Katakanlah soal makanan, kalo ditanya makanan favorit, maka QQ juga agak bingung menjawabnya. Karena kayanya sedari mengenal yang namanya kehidupan sosial, memiliki preferensi terhadap makanan tertentu memiliki dampak membatasi pergaulan kita. Itu adalah sebuah teori yang pembuktiannya cukup sederhana. Misalkan orang-orang kantor ngajak makan Sate Kambing, tapi karena kita merupakan orang yang sadar kesehatan atau memiliki alergi terhadap kambing, sehingga kita ga bisa ikut karena alasan tersebut. Lama kelamaan, kita bisa ter-exclude dari kelompok tersebut. Kadang, ketika acara-acara sosial seperti itulah orang bercerita suatu hal yang sifatnya pribadi dan bisa saling mengenal di luar hubungan normal yang biasa dijalin di kantor.
Contoh kedua yang sebetulnya sangat QQ benci adalah rokok. Sesama perokok akan memiliki kedekatan tersendiri dibandingkan dengan perokok dan non-perokok.
Sebagai people pleaser, QQ memiliki kecenderungan untuk tidak membenci sesuatu ataupun tidak menyukai sesuatu karena seorang people pleaser memiliki kecenderungan untuk membuka option mereka untuk segala hal agar bisa menjangkau lingkungan pergaulan yang seluas mungkin.
Hal ini cukup bertabrakan dengan kepribadian QQ yang memiliki preferensi ke arah introvert.
Teori ini sedikit terkait dengan proverb, "Don't judge a book by its cover"
Ceritanya begini, pagi ini dalam sebuah acara makan-makan di kantor, salah satu sajiannya adalah buah jeruk, Jeruk Honey Ponkam. Ada sebuah jeruk yang memikat perhatian QQ. Jeruk honey ponkam yang berwarna kuning lemon dimana semua jeruk lainnya memiliki warna kuning orange.
Karena memutuskan untuk tidak menilai jeruk dari warna kulitnya, QQ ngambil itu jeruk dan memakannya. Ternyata itu adalah salah satu keputusan yang cukup disesalkan karena jeruk itu tak hanya asam, namun juga memiliki aftertaste yang pahit. Namun karena mubazir adalah temannya setan, pelan-pelan dicicil lah itu jeruk. ( T . T )
Pernah ga kita mikir, secara tidak sadar, kita selalu menilai sebuah buku dari sampulnya, meskipun orang bijak selalu berkata "don't judge a book by its cover". I did try, not to judge the orange by its cover, but look what I got.
Sekarang jadi sebuah pertanyannya, seandainya jeruk itu bayar dan tidak gratis. Andaikata kita lagi beli jeruk di pasar dan kita melihat jeruk berwarna kuning lemon itu. Apakah kita mau membelinya? dengan asumsi, dilarang mencicipi (yang punya tokonya pelit).
Apakah jawaban kalian terhadap pertanyaan tersebut?
Lalu apakah hubungannya dengan kisah pertama tadi terkait people pleaser tadi?
Salah satu proverb yang paling sering disebut adalah, "Jadilah diri sendiri" atau "be yourself".
Bagaimana "be yourself" dihubungkan dengan fakta bahwa dunia ini penuh dengan orang-orang yang menilai sesuatu dari sampulnya?
Kenapa QQ milih jeruk tadi?
jawabannya sederhana, kalian yang mengenal QQ juga mungkin bisa menebak, "karena itu gratis"
Realitanya dalam hidup ini adalah bahwa belum tentu semua orang memiliki waktu yang "gratis", harga waktu bagi masing-masing orang berbeda-beda. Apakah kita akan mempertaruhkan hal tersebut dan tetap menjadi diri sendiri?
Kita semua cuma punya satu kesempatan untuk membuat "kesan pertama" yang baik, dan tidak semua dari kita memiliki kesempatan untuk memperbaikinya di "kesempatan kedua". Selalulah berusaha yang terbaik di setiap waktu karena kita tak pernah tahu kapan kita membuat "kesan pertama" pada diri seseorang.
Kalo teorinya QQ saat ini adalah, ada 3 waktu dimana kita bisa menjadi diri sendiri.
1. Kalo lagi sendirian
2. Ketika kita sudah sampai pada posisi dimana orang lain yang butuh kita, contoh: Artis yang dicari-cari. Presiden aja mungkin masih susah untuk jadi diri sendiri karena belum tentu ketika dia menjadi diri sendiri, pemilihnya malah berubah jadi ga suka?
3. Ketika kita sudah ga butuh dunia ini dimana kita sudah begitu merasa berkecukupan dan masa bodoh dengan dunia sehingga ketika dunia juga berkata masa bodoh dengan kita, kita tak terpengaruh sedikitpun.
Ketiga point di atas tentunya sangat debatable. Tapi intinya adalah selama kita masih berhubungan dengan orang lain atau kita masih memiliki kepentingan dari orang lain, kita akan selalu melakukan negosiasi ini dengan diri sendiri.
Lalu apakah semua yang sudah QQ lakukan menjadi tidak ikhlas karena semata-mata hanya dilakukan untuk menyenangkan orang lain?
Tentu saja tidak.
Tinggal bagaimana kita mendefinisikan diri kita sendiri. Siapakah saya?
Pertanyaan mendalam, namun hanya diri kita sendiri yang bisa menjawabnya.
I am no longer who I am.
I am someone who I am with.
Aku adalah seseorang sebagaimana saat aku bersama seseorang yang lain.
Pernah denger hadits Nabi SAW yang bilang bahwa, "Gaul sama pandai besi bau terbakar dan gaul sama tukang parfum bau wangi"?
You can define me from who am I hanging out with.
Pernah denger ayat Qur'an yang bilang, "Pria yang buruk hanya untuk wanita yang buruk, pria yang baik hanya untuk wanita yang baik pula"
Pada akhirnya, kemampuan kita menyenangkan orang lain tuh ada batasannya dan akan ada garis tegas yang memisahkan.
So this goes to all of the people out there whom I'm proud to call friends. You might never know the real me, but all you need to know is that I'm real when I'm with you.
Ga ada salahnya menjadi bunglon. Hanya saja, tetaplah pada satu warna ketika nempel di batang yang sama. Jangan berubah-ubah warna di satu pohon yang sama. Ketika pindah pohon, mungkin kita bisa tetap pada warna yang sama, namun jika perlu selalu bersiaplah untuk bisa berganti warna, udah kaya Wedding Peach. #KetahuanUmurAslinya
Jadi kalo kita merasa bahwa diri kita adalah jeruk yang berwarna kuning lemon tadi, tanya pada diri kita sendiri.
"Apakah kita bisa merubah dengan kemampuan kita sendiri?"
Kalo jawabannya iya, maka hiaslah penampilan kita di luarnya dulu, sembari meningkatkan kemampuan kita yang di dalam. Karena ketika sampul kita sudah bagus, jangan sampai orang kecewa ketika membaca isi di dalamnya.
Kalo jawabannya tidak, maka jangan malu untuk senantiasa minta bantuan orang lain untuk belajar bagaimana berubah. Kita dianugerahkan dua telinga dan satu mulut agar kita lebih banyak mendengar dan lebih sedikit berbicara. Perindahlah sampul kita dan buatlah diri kita menjadi buku yang mudah untuk ditulis dengan hal-hal yang baik dan buruk. Kemudian belajarlah untuk memisahkannya. Karena dari kebaikan maupun keburukan akan selalu ada pelajaran yang bisa dipetik.
SIAP UNTUK TIDAK MENJADI DIRI SENDIRI ????