Oke, kayanya rangkaian galau masih belum berakhir, selanjutnya mari kita membahas tentang Definisi Cinta.
Ceritanya adalah, QQ tadi baru abis nonton film seri Fresh off the Boats yang ceritanya tentang sebuah keluarga Asia, (maksudnyaTiongkok). Dimana ini bener-bener sebuah stereotype dari sebuah keluarga Asia dimana orang tua menginginkan anaknya excel di bidang akademik dan pernah denger stereotype yang satu ini, "Keluarga Asia tidak pernah mengucapkan cinta tapi deep down orang tua Asia mencintai anaknya"
Now that I think it deeper and depper, I think my family is a kind of Asian Family type. Well, Indonesian is still Asian,we have the 'sian' part. I guess that what makes me who I am now, not that I blame my family, it's just that this is who I am and let me shine some light for you on the subject.
(Why am I writing this in English? well, deep down I might not want my parents to understand what I will wrote in the upcoming entry... hahaha...)
As far as I can stretch my memory, I don't remember even for once that I have said "I love you" to my parents. That goes for the other way around too, my parents never said "I love you" to me. But does it mean that they don't love me?
Heck No!!!
I grew out of love and here I am standing with what I have now because of my parents.
Not only "love" we never said "I miss you" to each other. and the previous statement apply on this too, it doesn't mean that we didn't miss each other.
Dalam banyak proverb, sering dikatakan bahwa, "Jika kamu tanya pada 100 orang, maka akan ada 100 definisi cinta"
Menurut kamu sendiri apakah itu cinta?
Kalo definisi cinta yang kamu pikir setelah membaca pertanyaan di atas dimulai dengan "Cinta adalah sebuah perasaan... bla bla bla...", maka ketakutan QQ mungkin adanya akan terbukti.
Teori yang ingin QQ angkat (dan belum terbukti) adalah, "Orang banyak menghubungkan cinta sebagai sebuah perasaan"
"Aku cinta kamu" itu adanya di hati...
From what I have learned in more than 30 years of my life, love is not in your heart. Love is in the act. Cinta itu ada di perbuatan, tidak hanya di hati saja.
My parents never said that they love me, but from their action towards me, I know that they love me. Therefore they don't have to say "I love you" to me, yet I just know.
Selama ini, QQ selalu ngerasa bahwa QQ tuh ga punya hati, ga punya perasaan... ga pernah merasakan cinta dan kangen. Tapi sekarang QQ ingin mengajukan alternatif teori atas statement di atas, "I never feel 'love' towards other people because I'm to busy loving them. I never miss others because I'm too busy act on that..."
Kurang lebih begitu.
Now that I think it over again, me and my mom are rarely speak over the phone or chat. But sometimes suddenly she said "hello" or asking how I've been. Is it possible that she missed me?? but did she said "I miss you"? No, she doesn't have to... but every time she sents me a message or rings my phone, I know that she actually misses me, but she acts on that by calling me or sending me text.
Apa QQ pernah bilang cinta dan kangen ke orang lain? pernah. Kadang QQ selalu merasa bahwa QQ tuh best of both world karena QQ sempat melihat dunia di luar keluarga QQ. But did I said it often? kayanya nggak juga.
Tapi berlawanan dari apa yang QQ pikirkan selama ini, QQ rasa bukan karena QQ ga punya hati, tapi instead of merasakannya dan tiba-tiba malah jadi sedih karenanya QQ bertindak untuk melakukan sesuatu atas itu.
Jadi kalo tiba-tiba QQ nyapa kalian via BBM atau Whatsapp, ada kemungkinan QQ sedang merasa kangen sama kamu.
Coba dipikirkan baik-baik, jaman ini tuh jaman dimana orang-orang introvert bisa berjaya seberjaya-berjayanya, kenapa? karena dengan kecanggihan teknologi, introverts ga harus berhubungan dengan orang lain secara langsung untuk melakukan beberapa hal.
Contoh, Google maps membuat introverts ga perlu bertanya arah jika hendak menuju ke suatu tempat. Google membuat proses pencarian informasi tersedia dengan hanya menyediakan kata kunci yang tepat. Jadi, dengan kecanggihan internet dan teknologi saat ini, introverts dapat hidup berbahagia dengan diri mereka sendiri. Tapi, yakin deh, tanya ama orang introvert manapun, "Lebih prefer mana, sendirian atau berdua tapi sama orang yang ngerti kamu?"
yakin deh, mendekati 100% pasti jawab, "Berdua tapi sama orang yang ngertiin aku"
Karena ada satu hal yang ga bisa didapatkan oleh introverts dalam kecanggihan teknologi saat ini, itu adalah companionship alias keberadaan orang lain untuk berbagi tawa, sedih, canda dan segala hal yang tidak bisa dia lakukan sendiri.
Tapi sekali lagi, introverts sangat buruk dalam hal komunikasi dengan orang lain, jadi kadang bisa aja dia memulai sebuah pembicaraan dengan, "Eh, alamat ini ada di mana ya?"
Terkadang sebuah pertanyaan muncul bukan karena QQ butuh jawabannya, tapi pertanyaan itu hanya muncul sebagai sebuah permulaan untuk memulai sebuah percakapan. Informasi apa sih yang ga bisa dicari di internet saat ini?
Mau nyari lokasi nuklirnya Korea Selatan aja bisa kayanya...
Namun kadang extroverts dan orang pada umumnya tidak mengerti itu dan mungkin kurang menghargai usaha-usaha yang dilakukan oleh introverts. Perbuatan yang sebenarnya memiliki makna lebih dalam itu hanya berlalu sebagai perbuatan biasa saja.
Bisa saja pengorbanan yang dilakukan just came accross as something usual.
Tapi QQ tuh kadang penasaran. Pada para pujangga cinta yang dimana kata-kata cinta mengalir deras dari mulutnya, dimana hati meraja di atas logika, "Apakah cinta memang hanya sebatas perkataan dan apakah berbuatan tidak bisa didefinisikan sebagai cinta?"
mana yang lebih kalian pilih?
Orang yang rela melakukan apa aja buat kalian, kapan aja?
atau Orang yang tiap pagi, siang, sore dan malam ngucapin "I love you"?
Orang yang rela menembus hujan dan badai buat ketemu kamu?
atau Orang yang rajin nanyain, "Sudah makan apa belum"?
Orang yang tiap jalan ke suatu tempat, beli sebuah oleh-oleh karena pas ngelihat benda itu inget kamu?
atau Orang yang ga pernah capek bilang, "I miss you"?
Manakah yang akan kamu pilih?
Jangan bilang, "Yah... klo bisa sih ada yang gabungan dari keduanya"
well, I can say for sure that I'm totally on the action spectrum and not the feeling spectrum.
Hey, masih mungkin juga bagi beberapa aliran, QQ akan tetap terlihat sebagai "Ga punya perasaan"
what the heck, what do I care and what did they ever do for me anyway.
Jadi ijinkan QQ mendefinisikan cinta sebagai "Sebuah perbuatan" dan bukan hanya "Sebuah perasaan."
Though I do might have to learn that some people still need the words, this much I can tell you, all of those words are nothing more than CRAP if there's no action that follows.
Wish you all can find a love that suit your needs.
What can I do in one lifetime... I guess a lot. So let me share you a part of my one lifetime in this world. A wise man once said, "A smart person learn from his mistakes, but a wise person finds the smart person and learn from his mistakes altogether" Hope you can learn something from my story...
Who Am I? Not Spiderman
- Chronov
- Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
- Rizky Novrianto is just an ordinary human being who try to live his life as extraordinary as it can be. I like to be different. You maybe able to find someone better than me, but You may never find someone like me. I hope common courtesy hasn't die yet. Treat people the way you want to be treated and even more, treat other people the way they want to be treated.
Friday, December 25, 2015
Mau dan Mampu
Akhir-akhir ini jadi hobi nulis hal-hal yang philosophical deh...
Pertanda lagi galau... hahaha...
Dua kata yang ada di subjek, MAU dan MAMPU.
sempet kepikiran, gimana mau membuat cerita ini jadi panjang ya...? hahahaha...
Menurut kalian, mana yang paling penting diantara kedua kata tersebut? mau atau mampu?
"Aku mau nongkrong di Starbucks, tapi ga mampu beli kopinya"
"Aku mampu beli kopi di Starbucks, tapi ga mau karena terlalu rame"
Kalo kita lihat dari dua kondisi tersebut, maka keduanya tampak imbang, mau tapi ga mampu sama mampu tapi ga mau. Tapi kalo menurut QQ, ada satu yang lebih penting diantara keduanya, MAU.
kemudian akan muncul pertanyaan, "Lah, kalo ga mampu gimana?"
Mari kita bergeser sedikit ke sebuah cerita yang pernah disampaikan oleh Pak Boss pas lagi rapat, begini ceritanya:
Pada suatu hari, ada seekor anak Rajawali yang baru menetas jatuh dari sarangnya ketika sang induk rajawali sedang mencari makan. Anak rajawali tersebut jatuh di kandang ayam milik seorang petani.
(Jangan mulai mikir, "Kalo gitu, ngapain emak Rajawali nyari makan jauh-jauh padahal banyak ayam yang bisa dia gasak, for the sake of the story and the message inside it, just go along with it...)
Kemudian anak Rajawali tadi ditemukan oleh sang induk Ayam, dibawanya anak Rajawali tadi untuk bersama dengan anak-anak ayam yang lain. Anak Rajawali tadi akhirnya tumbuh bersama dengan anak-anak ayam lainnya hingga dia besar.
Pada suatu hari sang Anak Rajawali yang sudah menjelma menjadi Rajawali Remaja mendongak ke langit dan berpikir, "Aku iri pada burung-burung yang terbang di angkasa"
Apakah pesan yang terkandung?
Kadang kita tuh gitu, hanya karena kita tumbuh di lingkungan "ayam", kita jadi tidak menyadari bahwa sesungguhnya kita adalah "rajawali". Kita banyak terkekang dalam hidup ini oleh apa yang ada dalam pikiran kita, kepercayaan-kepercayaan yang terbentuk sedari kita kecil yang mengatakan seolah-olah kita ga bisa, ga mampu.
Sekarang bagaimana kalo kita buat kisah begini:
"Aku mampu tapi ga mau sedekah"
"Aku ga mampu, tapi mau sedekah... jadi aku menyisihkan sedikit saja dari penghasilanku untuk aku sedekahkan..."
Where there is a will, there is a way...
Tiba-tiba proverb itu pas sekali dengan apa yang QQ tulis.
Kita mampu, ga ada gunanya sama sekali kalo kita emang ga mamu berbuat sesuatu. Tapi kalo kita ga mampu, tapi kita ada kemauan untuk berbuat sesuatu, maka secara naluri kita akan berjuang untuk hal yang kita inginkan tersebut dan akan selalu ada jalan.
Banyak orang yang mampu di dunia ini, tapi kemauannya ga ada untuk berbuat baik.
Jadi jika kita tahu kalo kita punya niatan baik dalam hidup ini, maka berusahalah sekuat tenaga untuk menjari jalan agar kita mampu untuk melakukannya.
Apa yang kita cari dalam diri orang lain adalah "kemauan" ini, masalah "kemampuan" itu bisa menyusul. Karena "mampu" bisa kita cari, sedangkan "mau" harus datang dari diri orang yang bersangkutan.
Pernah ga mengalami kejadian ini?
"Eh, nongkrong yuk di Starbucks Grand Indonesia"
(contohnya dari tadi pake Starbucks melulu, soalnya utang budi numpang Wifi... hahaha...)
"Hmmm.... macet deh kayanya, eh di berita ada demo tuh di depan Istana Negara"
Gemes ga?
Jawaban yang dicari tuh kadang sesederhana "Mau" atau "Nggak mau"
(sebagaimana sederhananya yang diucapkan kayu kepada api, sebelum membuatnya terbakar menjadi arang... #moreorless)
Tapi kadang orang menjawabnya tuh berlibet-libet muter sana sini ga jelas, ujung-ujungnya karena emang "ga mau" tapi karena ngerasa ga enak, ga sopan, jadi jawabannya muter-muter.
Kalau emang "mau", macet? bisa naik ojek... ada demo di depan Istana Negara? lewat Cikini... (kalo dari arah Gambir... hehehe...) Jadi masalah "jalan" yang bisa "memampukan" kita, itu bisa dicari selama ada "kemauan".
Tapi mencari orang dengan "kemauan" cukup sulit.
Mau berhenti merokok?
Mau belajar sholat?
Mau bisa punya pola manajemen keuangan pribadi yang baik?
Mau bisa travelling pas libur panjang?
Semuanya ada jalan, tapi kalo emang kemauan ga ada... Maka jutaan, triliunan rupiah di dunia ini ga akan bisa membantu kita semua untuk menuju ke tempat yang kita inginkan. Lupakan frase "Aku nggak mampu", ubahlah menjadi "Aku belum mampu".
Kita semua adalah Rajawali-Rajawali yang terjebak dalam kebiasaan "Ayam".
Start tapping your full-potential by saying, "Aku mau"
Jalan menuju ke sana bisa dicari, bisa kita pelajari, bisa kita buat kalo perlu.
Tapi kalo kemauan kita ga kuat, maka ada paku sebiji aja di jalan, kita langsung males. Langit mendung dikittt aja, langsung tarik selimut.
Perkuat tekadmu Anak Muda!!!!!
(Mengatakan ini pada diri sendiri.... karena perut masih mbulet aja.... hikz....)
Pertanda lagi galau... hahaha...
Dua kata yang ada di subjek, MAU dan MAMPU.
sempet kepikiran, gimana mau membuat cerita ini jadi panjang ya...? hahahaha...
Menurut kalian, mana yang paling penting diantara kedua kata tersebut? mau atau mampu?
"Aku mau nongkrong di Starbucks, tapi ga mampu beli kopinya"
"Aku mampu beli kopi di Starbucks, tapi ga mau karena terlalu rame"
Kalo kita lihat dari dua kondisi tersebut, maka keduanya tampak imbang, mau tapi ga mampu sama mampu tapi ga mau. Tapi kalo menurut QQ, ada satu yang lebih penting diantara keduanya, MAU.
kemudian akan muncul pertanyaan, "Lah, kalo ga mampu gimana?"
Mari kita bergeser sedikit ke sebuah cerita yang pernah disampaikan oleh Pak Boss pas lagi rapat, begini ceritanya:
Pada suatu hari, ada seekor anak Rajawali yang baru menetas jatuh dari sarangnya ketika sang induk rajawali sedang mencari makan. Anak rajawali tersebut jatuh di kandang ayam milik seorang petani.
(Jangan mulai mikir, "Kalo gitu, ngapain emak Rajawali nyari makan jauh-jauh padahal banyak ayam yang bisa dia gasak, for the sake of the story and the message inside it, just go along with it...)
Kemudian anak Rajawali tadi ditemukan oleh sang induk Ayam, dibawanya anak Rajawali tadi untuk bersama dengan anak-anak ayam yang lain. Anak Rajawali tadi akhirnya tumbuh bersama dengan anak-anak ayam lainnya hingga dia besar.
Pada suatu hari sang Anak Rajawali yang sudah menjelma menjadi Rajawali Remaja mendongak ke langit dan berpikir, "Aku iri pada burung-burung yang terbang di angkasa"
Apakah pesan yang terkandung?
Kadang kita tuh gitu, hanya karena kita tumbuh di lingkungan "ayam", kita jadi tidak menyadari bahwa sesungguhnya kita adalah "rajawali". Kita banyak terkekang dalam hidup ini oleh apa yang ada dalam pikiran kita, kepercayaan-kepercayaan yang terbentuk sedari kita kecil yang mengatakan seolah-olah kita ga bisa, ga mampu.
Sekarang bagaimana kalo kita buat kisah begini:
"Aku mampu tapi ga mau sedekah"
"Aku ga mampu, tapi mau sedekah... jadi aku menyisihkan sedikit saja dari penghasilanku untuk aku sedekahkan..."
Where there is a will, there is a way...
Tiba-tiba proverb itu pas sekali dengan apa yang QQ tulis.
Kita mampu, ga ada gunanya sama sekali kalo kita emang ga mamu berbuat sesuatu. Tapi kalo kita ga mampu, tapi kita ada kemauan untuk berbuat sesuatu, maka secara naluri kita akan berjuang untuk hal yang kita inginkan tersebut dan akan selalu ada jalan.
Banyak orang yang mampu di dunia ini, tapi kemauannya ga ada untuk berbuat baik.
Jadi jika kita tahu kalo kita punya niatan baik dalam hidup ini, maka berusahalah sekuat tenaga untuk menjari jalan agar kita mampu untuk melakukannya.
Apa yang kita cari dalam diri orang lain adalah "kemauan" ini, masalah "kemampuan" itu bisa menyusul. Karena "mampu" bisa kita cari, sedangkan "mau" harus datang dari diri orang yang bersangkutan.
Pernah ga mengalami kejadian ini?
"Eh, nongkrong yuk di Starbucks Grand Indonesia"
(contohnya dari tadi pake Starbucks melulu, soalnya utang budi numpang Wifi... hahaha...)
"Hmmm.... macet deh kayanya, eh di berita ada demo tuh di depan Istana Negara"
Gemes ga?
Jawaban yang dicari tuh kadang sesederhana "Mau" atau "Nggak mau"
(sebagaimana sederhananya yang diucapkan kayu kepada api, sebelum membuatnya terbakar menjadi arang... #moreorless)
Tapi kadang orang menjawabnya tuh berlibet-libet muter sana sini ga jelas, ujung-ujungnya karena emang "ga mau" tapi karena ngerasa ga enak, ga sopan, jadi jawabannya muter-muter.
Kalau emang "mau", macet? bisa naik ojek... ada demo di depan Istana Negara? lewat Cikini... (kalo dari arah Gambir... hehehe...) Jadi masalah "jalan" yang bisa "memampukan" kita, itu bisa dicari selama ada "kemauan".
Tapi mencari orang dengan "kemauan" cukup sulit.
Mau berhenti merokok?
Mau belajar sholat?
Mau bisa punya pola manajemen keuangan pribadi yang baik?
Mau bisa travelling pas libur panjang?
Semuanya ada jalan, tapi kalo emang kemauan ga ada... Maka jutaan, triliunan rupiah di dunia ini ga akan bisa membantu kita semua untuk menuju ke tempat yang kita inginkan. Lupakan frase "Aku nggak mampu", ubahlah menjadi "Aku belum mampu".
Kita semua adalah Rajawali-Rajawali yang terjebak dalam kebiasaan "Ayam".
Start tapping your full-potential by saying, "Aku mau"
Jalan menuju ke sana bisa dicari, bisa kita pelajari, bisa kita buat kalo perlu.
Tapi kalo kemauan kita ga kuat, maka ada paku sebiji aja di jalan, kita langsung males. Langit mendung dikittt aja, langsung tarik selimut.
Perkuat tekadmu Anak Muda!!!!!
(Mengatakan ini pada diri sendiri.... karena perut masih mbulet aja.... hikz....)
Thursday, December 24, 2015
My Pursuit of Happiness
Entry kali ini ga ada hubungan sama sekali ama film-nya Will Smith. Beberapa minggu yang lalu dapet video suggestion dari Youtube, sebuah video postingan Ted-ed yang membahas tentang filosofi bahagia. Video yang bagus, tapi sayang pas mau dicari link-nya, eh ga ketemu. Padahal tadi niatnya mau dikasih link-nya di sini supaya para visuals bisa melihat langsung dan tidak harus membayangkan video tersebut dari deskripsi yang akan segera terdeskripsikan. #eaaa
Jadi video itu menawarkan sebuah pilihan, kalo anda-anda ditawarkan sebuah pilihan, "Hidup di sebuah dunia dimana hanya ada kebahagiaan." what would be your answer to that question? apakah yang kisanak akan pilih?
Video itu kemudian melanjutkan dengan sebuah cerita. Alkisah ada sepasang suami istri yang berbahagia. Namun tanpa sepengetahuan sang istri, ternyata Suaminya ini main ama perempuan lain tanpa sepengetahuan dia. Ini adalah konsep sebuah dunia dimana hanya ada kebahagiaan. Sang Istri akan selalu merasa bahagia karena dia berada dalam sebuah bubble dimana dia tidak pernah mengetahui perbuatan suaminya di belakangnya. Secara tidak langsung, dia hidup dalam sebuah dunia dimana hanya ada kebahagiaan.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, "Apakah situasi ini ideal?"
Menurut video itu, tentu tidak. dalam hidup, masih banyak hal lain selain "kebahagiaan", ada kesetiaan, ketulusan, dan lainnya yang membuat hidup kita menjadi lebih berarti.
Video ini entah mengapa sangat menyentuh relung hati terdalam, kenapa dalam? karena hati QQ emang butuh dalam-dalam biar bisa kesentuh... hahaha...
Karena konsep kebahagiaan QQ dalam hidup ini adalah sebuah dunia bubble tadi dimana kalo emang bahagia ya udah, ga usah kepo deh.
Salah satu prinsip QQ dari jutaan prinsip lainnya yang ada dalam pacaran adalah, "Silahkan selingkuh, asal jangan ketahuan..."
Karena, setelah dikaji dengan sangat sangat mendalam dan dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya, this is how I define happiness dan faktanya adalah hidup QQ saat ini bahagia.
Namun disini teori introvert bertemu dengan konsep ini tiba-tiba QQ merasa menemukan sebuah penjelasan mengapa QQ selama ini lebih memilih sendiri daripada bersama dengan orang yang salah.
Dalam hidup ini, Fair and honesty are two principal that very close to my heart. Jujur dan Adil, udah kaya pemilu kan, tapi itu beneran sesuatu yang QQ butuhkan dalam hidup ini agar konsep kebahagiaan QQ ini bisa bekerja.
Sekarang kita kembali ke contoh Suami dan Istri tadi, seandainya si Suami ini jujur, istri bisa bertanya, "Kamu selingkuh ga?" Kalo ternyata si suami bilang "iya", maka langkah selanjutnya menjadi mudah, tinggalkan dan cari kebahagiaan dari laki-laki lain.
Namun dalam kenyataannya, "Emang masih ada orang jujur di dunia ini?"
Serius... apakah jawaban anda terhadap pertanyaan ini?
Jawaban QQ atas pertanyaan ini akan selalu "YA". kalo kalian jawab "Nggak ada lagi orang jujur di dunia ini" maka pertanyaan selanjutnya adalah, "Kamu sendiri gimana?"
QQ selalu percaya ada orang jujur di dunia ini, kalopun bukan orang lain, paling ga QQ sendiri.
Kenapa konsep kejujuran ini menjadi prasyarat utama dalam konsep kebahagiaan QQ?
QQ butuh seseorang yang bisa dipegang kata-katanya, seorang yang jujur, sehingga ketika QQ mendapatkan sebuah ucapan, QQ bisa hidup dengan santai dalam bubble kebahagiaan yang QQ buat tanpa harus takut tiba-tiba bubble itu meledak secara mendadak.
Sebuah konsep sederhana,
A : "Mau makan di mana malem ini?"
B : "Terserah"
A : "Hmm... kalo gitu kita makan sate kambing aja"
B : "aah, kayanya makan kambing bikin panas deh..."
A : "Kalo gitu, kita makan di resto Sunda aja yuk..."
B : "aah, lalapannya nanti ada uletnya... serem..."
A : "Eh? kalo gitu kita makan ayam bakar aja?"
B : "Hush, bakaran banyak karsinogennya tuh... bikin kanker"
Dari dialog ini, si A merasa bahagia di dua dialog pertama aja, sampai kata "terserah"
Kenapa hidup A menjadi tidak bahagia? karena si B tidak jujur.
"Kok bisa?" mungkin itu yang muncul di benak kalian semua.
"Terserah" kemudian tiba-tiba muncul banyak pilihan yang bilang ga di sini, ga di sana dan lainnya. Kalo QQ, setelah muncul kata "terserah" maka terbentuklah sebuah bubble kebahagiaan, namun ketika kejujuran itu ternyata tidak ada, bubble kebahagiaan yang tadi tercipta, meledaklah sudah dan kebahagiaan itu menjelma menjadi, "Terserah kamu ada deh mau makan di mana!!!"
Banyak hal yang kadang kita ga menyadari bahwa kita telah berbohong, "Aku baik-baik saja" padahal baru aja kita abis nangis menganak sungai. "Aku suka masakan kamu" padahal asinnya kebangetan. "Aku tidur nyenyak kok semalam" padahal sebenernya kebangun tiap 5 menit karena suara ngoroknya stereo. "Aku ga selingkuh kok" padahal setia alias setiap tikungan ada.
Ini adalah hal yang paling QQ benci karena ini mengkompromisasikan konsep kebahagiaan QQ.
Don't ever say you're happy when you're sad.
Don't ever say you're okay when clearly you're not okay.
Don't ever say you like it when actually you just mediocre-ly like it.
Karena sepandai-pandainya tupai meloncat, akhirnya jatuh juga.
Sepandai-pandainya kita menyembunyikan bangkai, akhirnya kecium juga.
Kecuali kalo memang kalian begitu yakin dan percaya diri bahwa kebohongan itu takkan terungkap, maka by all means, do lie!!!
Selama QQ ga pernah mengetahuinya sampe QQ mati, maka konsep kebahagiaan QQ, bubble kebahagiaan yang QQ ciptakan, tidak akan terusik.
Tapi sekali bubble itu pecah, apalagi oleh sebuah kebohongan yang terungkap, maka kita kembalikan kepada sebuah proverb sebagai berikut:
Trust is like a mirror, once it's broken, you can never mend it back the way it was before. you can and will always see the cracks.
Just be fair and honest with me. Hey, a good medicine is a bitter-to-swallow pill. hard truth will make me stronger and better, lies will only do the opposite.
Dalam hidup ini memang kadang kita ga bisa jujur pada level maksimum...
Karena tidak semua orang siap ketika dihadapkan dengan kejujuran. Tapi alangkah ga enaknya hidup ini jika kita bahagia di atas kebohongan.
Kejujuran mungkin pedih di awalnya, tapi itu lebih membawa pada kebahagiaan yang sesungguhnya, karena paling nggak, kita bisa menentukan langkah selanjutnya apa dan jika apa yang kita punya sekarang tidak membuat kita bahagia, tinggal pindah ke bubble yang lainnya.
Maka dari itu, kebahagiaan QQ sebenernya sederhana. Be true to me and I will adjust my happiness buble around it. But if you lied to me, your lies will be a needle that burst that bubble and I will never be able to build my bubble of happiness around you and solution to that is simple... I'll move away from you and build my bubble around something or someone else or well, I can always build it around myself...
:)
Jadi video itu menawarkan sebuah pilihan, kalo anda-anda ditawarkan sebuah pilihan, "Hidup di sebuah dunia dimana hanya ada kebahagiaan." what would be your answer to that question? apakah yang kisanak akan pilih?
Video itu kemudian melanjutkan dengan sebuah cerita. Alkisah ada sepasang suami istri yang berbahagia. Namun tanpa sepengetahuan sang istri, ternyata Suaminya ini main ama perempuan lain tanpa sepengetahuan dia. Ini adalah konsep sebuah dunia dimana hanya ada kebahagiaan. Sang Istri akan selalu merasa bahagia karena dia berada dalam sebuah bubble dimana dia tidak pernah mengetahui perbuatan suaminya di belakangnya. Secara tidak langsung, dia hidup dalam sebuah dunia dimana hanya ada kebahagiaan.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, "Apakah situasi ini ideal?"
Menurut video itu, tentu tidak. dalam hidup, masih banyak hal lain selain "kebahagiaan", ada kesetiaan, ketulusan, dan lainnya yang membuat hidup kita menjadi lebih berarti.
Video ini entah mengapa sangat menyentuh relung hati terdalam, kenapa dalam? karena hati QQ emang butuh dalam-dalam biar bisa kesentuh... hahaha...
Karena konsep kebahagiaan QQ dalam hidup ini adalah sebuah dunia bubble tadi dimana kalo emang bahagia ya udah, ga usah kepo deh.
Salah satu prinsip QQ dari jutaan prinsip lainnya yang ada dalam pacaran adalah, "Silahkan selingkuh, asal jangan ketahuan..."
Karena, setelah dikaji dengan sangat sangat mendalam dan dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya, this is how I define happiness dan faktanya adalah hidup QQ saat ini bahagia.
Namun disini teori introvert bertemu dengan konsep ini tiba-tiba QQ merasa menemukan sebuah penjelasan mengapa QQ selama ini lebih memilih sendiri daripada bersama dengan orang yang salah.
Dalam hidup ini, Fair and honesty are two principal that very close to my heart. Jujur dan Adil, udah kaya pemilu kan, tapi itu beneran sesuatu yang QQ butuhkan dalam hidup ini agar konsep kebahagiaan QQ ini bisa bekerja.
Sekarang kita kembali ke contoh Suami dan Istri tadi, seandainya si Suami ini jujur, istri bisa bertanya, "Kamu selingkuh ga?" Kalo ternyata si suami bilang "iya", maka langkah selanjutnya menjadi mudah, tinggalkan dan cari kebahagiaan dari laki-laki lain.
Namun dalam kenyataannya, "Emang masih ada orang jujur di dunia ini?"
Serius... apakah jawaban anda terhadap pertanyaan ini?
Jawaban QQ atas pertanyaan ini akan selalu "YA". kalo kalian jawab "Nggak ada lagi orang jujur di dunia ini" maka pertanyaan selanjutnya adalah, "Kamu sendiri gimana?"
QQ selalu percaya ada orang jujur di dunia ini, kalopun bukan orang lain, paling ga QQ sendiri.
Kenapa konsep kejujuran ini menjadi prasyarat utama dalam konsep kebahagiaan QQ?
QQ butuh seseorang yang bisa dipegang kata-katanya, seorang yang jujur, sehingga ketika QQ mendapatkan sebuah ucapan, QQ bisa hidup dengan santai dalam bubble kebahagiaan yang QQ buat tanpa harus takut tiba-tiba bubble itu meledak secara mendadak.
Sebuah konsep sederhana,
A : "Mau makan di mana malem ini?"
B : "Terserah"
A : "Hmm... kalo gitu kita makan sate kambing aja"
B : "aah, kayanya makan kambing bikin panas deh..."
A : "Kalo gitu, kita makan di resto Sunda aja yuk..."
B : "aah, lalapannya nanti ada uletnya... serem..."
A : "Eh? kalo gitu kita makan ayam bakar aja?"
B : "Hush, bakaran banyak karsinogennya tuh... bikin kanker"
Dari dialog ini, si A merasa bahagia di dua dialog pertama aja, sampai kata "terserah"
Kenapa hidup A menjadi tidak bahagia? karena si B tidak jujur.
"Kok bisa?" mungkin itu yang muncul di benak kalian semua.
"Terserah" kemudian tiba-tiba muncul banyak pilihan yang bilang ga di sini, ga di sana dan lainnya. Kalo QQ, setelah muncul kata "terserah" maka terbentuklah sebuah bubble kebahagiaan, namun ketika kejujuran itu ternyata tidak ada, bubble kebahagiaan yang tadi tercipta, meledaklah sudah dan kebahagiaan itu menjelma menjadi, "Terserah kamu ada deh mau makan di mana!!!"
Banyak hal yang kadang kita ga menyadari bahwa kita telah berbohong, "Aku baik-baik saja" padahal baru aja kita abis nangis menganak sungai. "Aku suka masakan kamu" padahal asinnya kebangetan. "Aku tidur nyenyak kok semalam" padahal sebenernya kebangun tiap 5 menit karena suara ngoroknya stereo. "Aku ga selingkuh kok" padahal setia alias setiap tikungan ada.
Ini adalah hal yang paling QQ benci karena ini mengkompromisasikan konsep kebahagiaan QQ.
Don't ever say you're happy when you're sad.
Don't ever say you're okay when clearly you're not okay.
Don't ever say you like it when actually you just mediocre-ly like it.
Karena sepandai-pandainya tupai meloncat, akhirnya jatuh juga.
Sepandai-pandainya kita menyembunyikan bangkai, akhirnya kecium juga.
Kecuali kalo memang kalian begitu yakin dan percaya diri bahwa kebohongan itu takkan terungkap, maka by all means, do lie!!!
Selama QQ ga pernah mengetahuinya sampe QQ mati, maka konsep kebahagiaan QQ, bubble kebahagiaan yang QQ ciptakan, tidak akan terusik.
Tapi sekali bubble itu pecah, apalagi oleh sebuah kebohongan yang terungkap, maka kita kembalikan kepada sebuah proverb sebagai berikut:
Trust is like a mirror, once it's broken, you can never mend it back the way it was before. you can and will always see the cracks.
Just be fair and honest with me. Hey, a good medicine is a bitter-to-swallow pill. hard truth will make me stronger and better, lies will only do the opposite.
Dalam hidup ini memang kadang kita ga bisa jujur pada level maksimum...
Karena tidak semua orang siap ketika dihadapkan dengan kejujuran. Tapi alangkah ga enaknya hidup ini jika kita bahagia di atas kebohongan.
Kejujuran mungkin pedih di awalnya, tapi itu lebih membawa pada kebahagiaan yang sesungguhnya, karena paling nggak, kita bisa menentukan langkah selanjutnya apa dan jika apa yang kita punya sekarang tidak membuat kita bahagia, tinggal pindah ke bubble yang lainnya.
Maka dari itu, kebahagiaan QQ sebenernya sederhana. Be true to me and I will adjust my happiness buble around it. But if you lied to me, your lies will be a needle that burst that bubble and I will never be able to build my bubble of happiness around you and solution to that is simple... I'll move away from you and build my bubble around something or someone else or well, I can always build it around myself...
:)
Tuesday, August 18, 2015
Kisah Hilangnya 10 KG Kurang dari 2 Bulan
Sekarang mood QQ lagi cihuy nih buat nulis, dan kayanya topik ini udah lama banget pengen ditulis, tapi emang keduluan ama si blog saingan itu... hmmm... you know who you are...
Tapi sekali lagi, bukan blog tandingan dan masing-masing orang beda-beda kemampuannya dalam usaha mereka menurunkan berat badan.
secara tinggi QQ sekitar 180cm, maka berdasarkan berat ideal (minus 100), maka harusnya berat QQ tuh sekitar 80kg saja. Sedangkan berdasarkan BMI calculator, berat badan ideal untuk QQ adalah sekitar 60 - 80kg saja. Jadi awaking moment-nya waktu itu adalah ketika berat badan QQ menyentuh 96kg. Drop dead gorgeous banget dah, ga tahu gimana kisah khilaf-nya sampe angka segitu bisa kesentuh dan kerasa sehat sih sehat... tapi ketika celana-celana dan kancing-kancing kemeja pada menjerit, yah... kerasa juga akhirnya.
QQ sih olahraga yaaa, baik itu ke gym atau berenang. Namun yang jadi masalah paling besarnya adalah membuat itu menjadi rutinitas. Karena nanti seminggu jor-jor-an terus off.... nanti beberapa bulan kemudian, jor-jor-an lagi seminggu, trus off lagi. Ga bisa lah stripping kaya sinetron-sinetron yang kekinian itu.
Setelah dianalisa lebih jauh lagi apa masalahnya, QQ tuh suka makan, jadi untuk mengendalikan makan dengan makan yang sehat tuh susah. Coba diet buah, gagal. Diet sayur, lewat. Diet ga makan nasi.... hahahaha.... bye!
Kemudian kenapa QQ selalu on-off gym, setelah dianalisa lebih jauh dengan memperhitungkan faktor-faktor yang terkait dan setelah dilakukan analisis cross-sectional, kayaya masalah QQ adalah latihan beban. Rutinitas di gym itu adalah, lari di treadmill 30 menit terus 3 - 4 jenis latihan beban buat either biceps ama chest atau shoulder ama triceps trus pendinginan dengan latihan perut sambil yoga ala-ala...
Karena seringnya QQ on-off, jadi tiap kali latihan tuh serasa kaya baru mulai lagi setelah sekian lama. Otot-otot yang udah lama ga di latih itu mulai kerasa sakit-sakit lagi. Dan akhirnya keesokan harinya yang terjadi adalah ketika ada perang mental dalam kepala QQ yang luasnya ga seberapa ini, justifikasi untuk QQ males latihan tuh lebih gede. Mulai dari yang kesiangan lah, ntar ada kuliah lah, dan pastinya... duuuh, tangan QQ sakit... besok aja lah.... Dan besoknya begitu lagi... begitu lagi dan akhirnya program QQ ga ada yang jalan.
Jadi akhirnya QQ mulai melakukan perenungan tingkat tinggi dan tanpa melibatkan dunia gaib, QQ menemukan program yang tepat. Fokus QQ adalah "Where is your strength?" Alias, dimana kekuatan utama kita? Kalo QQ merasa, kekuatan utama QQ ada di daya tahan dan kaki. Tapi bukan daya tahan di kasur yaaa... hahaha.... T . T
QQ tuh orangnya suka jalan kaki. Secara di Singapura juga emang tempatnya kondusif banget buat jalan kaki, jadi makin terlatihlah kaki ini. Moga aja ga sampe kaya kaki tukang becak, kalo kaya lobak, udah lah...
Nah jadi, sebenernya untuk menghilangkan kalori itu, yang dibutuhkan adalah aktifitas. Kita makan untuk menambah kalori dan dikeluarkan melalui aktifitas. Konon katanya, tidur juga pake kalori. Nah bedanya adalah berapa jumlah kalori yang dikeluarkan. Kalo tidur dibandingin ama belajar, tentu aja banyakan kalori yang dipakai buat belajar.
Jadi karena usaha QQ untuk gym dan latihan beban gagal melulu, ini saatnya meluruskan target. Prioritas QQ otot dulu ato turun berat badan dulu?
Maka, ketika itu QQ memutuskan untuk turun berat badan dulu. Jadi QQ sama sekali nggak menyentuh itu barbell, dumbell dan segala sesuatu yang memiliki beban. Yang QQ lakukan sederhana. Lari... Run for your life atau mungkin lebih tepatnya, lari dari kenyataan... hahaha...
Dan lagi, enaknya di Singapura itu, jogging track-nya itu ga hanya tersedia, tapi juga well-furnished dan empuk pula, karena jalurnya itu kayanya sih dibuat dari bahan karet atau sejenis itulah. Jadi kalo lari tuh enak. Selain itu, kita ga bakal merasa kesepian karena selalu rame.
Oh dan satu lagi, QQ tuh kadang lebih merasa termotivasi kalo ada saingannya. Jadi karena rame itu, kadang kita bisa aja milih siapa orang yang kira-kira bisa menjadi saingan of the day. Jadi lari aja sambil ngebuntutin tuh orang, dan rasanya tuh enak banget kalo QQ masih bisa lari sementara orang itu stop karena ngos-ngosan. Serasa seperti seorang pemenang. tapi emang salah juga sih kalo tiap pagi milihnya kakek-kakek buat saingan... hahaha...
Nah, itu program pagi... Lari sekitar 8-10 keliling jogging track itu. Yah, sekitar 30-40 menitan lah. Tiap pagi bangun jam 7 dan lari. Lari dari kenyataan...
Trus dimulailah aktifitas hari, dan waktu itu komitmen QQ selanjutnya adalah untuk selalu memilih tangga instead of eskalator. Kalo ada tangga, pilihnya tangga. Lumayan, bakar-bakar kalori dikiiit...
Nah, aktifitas sehari itu belum selesai sampai ditutup dengan sesi 1 jam di gym. Sorenya atau malemnya, QQ masuk gym, tapi sama sekali ga pegang beban. jadi yang QQ lakukan adalah 30 menit di treadmill dan 30 menit di orbitrex plus masing-masing 5 menit pendinginan.
Nah, kalo kita bicara soal lari di treadmill, itu beneran lari, bukan jalan-jalan dan maju mundur cantik yaa.... programnya QQ sih agak random buat menjaga diri dari rasa bosen. tapi biasanya,
itu 30 menit dan untuk 5 menit pendinginannya di speed 6. tuh 35 menit tuh.
Nah, setelah itu, pindah ke orbitrex. ga tahu juga deh nama resminya alat ini, pokoknya yang kaki berayun-ayun itu lah, kaya seolah-olah jalan di awan. 30 menit di situ dengan resistance bervariasi dari 4 sampe 12. 5 menit terakhir pendinginan.
Udah selesai lari dan berayun-ayun, diakhiri dengan meditasi sampe rileks.
Hari pertama, itu betis udah kaya kebakar, dikasih bumbu BBQ, kayanya udah well-done itu.
Tapi lama-lama terbiasa. Enaknya itu adalah, pegelnya tuh di daerah kaki aja. Daerah atas aman. Jadi rasa malas itu mungkin sedikit lebih bisa dikendalikan. Rutinitas ini dilakukan secara harian kecuali mungkin sehari dalam seminggu dan QQ biasanya milih Jum'at. Tapi kalo pas day off itu QQ masih semangat lari, ya sesi paginya aja sorenya istirahat. Kalo pas ternyata hari itu hujan, maka pagi dan sore larinya di gym. Hanya saja kalo dua-duanya di gym, maka paginya 30 menit saja dan sorenya 1 jam. Yah, atau tergantung mood juga, kalo pas lagi menggila... pagi sore bisa sejam masing-masingnya. hahaha...
Yah, mungkin ini bukan program yang seimbang dan cocok untuk semua orang. Karena emang agak gila dan jor-jor-an sih... hahaha.. but it suits me well.
Alhasil, dari 96, QQ terakhir dulu pas cabut dari singapura, berat badan sekitar 86 dan itu kurang dari 2 bulan. Tapi ada kalanya saat-saat dimana QQ merasa lelah dan bad mood. Namun yang QQ lakukan adalah, pokoknya bangun dulu, pasang headset trus jalan dulu ke jogging track. Kalo nyampe sana masih males, yaah lari pelan-pelan aja. Tapi biasanya sih sudah sampe sana, trus lihat orang-orang pada lari, biasanya langsung ikut panas juga dan ikutan lari juga akhirnya.
Musuh terbesar kita adalah rasa malas.
Jadi intinya kalo kita memang ingin menjaga berat badan supaya ideal, intinya adalah bagaimana kita bisa menentukan tujuan kita dan kita bisa menentukan latihan apa yang tepat. Kalo suka nari, maka dance. Kalo suka sepakbola, maka play. intinya adalah bergerak dan beraktifitas, jadi kalori yang kita ambil itu tidak lantas kemudian bersemayam menjadi lemak di sana sini.
Lebaran kemaren QQ lumayan menggila dan sejak balik ke Indonesia, menemukan jogging track yang letaknya dekat rumah dan nyaman untuk digunakan, terbukti bukan hal yang mudah. Akhirnya berat badan kembali naik. Setelah menetap di Jakarta, Lapangan Banteng kayanya bukan lapangan yang cukup nyaman untuk lari, sehingga akhirnya QQ memutuskan untuk menyisihkan sebagian (besar) penghasilan untuk gabung di gym. Pagi lari, sore lari. Kalo bisa siang lari mah, tak jabanin. Tapi berhubung sesuatu dan lain hal, kayanya pagi dan malem aja deh. Udah kaya gabungan nama dua restoran, Pagi Sore dan Siang Malam... hahahaha.... jadi pengen makan Padang....
One last tips is that, enjoy it!! it might looks like that you are forced to do it in the beginning and everything is about redeeming yourself for eating to much (that's me), but when it became part of your daily life, it will become easier....
at least, that's what I keep telling myself every morning when I woke up at 5am just to go to Grand Indonesia to run for 30 minutes and arrived at my office before 8am. Thigh is burning like crazy but I hope I can reach 80kg soon enough. After I reach 80, I will start the weight training.
And yeah, my Instagram will soon full of half naked photos....
hmmm.... kayanya QQ mulai mikir kayanya badan QQ ga pernah bisa bagus karena emang niatnya ga bagus... hahahaha...
Well... it's a journey, life itself...
Good luck finding one program that suits you best!!!
Tapi sekali lagi, bukan blog tandingan dan masing-masing orang beda-beda kemampuannya dalam usaha mereka menurunkan berat badan.
secara tinggi QQ sekitar 180cm, maka berdasarkan berat ideal (minus 100), maka harusnya berat QQ tuh sekitar 80kg saja. Sedangkan berdasarkan BMI calculator, berat badan ideal untuk QQ adalah sekitar 60 - 80kg saja. Jadi awaking moment-nya waktu itu adalah ketika berat badan QQ menyentuh 96kg. Drop dead gorgeous banget dah, ga tahu gimana kisah khilaf-nya sampe angka segitu bisa kesentuh dan kerasa sehat sih sehat... tapi ketika celana-celana dan kancing-kancing kemeja pada menjerit, yah... kerasa juga akhirnya.
QQ sih olahraga yaaa, baik itu ke gym atau berenang. Namun yang jadi masalah paling besarnya adalah membuat itu menjadi rutinitas. Karena nanti seminggu jor-jor-an terus off.... nanti beberapa bulan kemudian, jor-jor-an lagi seminggu, trus off lagi. Ga bisa lah stripping kaya sinetron-sinetron yang kekinian itu.
Setelah dianalisa lebih jauh lagi apa masalahnya, QQ tuh suka makan, jadi untuk mengendalikan makan dengan makan yang sehat tuh susah. Coba diet buah, gagal. Diet sayur, lewat. Diet ga makan nasi.... hahahaha.... bye!
Kemudian kenapa QQ selalu on-off gym, setelah dianalisa lebih jauh dengan memperhitungkan faktor-faktor yang terkait dan setelah dilakukan analisis cross-sectional, kayaya masalah QQ adalah latihan beban. Rutinitas di gym itu adalah, lari di treadmill 30 menit terus 3 - 4 jenis latihan beban buat either biceps ama chest atau shoulder ama triceps trus pendinginan dengan latihan perut sambil yoga ala-ala...
Karena seringnya QQ on-off, jadi tiap kali latihan tuh serasa kaya baru mulai lagi setelah sekian lama. Otot-otot yang udah lama ga di latih itu mulai kerasa sakit-sakit lagi. Dan akhirnya keesokan harinya yang terjadi adalah ketika ada perang mental dalam kepala QQ yang luasnya ga seberapa ini, justifikasi untuk QQ males latihan tuh lebih gede. Mulai dari yang kesiangan lah, ntar ada kuliah lah, dan pastinya... duuuh, tangan QQ sakit... besok aja lah.... Dan besoknya begitu lagi... begitu lagi dan akhirnya program QQ ga ada yang jalan.
Jadi akhirnya QQ mulai melakukan perenungan tingkat tinggi dan tanpa melibatkan dunia gaib, QQ menemukan program yang tepat. Fokus QQ adalah "Where is your strength?" Alias, dimana kekuatan utama kita? Kalo QQ merasa, kekuatan utama QQ ada di daya tahan dan kaki. Tapi bukan daya tahan di kasur yaaa... hahaha.... T . T
QQ tuh orangnya suka jalan kaki. Secara di Singapura juga emang tempatnya kondusif banget buat jalan kaki, jadi makin terlatihlah kaki ini. Moga aja ga sampe kaya kaki tukang becak, kalo kaya lobak, udah lah...
Nah jadi, sebenernya untuk menghilangkan kalori itu, yang dibutuhkan adalah aktifitas. Kita makan untuk menambah kalori dan dikeluarkan melalui aktifitas. Konon katanya, tidur juga pake kalori. Nah bedanya adalah berapa jumlah kalori yang dikeluarkan. Kalo tidur dibandingin ama belajar, tentu aja banyakan kalori yang dipakai buat belajar.
Jadi karena usaha QQ untuk gym dan latihan beban gagal melulu, ini saatnya meluruskan target. Prioritas QQ otot dulu ato turun berat badan dulu?
Maka, ketika itu QQ memutuskan untuk turun berat badan dulu. Jadi QQ sama sekali nggak menyentuh itu barbell, dumbell dan segala sesuatu yang memiliki beban. Yang QQ lakukan sederhana. Lari... Run for your life atau mungkin lebih tepatnya, lari dari kenyataan... hahaha...
Dan lagi, enaknya di Singapura itu, jogging track-nya itu ga hanya tersedia, tapi juga well-furnished dan empuk pula, karena jalurnya itu kayanya sih dibuat dari bahan karet atau sejenis itulah. Jadi kalo lari tuh enak. Selain itu, kita ga bakal merasa kesepian karena selalu rame.
Oh dan satu lagi, QQ tuh kadang lebih merasa termotivasi kalo ada saingannya. Jadi karena rame itu, kadang kita bisa aja milih siapa orang yang kira-kira bisa menjadi saingan of the day. Jadi lari aja sambil ngebuntutin tuh orang, dan rasanya tuh enak banget kalo QQ masih bisa lari sementara orang itu stop karena ngos-ngosan. Serasa seperti seorang pemenang. tapi emang salah juga sih kalo tiap pagi milihnya kakek-kakek buat saingan... hahaha...
Nah, itu program pagi... Lari sekitar 8-10 keliling jogging track itu. Yah, sekitar 30-40 menitan lah. Tiap pagi bangun jam 7 dan lari. Lari dari kenyataan...
Trus dimulailah aktifitas hari, dan waktu itu komitmen QQ selanjutnya adalah untuk selalu memilih tangga instead of eskalator. Kalo ada tangga, pilihnya tangga. Lumayan, bakar-bakar kalori dikiiit...
Nah, aktifitas sehari itu belum selesai sampai ditutup dengan sesi 1 jam di gym. Sorenya atau malemnya, QQ masuk gym, tapi sama sekali ga pegang beban. jadi yang QQ lakukan adalah 30 menit di treadmill dan 30 menit di orbitrex plus masing-masing 5 menit pendinginan.
Nah, kalo kita bicara soal lari di treadmill, itu beneran lari, bukan jalan-jalan dan maju mundur cantik yaa.... programnya QQ sih agak random buat menjaga diri dari rasa bosen. tapi biasanya,
- 2 menit speed 6 buat pemanasan,
- 5 menit speed 8 mulai lari,
- 13 menit speed 10 buat lari lebih kenceng (kadang 10 menit speed 10 dan 3 menitnya speed 12) kemudian,
- 5 menit turun ke speed 9,
- 5 menit terakhir di speed 8.
itu 30 menit dan untuk 5 menit pendinginannya di speed 6. tuh 35 menit tuh.
Nah, setelah itu, pindah ke orbitrex. ga tahu juga deh nama resminya alat ini, pokoknya yang kaki berayun-ayun itu lah, kaya seolah-olah jalan di awan. 30 menit di situ dengan resistance bervariasi dari 4 sampe 12. 5 menit terakhir pendinginan.
Udah selesai lari dan berayun-ayun, diakhiri dengan meditasi sampe rileks.
Hari pertama, itu betis udah kaya kebakar, dikasih bumbu BBQ, kayanya udah well-done itu.
Tapi lama-lama terbiasa. Enaknya itu adalah, pegelnya tuh di daerah kaki aja. Daerah atas aman. Jadi rasa malas itu mungkin sedikit lebih bisa dikendalikan. Rutinitas ini dilakukan secara harian kecuali mungkin sehari dalam seminggu dan QQ biasanya milih Jum'at. Tapi kalo pas day off itu QQ masih semangat lari, ya sesi paginya aja sorenya istirahat. Kalo pas ternyata hari itu hujan, maka pagi dan sore larinya di gym. Hanya saja kalo dua-duanya di gym, maka paginya 30 menit saja dan sorenya 1 jam. Yah, atau tergantung mood juga, kalo pas lagi menggila... pagi sore bisa sejam masing-masingnya. hahaha...
Yah, mungkin ini bukan program yang seimbang dan cocok untuk semua orang. Karena emang agak gila dan jor-jor-an sih... hahaha.. but it suits me well.
Alhasil, dari 96, QQ terakhir dulu pas cabut dari singapura, berat badan sekitar 86 dan itu kurang dari 2 bulan. Tapi ada kalanya saat-saat dimana QQ merasa lelah dan bad mood. Namun yang QQ lakukan adalah, pokoknya bangun dulu, pasang headset trus jalan dulu ke jogging track. Kalo nyampe sana masih males, yaah lari pelan-pelan aja. Tapi biasanya sih sudah sampe sana, trus lihat orang-orang pada lari, biasanya langsung ikut panas juga dan ikutan lari juga akhirnya.
Musuh terbesar kita adalah rasa malas.
Jadi intinya kalo kita memang ingin menjaga berat badan supaya ideal, intinya adalah bagaimana kita bisa menentukan tujuan kita dan kita bisa menentukan latihan apa yang tepat. Kalo suka nari, maka dance. Kalo suka sepakbola, maka play. intinya adalah bergerak dan beraktifitas, jadi kalori yang kita ambil itu tidak lantas kemudian bersemayam menjadi lemak di sana sini.
Lebaran kemaren QQ lumayan menggila dan sejak balik ke Indonesia, menemukan jogging track yang letaknya dekat rumah dan nyaman untuk digunakan, terbukti bukan hal yang mudah. Akhirnya berat badan kembali naik. Setelah menetap di Jakarta, Lapangan Banteng kayanya bukan lapangan yang cukup nyaman untuk lari, sehingga akhirnya QQ memutuskan untuk menyisihkan sebagian (besar) penghasilan untuk gabung di gym. Pagi lari, sore lari. Kalo bisa siang lari mah, tak jabanin. Tapi berhubung sesuatu dan lain hal, kayanya pagi dan malem aja deh. Udah kaya gabungan nama dua restoran, Pagi Sore dan Siang Malam... hahahaha.... jadi pengen makan Padang....
One last tips is that, enjoy it!! it might looks like that you are forced to do it in the beginning and everything is about redeeming yourself for eating to much (that's me), but when it became part of your daily life, it will become easier....
at least, that's what I keep telling myself every morning when I woke up at 5am just to go to Grand Indonesia to run for 30 minutes and arrived at my office before 8am. Thigh is burning like crazy but I hope I can reach 80kg soon enough. After I reach 80, I will start the weight training.
And yeah, my Instagram will soon full of half naked photos....
hmmm.... kayanya QQ mulai mikir kayanya badan QQ ga pernah bisa bagus karena emang niatnya ga bagus... hahahaha...
Well... it's a journey, life itself...
Good luck finding one program that suits you best!!!
Friday, August 7, 2015
We Simply Don't Have the Luxury
At some point in my life a fine-looking lady asked me, "Hey, you're about to graduate soon, what will you miss the most about Singapore?"
Well, what a deep and profound question yet I answered it with a super duper shallow answer, I responded to her, "Well, I think I'm going to miss the monthly stipend"
Well, on the surface, yes... that's the number one thing I will definitely missed. but then again when the time actually come to part with that little-amazing-red-dot and landed in the capital city of Indonesia, Jakarta, it struck me, lightning-hard and damn... what I actually missed from Singapore is "the convenience of living in Singapore".
If you ever tried the mass rapid transport in Jakarta called TransJakarta, you will know why.
Then I think deeper, why could this happened and the answer was, "We simply don't have the luxury to it"
Having a convenience life in Jakarta is a luxury.
In Singapore, if you're crossing the street, cars, buses, motorbike, truck everything that moved on the street will stop for you and give way to you. You can try that in Jakarta and I can assure you that you will end up in either hospital or six-feet-under.
And I think again, there's no reason to rush in Singapore. There's no harm in giving way to the pedestrians. If you lost a moment in the street, you can easily catch up because the road in front if you is almost clear of cars. While in Jakarta, if you stop in order to give way here's what will happen:
1. Cars behind you will honking like crazy
2. Cars behind you probably will hit your behind because it was not anticipated
3. Cars behind you will outride you
4. Once you stop, you will definitely stuck in traffic, so basically your life is always on the rush.
We simply don't have the luxury of having a convenience driving. If you're going slow, everyone will outride you. So everyone is fighting the opportunity to be on the road and yet I think that's the main cause of traffic. If only people can drive with their brain instead of their hands, they can make things easier by giving way to others. Instead, people are always fighting over the road and no one is willing to stop for a moment and drive with ease.
In Singapore, it's rarely to feel 'stuffed' in the bus or train. You can try the public transport in Jakarta, okay.. I will skip the "angkot" part because that's on another world. Let's talk about "TransJakarta" or famous with "Busway". You will almost all the time found this happened:
1. People are pushing other people in order to get in the bus
2. You will be standing and stuffed inside because the bus is freaking-full
3. Smells awful
3. You feel healthier when you get down because you just enjoyed a sauna in a bus
Well, again... we simply don't have the luxury of having a convenience transport. I asked again why? well, in Singapore you stop at the designated bus-top or train station, therefore there's no bus stop at their own discretion and creating traffic. secondly, if you see a bus getting too crowded you can just not riding it and wait for the next one to come because the arrival time is (almost) definite and you can see it in the app. As here in Jakarta, One bus come and you can't tell when another bus will passing by and waiting in a crowded and hot busway-station is not comfortable. So once a bus come, you will surely have to fight you opportunity in getting one ignoring the fact if the bus is already full. The bus can show up once in every 5 minutes if you're lucky yet I once waited for freaking 30 minutes and no bus showed.
In Singapore, It's so convenience to walk at 2am in the early-morning from orchard to Dunearn Road. If you don't feel like taking a cab because it's a bit expensive and decided to live a healthier life by walking more often, you can enjoy the stillness of Singapore at 2am and you feel safe. You can try walking at the same time in Jakarta, I will have to warn you... please hold on tight to your wallet and on the side of the road you might see some unpleasant view.
Well again, we simply don't have the luxury of having a convenience walking in the middle of the night. Why? I actually enjoy driving in my bike as late as possible because at that time, I can enjoy Jakarta as if I'm in Singapore with a road clear-of-cars and I can drive fast. But I can tell you this, as long as I live in Jakarta, (knock on wood) I never got mobbed on the street, though... my motorbike once got stolen in my boarding-house (alias kost). so from my perspective, Jakarta street is actually safe. but the fact that the image and the news are making it worse that it is.
In Singapore, there are some trash but you will rarely see it outside of the trash-bin. It's 98% clean from trash. When you walk in here, you will see the trash is everywhere and the smell is freaking horrible. even while driving I often see people are throwing cigarette-butts from their car or tissue and even a plastic bottle.
as I've said over and over, we simply don't have the luxury of having a clean life. But then again I think about it. It's true that Singapore have the law of littering with fine up to SGD 1,000. But do you know that in my hometown there's also similar law that prohibit littering from cars with fine up to IDR 5 million (about SGD 500). But I can assure you the difference is at the rule of law. I can talk about this littering issue at a great length, but your span of attention in reading this is almost running out (i know, it's getting too long isn't it?).
Well as a conclusion to this writing, Why don't we have that luxury of living a convenience life here??
Okay, Indonesia is having 250 million people compare to a small Singapore is might be not apple to apple comparison. We might have less infrastructure built, but we still have same resource, that is HUMAN RESOURCE. The convenience of living is not only about the infrastructure, but also about the MINDSET of the people.
You can have traffic in front of you but that must not stop you from become a considerate-driver. Always look around you and stop when you have to in order to prevent more traffic ahead. If you ever notice in several main intersection in Jakarta there's usually a big yellow box and it means that there should be no car inside. So stop even though the traffic-light shows green sign if the cars in front of you can no longer move forward.
MENTAL TRANSFORMATION is once came out in the campaign season last presidential election and this could be an answer but hard to implement. I often see when I'm visiting beaches, there are teachers, parents, people that should set the example for the future generations, littering. Damn! what will happened when those people set the wrong example and what future generations are we creating?
Think!!!
We really are don't have that luxury of living in convenience, but if you're changing your mindset and start act towards it, we might see some changes towards it.
One act can't make things change, but it surely can start.
So let's start from ourselves and start changing!!!
Well, what a deep and profound question yet I answered it with a super duper shallow answer, I responded to her, "Well, I think I'm going to miss the monthly stipend"
Well, on the surface, yes... that's the number one thing I will definitely missed. but then again when the time actually come to part with that little-amazing-red-dot and landed in the capital city of Indonesia, Jakarta, it struck me, lightning-hard and damn... what I actually missed from Singapore is "the convenience of living in Singapore".
If you ever tried the mass rapid transport in Jakarta called TransJakarta, you will know why.
Then I think deeper, why could this happened and the answer was, "We simply don't have the luxury to it"
Having a convenience life in Jakarta is a luxury.
In Singapore, if you're crossing the street, cars, buses, motorbike, truck everything that moved on the street will stop for you and give way to you. You can try that in Jakarta and I can assure you that you will end up in either hospital or six-feet-under.
And I think again, there's no reason to rush in Singapore. There's no harm in giving way to the pedestrians. If you lost a moment in the street, you can easily catch up because the road in front if you is almost clear of cars. While in Jakarta, if you stop in order to give way here's what will happen:
1. Cars behind you will honking like crazy
2. Cars behind you probably will hit your behind because it was not anticipated
3. Cars behind you will outride you
4. Once you stop, you will definitely stuck in traffic, so basically your life is always on the rush.
We simply don't have the luxury of having a convenience driving. If you're going slow, everyone will outride you. So everyone is fighting the opportunity to be on the road and yet I think that's the main cause of traffic. If only people can drive with their brain instead of their hands, they can make things easier by giving way to others. Instead, people are always fighting over the road and no one is willing to stop for a moment and drive with ease.
In Singapore, it's rarely to feel 'stuffed' in the bus or train. You can try the public transport in Jakarta, okay.. I will skip the "angkot" part because that's on another world. Let's talk about "TransJakarta" or famous with "Busway". You will almost all the time found this happened:
1. People are pushing other people in order to get in the bus
2. You will be standing and stuffed inside because the bus is freaking-full
3. Smells awful
3. You feel healthier when you get down because you just enjoyed a sauna in a bus
Well, again... we simply don't have the luxury of having a convenience transport. I asked again why? well, in Singapore you stop at the designated bus-top or train station, therefore there's no bus stop at their own discretion and creating traffic. secondly, if you see a bus getting too crowded you can just not riding it and wait for the next one to come because the arrival time is (almost) definite and you can see it in the app. As here in Jakarta, One bus come and you can't tell when another bus will passing by and waiting in a crowded and hot busway-station is not comfortable. So once a bus come, you will surely have to fight you opportunity in getting one ignoring the fact if the bus is already full. The bus can show up once in every 5 minutes if you're lucky yet I once waited for freaking 30 minutes and no bus showed.
In Singapore, It's so convenience to walk at 2am in the early-morning from orchard to Dunearn Road. If you don't feel like taking a cab because it's a bit expensive and decided to live a healthier life by walking more often, you can enjoy the stillness of Singapore at 2am and you feel safe. You can try walking at the same time in Jakarta, I will have to warn you... please hold on tight to your wallet and on the side of the road you might see some unpleasant view.
Well again, we simply don't have the luxury of having a convenience walking in the middle of the night. Why? I actually enjoy driving in my bike as late as possible because at that time, I can enjoy Jakarta as if I'm in Singapore with a road clear-of-cars and I can drive fast. But I can tell you this, as long as I live in Jakarta, (knock on wood) I never got mobbed on the street, though... my motorbike once got stolen in my boarding-house (alias kost). so from my perspective, Jakarta street is actually safe. but the fact that the image and the news are making it worse that it is.
In Singapore, there are some trash but you will rarely see it outside of the trash-bin. It's 98% clean from trash. When you walk in here, you will see the trash is everywhere and the smell is freaking horrible. even while driving I often see people are throwing cigarette-butts from their car or tissue and even a plastic bottle.
as I've said over and over, we simply don't have the luxury of having a clean life. But then again I think about it. It's true that Singapore have the law of littering with fine up to SGD 1,000. But do you know that in my hometown there's also similar law that prohibit littering from cars with fine up to IDR 5 million (about SGD 500). But I can assure you the difference is at the rule of law. I can talk about this littering issue at a great length, but your span of attention in reading this is almost running out (i know, it's getting too long isn't it?).
Well as a conclusion to this writing, Why don't we have that luxury of living a convenience life here??
Okay, Indonesia is having 250 million people compare to a small Singapore is might be not apple to apple comparison. We might have less infrastructure built, but we still have same resource, that is HUMAN RESOURCE. The convenience of living is not only about the infrastructure, but also about the MINDSET of the people.
You can have traffic in front of you but that must not stop you from become a considerate-driver. Always look around you and stop when you have to in order to prevent more traffic ahead. If you ever notice in several main intersection in Jakarta there's usually a big yellow box and it means that there should be no car inside. So stop even though the traffic-light shows green sign if the cars in front of you can no longer move forward.
MENTAL TRANSFORMATION is once came out in the campaign season last presidential election and this could be an answer but hard to implement. I often see when I'm visiting beaches, there are teachers, parents, people that should set the example for the future generations, littering. Damn! what will happened when those people set the wrong example and what future generations are we creating?
Think!!!
We really are don't have that luxury of living in convenience, but if you're changing your mindset and start act towards it, we might see some changes towards it.
One act can't make things change, but it surely can start.
So let's start from ourselves and start changing!!!
Thursday, July 9, 2015
Perhatikan Lagi Tempat Anda Sholat
Apakah sholat yang kita lakukan mengandung perbuatan dosa??
Sambil beribadah sambil berbuat dosa??
Anehnya, tiap kali QQ masuk masjid, selalu aja ada kasus ini. Sebuah hadits yang sangat populer,
"Andaikan seseorang yang lewat di depan orang yang sedang shalat itu mengetahui dosanya perbuatan itu, niscaya diam berdisi selama 40 tahun itu lebih baik baginya daripada lewat"
(HR. Al Bukhari 510, Muslim 507)
Hadits ini sangat mengecam bagi orang yang melangkah di depan orang yang sedang sholat.
Namun, jika kita perhatikan masa kini, sangat berbeda dengan apa yang terjadi di masa Rasulullah SAW. Jaman dulu, sahabat-sahabat Nabi mungkin akan berebutan untuk menempati shaf terdepan. Namun jika kita lihat sekarang, orang lebih berkerumun di shaf belakang.
"Seandainya manusia mengetahui apa yang ada (yaitu keutamaan) di dalam seruan (adzan) dan shaf pertama, lalu mereka tidak bisa mendapatkan shaf tersebut kecuali dengan undian, sungguh mereka akan melakukan undian untuk mendapatkannya."
(HR. Bukhari 580)
Terlepas dari hadits yang memberitahukan keutamaan berada di shaf depan, orang tetap memilih berada di bagian belakang masjid. QQ belum pernah melakukan wawancara terhadap orang-orang yang berada di belakang, namun somehow QQ merasa, "Supaya bisa cepat keluar Masjid setelah sholat berjamaah" bisa jadi merupakan salah satu alasannya.
Sebenernya sudah sesuatu hal yang sangat mulia fakta bahwa mereka melakukan sholat di masjid dan berjamaah pula, namun pernahkah kita menelaah lebih lanjut kenapa duduk di belakang bisa menjadi sebuah perbuatan yang mengurangi pahala kita?
Sebuah pemikiran untuk yang suka memilih untuk duduk di belakang,
Kadang semakin mulia saja fakta bahwa mereka memilih sholat berjamaah di masjid dan kemudian begitu masuk masjid mereka melakukan sholat sunnah baik itu Sholat Tahyatul Masjid atau Sholat Qabliyah dan Ba'diyah. Namun pernahkah jadi sebuah pemikiran lebih jauh, "Apakah dengan mereka melakukan sholat sunnah tersebut di bagian shaf belakang jadi menghalangi orang yang ingin maju ke shaf depan??"
Malah hari ini QQ melihat ada satu orang, sholat di belakang dan kemudian lagi-lagi dia melaksanakan sunnah Nabi dengan mengulurkan tangannya dan menghalangi orang yang melintas di depannya karena ingin maju ke shaf depan, karena shaf di depan orang tersebut masih banyak yang kosong.
Jadi ketika melangkah di depan orang sholat begitu dikecam dan bahkan lebih baik menunggu selama 40 tahun, lalu apakah dosa orang yang sholat di bagian belakang dan pada akhirnya membuat orang lain melangkah di depannya karena orang tersebut ingin menempati shaf terdepan??? Apakah kemudian katakanlah ada 20 orang yang mau masuk masjid, apakah 20-an orang tersebut harus mengantri selama 40 tahun menunggu orang tersebut selesai sholat untuk bisa menempati shaf depan??? 20 orang harus menunggu 1 orang sholat??? lalu bagaimana jika ada 100 orang???
Pertanyaan QQ sebenarnya adalah, "Orang itu tahu mengenai dosa melintas di depan orang sholat, LALU MENGAPA DIA SHOLAT DI TEMPAT YANG MENGHALANGI ORANG UNTUK MENGAMBIL SHAF YANG MASIH KOSONG DI DEPANNYA ???"
Kalau begitu, mari kita membahas mengapa shaf depan itu begitu mulia...
Ada hadits yang bilang bahwa shaf depan itu pahalanya sama seperti berkurban seekor unta. Mengapa berada di shaf depan ini begitu mulia dan banyak bonus pahalanya?
Maafkan perumpamaan QQ yang mungkin ga terlalu representatif,
Ibaratnya kita dipanggil boss kita untuk melapor,
- Orang yang paling depan pastinya orang yang paling lama berhadapan dengan Boss, karena dia adalah orang yang pertama datang dan terakhir pulang. Pertama datang karena dia harus datang lebih awal karena dia ingin berada di tempat terdepan. Terakhir pulang karena untuk pulang, dia pasti harus menunggu orang di belakangnya untuk pulang terlebih dahulu.
- Orang yang berada di depan kemungkinan wajahnya untuk diingat oleh Boss akan lebih besar karena dia berhadapan paling dekat dengan boss.
Sekarang, ganti Boss dengan Allah SWT.
Kenapa kita malah memilih shaf yang di belakang hanya sekedar supaya gampang keluar begitu selesai sholat? Kecuali memang kita sedang dalam urusan yang sangat mendesak, namun kita selalu bisa permisi terhadap orang di belakang kita untuk keluar duluan. Sedikit repot memang, namun pengorbanan untuk orang yang kita kasihi apa pantas disebut pengorbanan? itu adalah ungkapan cinta kita.
Jadi Masalahnya di sini adalah, jika anda memang ingin sholat di belakang supaya cepat keluar dan mungkin karena memang ada kesibukan, hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut sebelum anda mengangkat tangan untuk mengucapkan takbir:
"Perhatikan sekeliling anda, jika anda memutuskan untuk sholat di belakang padahal banyak shaf kosong di depan anda, ketahuilah bahwa akan banyak orang lain yang ingin maju ke depan untuk berusaha mendapatkan shaf sedepan mungkin. Jadi jika anda tidak menginginkan kemuliaan yang ada di shaf depan, paling tidak jangan menghalangi orang lain yang ingin mendapatkannya. Pilihlah tempat sholat anda di tempat yang kiranya memberikan ruang bagi orang untuk lewat di belakang anda atau letakkanlah pembatas di depan anda agar paling tidak orang bisa melewati pembatas itu agar bisa maju ke shaf depan tanpa mengganggu sholat anda. Atau sekedar himbauan saja, Allah SWT dan para malaikat bershalawat untuk orang-orang yang berada di shaf depan, apakah anda tidak menginginkan itu?"
Yah, sebuah postingan blog yang bersumber dari emosi lagi. Kadang sebel banget karena pas mau masuk masjid eh ada orang yang sholat. Di satu sisi pengen nunggu, tapi di satu sisi pengen shaf depan juga dan banyak orang lain yang memilih untuk jalan terus.
Memang kalo secara sunnah, QQ yakin bahwa memang sebaiknya kita menunggu orang itu selesai sholat. Jadi bagi para jamaah sholat yang hendak masuk masjid, QQ himbau juga disini. "Seperti hadits Nabi, Andai kita tahu dosanya melintas itu, lebih baik kita menunggu selama 40 tahun lamanya daripada melintas. Jadi jika jalan kita masuk ke masjid terhalang orang yang sedang sholat, akan lebih baik jika kita berhenti dahulu sampai orang tersebut selesai sholat. Apakah kita mau mendapatkan pahala dari sholat di shaf depan dengan dikurangi dosa dari melintas di depan orang yang sedang sholat?"
Mari kita ramai-ramai menunggu di pintu masjid atau di perhentian terakhir dimana ada orang yang sholat yang dimana dia menghalangi jalan kita menempati shaf terdepan dan biarkan Allah SWT menjadi penghitung amalan perbuatan kita dan semoga saja itu lebih baik bagi kita semua.
Tahukah anda, logika ini juga berlaku ketika kita mau keluar masjid? ada kemungkinan larangan ini dibuat karena Allah ingin lebih berlama-lama dengan hambaNya di dalam masjid?
Akan selalu datang jamaah baru baik yang masbuq atau memulai jamaah baru ketika jamah sebelumnya telah selesai, jika jalan keluar kita terhalang oleh orang yang sholat, itu adalah cara Allah SWT untuk membuat kita menghabiskan waktu lebih lama di rumahnya. Duduklah sebentar hingga orang itu selesai dan sesungguhnya kita berada di Rumah Allah SWT dan tidak ada rumah lain yang lebih baik daripada itu untuk kita berada di dalamnya.
Astaghfirullah.
Hanya Allah SWT lah yang Maha Benar dan Maha Mengetahui.
Puasa Kali Ini....
Sebuah kisah yang sangat mengenaskan ketika pagi ini buka Google Chrome dan mencoba buka alamat nih blog, dan... history Google Chrome pun telah melupakan blog ini dan akh, emang udah kelamaan pula nih blog tak dijamah oleh jari jemari QQ. Pas jalan-jalan ke Korea, niatnya nulis blog tentang gimana jalan-jalan ke sana, trus pas ke Jepang juga pengen nulis... tapi alhasil, zonk!
Entah karena emang masalah kesibukan dalam proses penyelesaian kuliah master di sekolah yang sebut saja namanya LKYSPP itu, atau karena emang lagi in denial dengan hidup? hmmmm....
Akhir-akhir ini setiap kali mau nulis, bawaannya tuh emosi. Basis penulisan kalo udah dimulai dengan emosi tuh bahaya, ujung-ujungnya yang keluar adalah perasaan self-righteous alias merasa benar sendiri dan seolah-olah menyalahkan orang lain dan menyalahkan seluruh dunia.
Sekarang kuliah QQ udah kelar, 13 Juli 2015 besok, resmi menyandang gelar MPP dengan asumsi Lion Air berhasil membawa QQ dan keluarga dengan selamat ke Singapura.... eh, selamat siapa yaa??? perasaan bertiga doang, ga bawa-bawa selamat... yang bayarin si Selamat siapa????
Sekarang dikit-dikit tuh gampang emosi, masuk bulan puasa aja emosi bawaannya. Asli nih puasa tahun ini merupakan kemunduran yang teramat sangat dimana memang QQ merasakan sendiri kok kayanya malah terjebak dengan apa yang pernah QQ tulis sebelum-sebelumnya. Yah, akhirnya nih blog memenuhi peranannya sebagai pengingat QQ apabila QQ udah terlalu jauh menyimpang dari jalan yang sewajarnya.
Tarawih, bawaannya emosi. Siapa yang bisa jawab pertanyaan ini dapet ucapan terima kasih... ada studi kasus sebagai berikut:
Alkisah, merhatiin ga kalo sholat wajib di masjid-masjid gede terutama, setiap kali bacaan Al-Fatihah, pak Imam-nya itu dengan sangat merdu dan indah melantunkan surat Al-Fatihah yang kadang QQ sampe mikir, "nih mendayu-dayu amat kok kayanya kelamaan deh baca Al-Fatihah doang."
Trus, pas rakaat 3 dan 4 (nih asumsinya Sholat Isya), yang kejadian adalah pas QQ mau baca Al-Fatihan pelan-pelan karena takut selesai duluan dan Imamnya belum kelar, eh tahu-tahu speed QQ baca Al-Fatihah sama dengan speed Imam itu baca Al-Fatihah. Pas QQ kelar baca, Imamnya ruku'.
QQ tiba-tiba bertanya-tanya. Apa yang terjadi di sini? Kemana tuh bacaan Al-Fatihah yang mendayu-dayu, indah dan sangat lama tadi??? Kenapa pas bacaannya dikeraskan, tuh Al-Fatihan jadi panjang dan lama, namun ketika bacaannya tidak dikeraskkan, bacaan Al-Fatihah jadi cepet ato paling ga, speed normal?
QQ kadang emosi sendiri setiap kali ini kejadian.
Apakah gerangan ini emang tuntunan Nabi Muhammad saw? ada kali hadits yang bilang kalo rakaat 1 dan 2, lambat-lambatkan dan indahkan bacaanmu trus pas rakaat 3 dan 4 yah speed normal lagi.
Masaaaaaaaaaaa????
Akh, ga abis pikir...
Sama-sama baca Al-Fatihah tapi yang satu indah dan lama, yang satunya biasa aja. Beda diantara keduanya adalah: satu didengarkan ama seantero jamaah dan yang kedua nggak.
Mungkin sedari kecil, inilah yang paling membuat QQ takut buat jadi Imam di sholat kecuali Zuhur ama Ashar, karena ada bagian yang dimana bacaan itu dikeraskan dan QQ ga pede dengan bacaan QQ karena buta nada sehingga bacaan QQ bakal datar-sedatar-datarnya. Seolah-olah sebuah tuntutan bagi seorang Imam untuk bisa baca dengan bacaan yang indah dan mengalun-alun.
Namun kemudian, kenapa pada rakaat ketika bacaan itu tidak dikeraskan, Al-Fatihan menjadi cepat??
Teori yang muncul dari basis amarah adalah teori tentang Riya'
Kenapa? karena bagian pertama ada pendengarnya, manusia.... sedangkan bagian kedua tidak ada. Apakah karena ketika membaca Al-Fatihah itu didengarkan oleh manusia lantas bacaan itu menjadi indah dan lama? dan ketika tidak, ya sudah baca Al-Fatihah-nya biasa aja.
Namun siapa sesungguhnya "pendengar" dari sholat??
bukan manusia kan???
jadi tidak perduli itu kencang atau keras bacaannya kalo kita hanya bertujuan untuk didengarkan oleh Allah SWT, maka yang namanya baca Al-Fatihah ya sama aja Al-Fatihah. Kalo memang kita bisa membacanya dengan indah dan mengalun-alun ya meski didengar atau tidak oleh manusia, pada kesemua rakaat harusnya waktu yang kita habiskan untuk membaca Al-Fatihah adalah sama, tidak berbeda.
Trus abis Isya, lanjut Tarawih.... mulai deh baca Al-Fatihah dalam satu nafas. aduuuuuuuuuh.................
QQ beneran penasaran, apa emang QQ yang ga tahu aja dan emang kurang pengetahuan??? jangan-jangan beneran ada tuntunannya kalo sholat emang kaya gitu. Kalo sholat wajib, baca Al Fatihahnya kudu pelan-pelan, pas sholat Sunnah apalagi Taraweh, kalo baca Al Fatihahnya kudu kebut-kebutan karena rakaatnya banyak.
Masa siiiiiiiiiiih???
Namun QQ kebaca blog QQ sebelumnya tentang kerjakan saja dulu, pertanyakan belakangan. Rasanya QQ pengen konsultasi deh masalah ini, hmmm tapi ke siapa ya? kalo nonton tv atau dengar ceramah, bahasan ketika puasa itu beneran ituuuu-ituuuu aja.
kalo bisa bikin top-5 nya buat daftar topik ceramah pas Puasa tuh, mungkin jadinya gini:
1. 10 Malam pertama
2. 10 Malam kedua
3. 10 Malam terakhir
4. Lailatul Qadar
5. Nuzulul Qur'an
Mungkin yaaa... mungkin emang ada orang yang baru pertama kali masuk masjid dan pertama kali mendengar tentang ini. Tapi kadang yang ceramah tuh Professor, Doktor apalah, tapi kok ngebahasnya yang itu-itu aja. Kayanya nggak ada yang kreatif.
Ga ada yang ngebahas masalah kelurusan dan kerapatan shaf pas sholat. Perhatiin aja tiap kali sholat... alangkah renggangnya dan tidak lurusnya shaf.
Ga ada yang ngebahas keutamaan shaf depan dan kanan. Perhatiin aja tiap kali sholat, orang tuh berkumpunya di bagian belakang dan bukan di depan. Sehingga pas Iqamah, orang mulai bergerak maju dan ujung-ujungnya, shaf renggang.
Ga ada yang ngebahas masalah apa yang QQ pertanyakan di blog ini...
Eh astaga... tuh kan emosi lagi bawaannya....
Duh, QQ juga ga ngerasa benar... mungkin ini adalah akibat dari banyaknya pertanyaan yang tidak terjawab dalam hidup ini, sehingga mungkin kiranya jika ada yang bisa memberikan jawaban, atau justifikasi untuk permasalahan ini, QQ akan sangat berterima kasih.
QQ beberapa waktu yang lalu kebaca sebuah Hadits, "Cara Allah SWT mencabut Islam adalah dengan cara mewafaatkan Ulama." atau yang sejenis itu...
Kemudian QQ berfikir, tiap kali nonton tv, sebenarnya banyak ulama baru yang bermunculan bahkan ada audisinya untuk menjadi dai. Namun yang kita lihat di televisi kita saat ini adalah, Ulama-Ulama tersebut menjadi bagian dari sebuah acara komedi yang tidak jelas. Atau ulama-ulama yang memberikan ceramah, tapi menurut QQ lebih melawak daripada memberikan ilmu, nanti tahu-tahu di ujung baca doa sambil nangis, entah nangis beneran atau nangis akting.
Apaah memang Ulama telah wafat dan Islam saat ini sedang dalam jalannya menuju akhir dunia??
Well, sekian randomnya QQ pagi ini.
Astaghfirullah.
Hanya Allah yang Maha Benar lagi Maha Mengetahui.
Entah karena emang masalah kesibukan dalam proses penyelesaian kuliah master di sekolah yang sebut saja namanya LKYSPP itu, atau karena emang lagi in denial dengan hidup? hmmmm....
Akhir-akhir ini setiap kali mau nulis, bawaannya tuh emosi. Basis penulisan kalo udah dimulai dengan emosi tuh bahaya, ujung-ujungnya yang keluar adalah perasaan self-righteous alias merasa benar sendiri dan seolah-olah menyalahkan orang lain dan menyalahkan seluruh dunia.
Sekarang kuliah QQ udah kelar, 13 Juli 2015 besok, resmi menyandang gelar MPP dengan asumsi Lion Air berhasil membawa QQ dan keluarga dengan selamat ke Singapura.... eh, selamat siapa yaa??? perasaan bertiga doang, ga bawa-bawa selamat... yang bayarin si Selamat siapa????
Sekarang dikit-dikit tuh gampang emosi, masuk bulan puasa aja emosi bawaannya. Asli nih puasa tahun ini merupakan kemunduran yang teramat sangat dimana memang QQ merasakan sendiri kok kayanya malah terjebak dengan apa yang pernah QQ tulis sebelum-sebelumnya. Yah, akhirnya nih blog memenuhi peranannya sebagai pengingat QQ apabila QQ udah terlalu jauh menyimpang dari jalan yang sewajarnya.
Tarawih, bawaannya emosi. Siapa yang bisa jawab pertanyaan ini dapet ucapan terima kasih... ada studi kasus sebagai berikut:
Alkisah, merhatiin ga kalo sholat wajib di masjid-masjid gede terutama, setiap kali bacaan Al-Fatihah, pak Imam-nya itu dengan sangat merdu dan indah melantunkan surat Al-Fatihah yang kadang QQ sampe mikir, "nih mendayu-dayu amat kok kayanya kelamaan deh baca Al-Fatihah doang."
Trus, pas rakaat 3 dan 4 (nih asumsinya Sholat Isya), yang kejadian adalah pas QQ mau baca Al-Fatihan pelan-pelan karena takut selesai duluan dan Imamnya belum kelar, eh tahu-tahu speed QQ baca Al-Fatihah sama dengan speed Imam itu baca Al-Fatihah. Pas QQ kelar baca, Imamnya ruku'.
QQ tiba-tiba bertanya-tanya. Apa yang terjadi di sini? Kemana tuh bacaan Al-Fatihah yang mendayu-dayu, indah dan sangat lama tadi??? Kenapa pas bacaannya dikeraskan, tuh Al-Fatihan jadi panjang dan lama, namun ketika bacaannya tidak dikeraskkan, bacaan Al-Fatihah jadi cepet ato paling ga, speed normal?
QQ kadang emosi sendiri setiap kali ini kejadian.
Apakah gerangan ini emang tuntunan Nabi Muhammad saw? ada kali hadits yang bilang kalo rakaat 1 dan 2, lambat-lambatkan dan indahkan bacaanmu trus pas rakaat 3 dan 4 yah speed normal lagi.
Masaaaaaaaaaaa????
Akh, ga abis pikir...
Sama-sama baca Al-Fatihah tapi yang satu indah dan lama, yang satunya biasa aja. Beda diantara keduanya adalah: satu didengarkan ama seantero jamaah dan yang kedua nggak.
Mungkin sedari kecil, inilah yang paling membuat QQ takut buat jadi Imam di sholat kecuali Zuhur ama Ashar, karena ada bagian yang dimana bacaan itu dikeraskan dan QQ ga pede dengan bacaan QQ karena buta nada sehingga bacaan QQ bakal datar-sedatar-datarnya. Seolah-olah sebuah tuntutan bagi seorang Imam untuk bisa baca dengan bacaan yang indah dan mengalun-alun.
Namun kemudian, kenapa pada rakaat ketika bacaan itu tidak dikeraskan, Al-Fatihan menjadi cepat??
Teori yang muncul dari basis amarah adalah teori tentang Riya'
Kenapa? karena bagian pertama ada pendengarnya, manusia.... sedangkan bagian kedua tidak ada. Apakah karena ketika membaca Al-Fatihah itu didengarkan oleh manusia lantas bacaan itu menjadi indah dan lama? dan ketika tidak, ya sudah baca Al-Fatihah-nya biasa aja.
Namun siapa sesungguhnya "pendengar" dari sholat??
bukan manusia kan???
jadi tidak perduli itu kencang atau keras bacaannya kalo kita hanya bertujuan untuk didengarkan oleh Allah SWT, maka yang namanya baca Al-Fatihah ya sama aja Al-Fatihah. Kalo memang kita bisa membacanya dengan indah dan mengalun-alun ya meski didengar atau tidak oleh manusia, pada kesemua rakaat harusnya waktu yang kita habiskan untuk membaca Al-Fatihah adalah sama, tidak berbeda.
Trus abis Isya, lanjut Tarawih.... mulai deh baca Al-Fatihah dalam satu nafas. aduuuuuuuuuh.................
QQ beneran penasaran, apa emang QQ yang ga tahu aja dan emang kurang pengetahuan??? jangan-jangan beneran ada tuntunannya kalo sholat emang kaya gitu. Kalo sholat wajib, baca Al Fatihahnya kudu pelan-pelan, pas sholat Sunnah apalagi Taraweh, kalo baca Al Fatihahnya kudu kebut-kebutan karena rakaatnya banyak.
Masa siiiiiiiiiiih???
Namun QQ kebaca blog QQ sebelumnya tentang kerjakan saja dulu, pertanyakan belakangan. Rasanya QQ pengen konsultasi deh masalah ini, hmmm tapi ke siapa ya? kalo nonton tv atau dengar ceramah, bahasan ketika puasa itu beneran ituuuu-ituuuu aja.
kalo bisa bikin top-5 nya buat daftar topik ceramah pas Puasa tuh, mungkin jadinya gini:
1. 10 Malam pertama
2. 10 Malam kedua
3. 10 Malam terakhir
4. Lailatul Qadar
5. Nuzulul Qur'an
Mungkin yaaa... mungkin emang ada orang yang baru pertama kali masuk masjid dan pertama kali mendengar tentang ini. Tapi kadang yang ceramah tuh Professor, Doktor apalah, tapi kok ngebahasnya yang itu-itu aja. Kayanya nggak ada yang kreatif.
Ga ada yang ngebahas masalah kelurusan dan kerapatan shaf pas sholat. Perhatiin aja tiap kali sholat... alangkah renggangnya dan tidak lurusnya shaf.
Ga ada yang ngebahas keutamaan shaf depan dan kanan. Perhatiin aja tiap kali sholat, orang tuh berkumpunya di bagian belakang dan bukan di depan. Sehingga pas Iqamah, orang mulai bergerak maju dan ujung-ujungnya, shaf renggang.
Ga ada yang ngebahas masalah apa yang QQ pertanyakan di blog ini...
Eh astaga... tuh kan emosi lagi bawaannya....
Duh, QQ juga ga ngerasa benar... mungkin ini adalah akibat dari banyaknya pertanyaan yang tidak terjawab dalam hidup ini, sehingga mungkin kiranya jika ada yang bisa memberikan jawaban, atau justifikasi untuk permasalahan ini, QQ akan sangat berterima kasih.
QQ beberapa waktu yang lalu kebaca sebuah Hadits, "Cara Allah SWT mencabut Islam adalah dengan cara mewafaatkan Ulama." atau yang sejenis itu...
Kemudian QQ berfikir, tiap kali nonton tv, sebenarnya banyak ulama baru yang bermunculan bahkan ada audisinya untuk menjadi dai. Namun yang kita lihat di televisi kita saat ini adalah, Ulama-Ulama tersebut menjadi bagian dari sebuah acara komedi yang tidak jelas. Atau ulama-ulama yang memberikan ceramah, tapi menurut QQ lebih melawak daripada memberikan ilmu, nanti tahu-tahu di ujung baca doa sambil nangis, entah nangis beneran atau nangis akting.
Apaah memang Ulama telah wafat dan Islam saat ini sedang dalam jalannya menuju akhir dunia??
Well, sekian randomnya QQ pagi ini.
Astaghfirullah.
Hanya Allah yang Maha Benar lagi Maha Mengetahui.
Sunday, March 15, 2015
Halal
The most extreme story about Moslems and Foods that I keep on hearing since my childhood is about how picky they are. One story that I keep on hearing is that the story about a man got invited by a non-muslims and he refused to eat because the cooking utensils was used to cook pork before.
Some of you must have seen the label, it usually written in Arabic word and it sometimes appear in the packaging of some food that you bought. Maybe some of you wonder what is that, or maybe not. But for those of you who are wondering what that means, keep on reading.
I usually lived in Indonesia where the vast majority of the people is Moslem, so the law of majority is applied here. The biggest market in Indonesia is Moslem people, so if you want to sell food, it has to be something that appeal to them and nothing will appeal more other than the halal label. But, since I was living in the Moslem majority country, I never deeply think about the halal thing, because I just assume that everyone knows about it and will try to comply to the majority understanding that if you sell something, it has to be halal.
But, here in Singapore where Moslem is not a majority, suddenly I think about this issue of halal deeply.
No, halal does not mean just "No Pork and No Lard." It goes beyond that.
Let me share you my understanding about "halal"
I always believe that there are two types of "Haram" or "Forbidden" (or something like that). Haram is the opposite of halal, so everything that is not haram, is halal.
Food in general is halal except for Pig and Dog, the rest is halal. I called it SUBSTANTIALLY forbidden, it is forbid because God forbid it, end of the case.
But then, let ask this question. "Area all chicken halal?"
The short answer is no.
The long answer is there is such a thing I called, METHODOLOGICALLY forbidden. in Islam, there is a certain way to kill an animal. You have to say, "Bismillahirrahmanirrahiim" which means, "In the name of Allah, the most gracious, the most merciful". So if a chicken killed without saying that, it becomes not halal. It is not halal not because of the substance, but due to wrong method is in place.
Since now I'm a Public Policy student, I'll use corruption as example. In Islam, it's not only 'how you spend your money' that matter, 'where do you got the money' also matter, so it's the issue of input and output. Corruption is forbidden, stealing is forbidden and when the input is from a bad source, then the output can be bad as well. Chicken can be not halal if it's bought with corruption money.
Now I'm in Singapore, where Islam is not a majority and at some point in time, what I did is to comply as good as I can to both of the reason why things can be not halal. But I might not always be able to comply with the "Methodologically forbidden" rule, because you'll never know when and where you are hungry. At least, I will not violate the "Substantially forbidden" rule without a super duper strong reason.
The database in my brain reminds me of a story of a person who got stranded in the forest without things to eat and yet he allowed to eat pork because of the necessity at the time and when the choice is death or eat, well... this is where the power of reasoning comes in Islam.
I just keep one thing in mind, "God is the most gracious and most merciful".
But if you find it hard, Seafood is all halal even the carcass one.
except if you stole it or use 'bad' money to bought it, and/or cooked it with pork stock, hahaha...
Some of you must have seen the label, it usually written in Arabic word and it sometimes appear in the packaging of some food that you bought. Maybe some of you wonder what is that, or maybe not. But for those of you who are wondering what that means, keep on reading.
I usually lived in Indonesia where the vast majority of the people is Moslem, so the law of majority is applied here. The biggest market in Indonesia is Moslem people, so if you want to sell food, it has to be something that appeal to them and nothing will appeal more other than the halal label. But, since I was living in the Moslem majority country, I never deeply think about the halal thing, because I just assume that everyone knows about it and will try to comply to the majority understanding that if you sell something, it has to be halal.
But, here in Singapore where Moslem is not a majority, suddenly I think about this issue of halal deeply.
No, halal does not mean just "No Pork and No Lard." It goes beyond that.
Let me share you my understanding about "halal"
I always believe that there are two types of "Haram" or "Forbidden" (or something like that). Haram is the opposite of halal, so everything that is not haram, is halal.
Food in general is halal except for Pig and Dog, the rest is halal. I called it SUBSTANTIALLY forbidden, it is forbid because God forbid it, end of the case.
But then, let ask this question. "Area all chicken halal?"
The short answer is no.
The long answer is there is such a thing I called, METHODOLOGICALLY forbidden. in Islam, there is a certain way to kill an animal. You have to say, "Bismillahirrahmanirrahiim" which means, "In the name of Allah, the most gracious, the most merciful". So if a chicken killed without saying that, it becomes not halal. It is not halal not because of the substance, but due to wrong method is in place.
Since now I'm a Public Policy student, I'll use corruption as example. In Islam, it's not only 'how you spend your money' that matter, 'where do you got the money' also matter, so it's the issue of input and output. Corruption is forbidden, stealing is forbidden and when the input is from a bad source, then the output can be bad as well. Chicken can be not halal if it's bought with corruption money.
Now I'm in Singapore, where Islam is not a majority and at some point in time, what I did is to comply as good as I can to both of the reason why things can be not halal. But I might not always be able to comply with the "Methodologically forbidden" rule, because you'll never know when and where you are hungry. At least, I will not violate the "Substantially forbidden" rule without a super duper strong reason.
The database in my brain reminds me of a story of a person who got stranded in the forest without things to eat and yet he allowed to eat pork because of the necessity at the time and when the choice is death or eat, well... this is where the power of reasoning comes in Islam.
I just keep one thing in mind, "God is the most gracious and most merciful".
But if you find it hard, Seafood is all halal even the carcass one.
except if you stole it or use 'bad' money to bought it, and/or cooked it with pork stock, hahaha...
Subscribe to:
Posts (Atom)