesel dan marah, lakukan aja apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki apa yang sudah terjadi.
Ada sebuah ilustrasi terakhir, soalnya kayanya blog ini udah kepanjangan.... hahaha...
Dalam sebuah kelas, jendela dalam keadaan terbuka. Kemudian tiba-tiba hujan deras dan suara hujan tersebut sangat berisik sehingga suara gurunya ga kedengeran.
Berikut adalah tipe-tipe orang yang biasanya ada di kelas tersebut:
"Duh, berisik banget sih nih hujannya, ganggu deh!!!"
atau,
ada orang yang akan segera bergerak dan menutup jendela agar suara hujan sedikit terkurangi, tanpa perlu ngedumel.
Maka yang manakah kita??
Apakah kita orang yang menghabiskan energinya untuk ngedumel tanpa aksi?
atau kita termasuk orang yang menghabiskan energinya untuk suatu hal yang lebih bermanfaat seperti, melakukan solusi??
Sebuah iklan rokok pernah bilang, "Life is never flat"
kalo QQ bilang, "Flat life is not that bad..."
Bebaskan dirimu dari EKSPEKTASI dan hiduplah dengan BEBAS....!!!!
What can I do in one lifetime... I guess a lot. So let me share you a part of my one lifetime in this world. A wise man once said, "A smart person learn from his mistakes, but a wise person finds the smart person and learn from his mistakes altogether" Hope you can learn something from my story...
Who Am I? Not Spiderman
- Chronov
- Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
- Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.